Tuesday, December 22, 2009

PELESTARIAN PERIKANAN INDONESIA

Masyarakat Indonesia sangat bergantung pada sumberdaya
produksi perikanan tangkap dan budidaya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun sumberdaya tersebut saat ini sedang
berada dalam kondisi terancam. Penangkapan ikan yang berlebihan,
tidak mengikuti peraturan/undang-undang, serta tidak dilaporkan
(IUU), menjadi masalah yang sangat serius pada sektor perikanan di
Indonesia, termasuk pada perairan yang berbatasan dengan Australia
ataupun dengan negara tetangga lainnya.

Dalam bidang perikanan budidaya, para petani penggarap udang
di Indonesia telah menghadapi kerugian yang sangat besar sebagai
akibat dari penyakit, masalah penurunan kualitas tanah serta praktek-
praktek pengelolaannya. Diperkirakan sekitar 100.000 hektar tambak
air payau luasan kecil terbengkalai, sehingga banyak petani tidak
memperoleh penghasilan dari budidaya udang tersebut.

Masalah-masalah yang kompleks tersebut mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia, yang merupakan negara mitra utama ACIAR.
Oleh sebab itu penelitian dan pengelolaan yang terkoordinasi
merupakan hal yang penting dilakukan agar sektor industri perikanan
budidaya dapat berjalan baik dan memberikan kepastian hasil serta
penghidupan yang lebih baik bagi para petani

Tanggapan Australian Government For International Agricultural Researech (ACIAR)

ACIAR telah menginvestasikan sekitar 20 juta dollar Australia dalam
bidang penelitian dan pengembangan perikanan di Indonesia
sejak tahun 1980-an. Secara keseluruhan terdapat 41 proyek yang
diarahkan pada aspek-aspek penanganan cadangan ikan dari alam
maupun praktek-praktek budidaya perikanan. Investasi kami telah
berkembang menjadi 3 area, termasuk diantaranya adalah kegiatan-
kegiatan yang saling terkait:

Perikanan tangkap

Termotivasi oleh adanya fakta bahwa cadangan ikan semakin
menurun, kegiatan penelitian dan pengembangan difokuskan
pada analisa dan pengumpulan data jumlah tangkapan yang
sahih, serta pengembangan model perikanan untuk memperbaiki
informasi dan pengelolaannya. Proyek ini mencakup tentang
kakap merah, hiu dan ikan pari, tuna dan penangkapan ikan yang
tidak terdata (IUU).

Perikanan Budidaya

Beberapa proyek terdahulu difokuskan pada pemberantasan
penyakit yang sedang merebak sehingga menyebabkan kegagalan
panen yang luarbiasa di bidang budidaya udang. Pada proyek
berikutnya, penelitian difokuskan tidak hanya pada kesehatan
udang, tetapi juga pada kualitas air dan tanah, praktek pengelolaan
yang lebih baik, dan potensi penggunaan tanaman dan komoditas
alternatif untuk mengurangi resiko produksi. Penelitian juga
diarahkan pada penentuan kesesuaian lahan untuk perikanan
budidaya.

Komoditas lainnya

Penelitian dan pengembangan juga meliputi perikanan ikan laut
bersirip, pembudidayaan kepiting bakau serta perikanan waduk.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan praktek budidaya
ikan karang yang bernilai tinggi seperti ikan kerapu. Proyek yang
lain menelaah strategi untuk mengoptimalkan produksi keramba
jaring apung sekaligus mengurangi perselisihan di antara para
petani keramba dan para nelayan ikan yang kurang mampu yang
menggantungkan hidupnya pada penangkapan ikan di waduk-
waduk.

Prakiraan dampak

Studi pengkajian dampak yang dilakukan ACIAR mengenai program
penelitian dan pengembangan perikanan di Indonesia serta dua
proyeknya menunjukkan dampak yang penting dan semaking
berkembang.

Studi pengkajian dampak terhadap pengembangan ikan tuna
menunjukkan potensi keuntungan, dalam besaran nilai bersih
saat ini (Net Present Value – NPV), mencapai sekitar 168 juta dolar
Australia didalam bidang litbang bila dikaitkan dengan investasi
ACIAR. Dilaporkan adanya kemungkinan pengembalian mencapai
sekitar 547 juta dolar Australia dari total investasi yang ditanamkan,
dari hasil pengkajian budidaya udang dari petani skala kecil.

Jangka waktu persiapan proyek ini berlangsung cukup lama dan
perlu dicatat bahwa banyak penelitian yang baru saja diselesaikan
atau masih berlangsung, sehingga pengkajian dampaknya pun
juga sedang dilakukan. Sebagian besar prakiraan pengkajian
dampak didasarkan pada peluang pengembalian modalnya dimasa
mendatang.

Pencapaian utama dari seluruh proyek ditandai dengan adanya
peningkatan kapasitas pada bidang penelitian dan penyuluhan di
Indonesia, serta kemampuan teknis untuk mendukung penelitian di
masa yang akan datang.

Cara pandang baru yang muncul di setiap proyek menghasilkan
perbaikan dalam hal praktek dan teknologi, sehingga pihak terkait
dapat merasakan hasilnya dalam jangka panjang. (Dua hasil studi
pengkajian dampak secara lebih detil dapat dibaca di halaman 2-4
dari lembar fakta ini)


Pengkajian Dampak Satu: Mencegah Penurunan Jumlah Ikan Tuna

Australia dan Indonesia memiliki Zona Ekonomi Ekslusif di bagian
timur Laut Hindia, dimana nilai tangkapan ikan tuna baik tangkapan
komersial maupun ‘artisanal’ mencapai 15% dari total tangkapan
tuna di Laut Hindia.

Namun, sejak tahun 2000, para nelayan melaporkan penurunan
tangkapan beberapa species , baik dalam hal jumlah maupun ukuran
ikannya.

Penurunan ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan pada
tingkatan sekarang ini di wilayah tersebut tidaklah lestari dan dapat
menandai kejatuhan bidang perikanan serta mengancam mata
pencaharian masyarakat nelayan.

Daerah ini meliputi sejumlah lokasi kunci bagi spesies tuna, dan di
perairan bagian selatan Jawa Timur dan Bali sangat dikenal sebagai
tempat bertelur bagi ikan tuna bersiripbiru (SBT).

Jika hanya memfokuskan pada indikator jumlah tangkapan dan
ukuran ikan, maka perubahan penting dalam tingkat reproduksi
serta penyebaran populasi ikan tidak akan dapat diketahui. Untuk
memastikan bahwa spesies dan industri perikanan dapat bertahan
melalui praktek manajemen yang lebih baik, para peneliti Indonesia
memerlukan kemampuan yang lebih besar dalam mengawasi,
menganalisa dan melaporkan semua hal yang terkait dengan bidang
perikanan.

Tanggapan dari ACIAR

Tujuan ACIAR adalah menjawab prioritas Indonesia yang sudah
disebutkan dalam melaksanakan pembangunan kapasitas nasional
yang efektif untuk memonitor dan mengkaji data perikanan tuna dan
‘billfish’ (ikan berparuh) guna meningkatkan kemampuannya dalam
melaporkan data tersebut kepada organisasi-organisasi manajemen
internasional.

Dengan bantuan dari CSIRO, pekerjaan ini melibatkan perbaikan dan
perluasan sistem data nasional, pelaksanaan tinjauan data perikanan
secara menyeluruh, dan meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam menganalisa, menginterpretasi dan melaporkan data.

Pada tahun 1994 dibentuk Komisi Perlindungan Tuna Bersiripbiru
Wilayah Selatan (CCSBT), untuk memastikan berjalannya konservasi
cadangan tuna bersiripbiru dan optimalisasi pemanfaatannya.

Australia, Jepang, Korea dan Taiwan meminta Indonesia masuk dalam
keanggotaan CCSBT, untuk memastikan pengelolaan perikanan
yang lebih baik. Satu persyaratan utama keanggotaan Indonesia
(dan untuk memperbolehkan penjualan tuna yang berkelanjutan
ke pangsa pasar Jepang, Taiwan, Korea dan US yang bernilai tinggi),
adalah penilaian yang obyektif serta kesepakatan pengelolaan
cadangan ikan tuna.


Membangun pengetahuan dan kapasitas baru

ACIAR bekerjasama dengan CSIRO untuk membentuk program dan
basisdata pengamatan percobaan ilmiah, memberikan pelatihan
pada enam pengamat Indonesia untuk mengumpulkan data
penangkapan dari kapal ‘longline’.

Program tersebut melengkapi sistem pengawasan berbasis
pelabuhan yang telah ada, yang sudah dibangun sebelumnya
melalui dukungan Australia maupun pihak-pihak internasional, serta
pelatihan strata dua bagi para spesialis pengkajian cadangan ikan
tuna dari Indonesia yang masih terus berlangsung hingga kini.

Program ini juga memperlengkapi Departemen Kelautan dan
Perikanan Indonesia dengan peningkatan kemampuan untuk
menganalisa, menafsirkan dan melaporkan data pengkajian jumlah
cadangan.

Pada April 2008 Indonesia diterima sebagai anggota CCSBT dimana
kapasitas dalam menyediakan data yang dapat diandalkan, menjadi
dasar utama keanggotaan tersebut.

Dengan pemodelan yang lebih dapat dipercaya, pengelolaan dan
kelestarian perikanan diharapkan dapat meningkat.

Para nelayan dan konsumen juga akan mendapatkan keuntungan
dari tingkat harga yang lebih murah dan terjaminnya persediaan
ikan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Memperkirakan nilai dari dampak

Dengan berlanjutnya pemodelan Litbang dan perikanan ekstensif,
investasi ACIAR diperkirakan menghasilkan potensi keuntungan,
nilai saat ini (PVT) sebesar A$168 juta. Hal ini memperlihatkan
keuntungan sebesar $180 dari setiap $1 yang diinvestasikan, dan
nilai pengembalian internal sebesar 210%.

Keuntungan bagi Indonesia diperkirakan mendekati A$10 juta.
Konsumen yang mendapat keuntungan sebesar $924 juta
diperkirakan termasuk Jepang, Korea dan Taiwan dengan perkiraan
cadangan SBT jangka panjang. Sementara nelayan-nelayan dari
negara-negara tersebut diperkirakan mendapatkan keuntungan
$170 juta. Sedangkan keuntungan yang didapat Australia dan New
Zealand diperkirakan mencapai $30 juta.

Selain keuntungan langsung secara ekonomi, terdapat juga:
keuntungan ekologi secara luas
hubungan yang membaik dengan Australia
keuntungan sosial bagi masyarakat nelayan Indonesia, dengan
pemasukan yang lebih tinggi bagi armada kapal
pemahaman yang lebih baik mengenai species tuna.


Pengkajian Dampak Dua: Remediasi tambak udang

Pada tahun 1980-an Indonesia melakukan investasi yang penting
dalam pertambakan yaitu tambak air payau bagi para petani
penggarap untuk memproduksi udang.

Banyak petani mengubah lahan sawah mereka menjadi tambak,
dengan harapan budidaya tambak akan mengubah kehidupan
mereka karena menghasilkan suatu produk ekspor yang bernilai
tinggi

Satu dekade berikutnya terjadi kejatuhan produksi tambak
udang yang mengenaskan dikarenakan adanya penyakit. Para
petani terpukul oleh hilangnya cadangan udang dalam jumlah
besar sehingga akhirnya menelantarkan tambak-tambak mereka,
menyebabkan sekitar 100.000 ha tambak menganggur hingga saat
ini.

Beberapa petani menjalankan produksi lokal seperti bandeng dan
rumput laut, tetapi mereka harus berusaha keras untuk mendapatkan
pemasukan karena tanah mereka tidak cocok lagi untuk produksi
beras dan juga tidak memungkinkan untuk usaha budidaya tambak.

Tanggapan dari ACIAR

ACIAR telah mendanai lokakarya yang menyelidiki kerugian-kerugian
akibat penyakit. Para peneliti menyadari adanya faktor lain yang
utama yaitu Tanah Sulfat Masam, yang berhubungan dengan tingkat
kerawanan terkena penyakit, mengurangi hasil panenan dan kasus-
kasus kematian secara mendadak.

Sebuah proyek yang dipimpin oleh University of New South Wales,
difokuskan pada teknik remediasi. Proyek selanjutnya difokuskan
pada pengkajian kemampuan dan kesesuaian tanah untuk tambak
udang, pengendalian penyakit dan memperbaiki praktek pengelolaan
lahan budidaya, serta membangun kapasitas teknis dan penyuluhan
(ekstension).

Tim peneliti mengembangkan proses remediasi untuk tambak,
dengan menggabungkan proses pengapuran dan pembersihan,
rotasi dan budidaya tumpangsari, penyediaan benih yang bebas
penyakit dan isolasi.

Tantangan utama yang muncul adalah rendahnya tingkat adopsi
oleh para petani. Kemampuan mereka terhalangi oleh akses yang
terbatas pada pengetahuan yang baru, dan juga biaya dan risiko
yang berhubungan dengan investasi awal remediasi.

Namun, para petani di beberapa tempat sudah berhasil mengadopsi
proses tersebut, dan kuncinya adalah keterlibatan peneliti yang baik
dalam proses pembukaan tambak percontohan serta kerjasama
yang baik dengan para petani.

Pemerintah Indonesia sudah mengumumkan rencana merevitalisasi
industri budidaya tambak yang sedang merana, termasuk remediasi
tambak terlantar untuk produksi udang putih dan udang windu.
Dengan investasi besar yang diusulkan dalam bidang penyuluhan,
penelitian dan pengembangan yang dibiayai oleh ACIAR akan
memberikan masukan yang penting dalam proses perencanaan
pemerintah.


Pelestarian Perikanan Indonesia

Prakiraan dampak

Manfaat sebenarnya dari penelitian dan pengembangan ACIAR akan
tergantung pada tingkatan adopsinya. Sebuah pengkajian dampak
proyek remediasi awal, yang didanai oleh ACIAR, telah berhasil
menorehkan beberapa skenario dalam perencanaan revitalisasi
pemerintah.

Salah satu contoh skenario penurunan biaya terbaik diperkirakan
dapat memberikan keuntungan bagi petani mencapai A$2.000 juta,
dihitung dengan menggunakan nilai saat ini, selama kurun waktu
20 tahun yang akan datang, bila dinas penyuluhan lokal melakukan
penanaman investasi yang cukup besar.

Secara historis, memang cukup sulit untuk mendapatkan dukungan
dari otoritas lokal sehingga perlu diformulasikan skenario yang
dibuat sedikit kurang optimis. Diperkirakan keuntungan hasil saat
ini sebesar A$547 selama 20 tahun. Hal ini berarti setiap 1 dolar
yang diinvestasikan ACIAR, lembaga penelitian di Australia dan di
Indonesia, akan berhasil mengembalikan sebesar $52. Nilai hasil
internal diperkirakan sebesar 26%.

Manfaat bagi para petani dan perencana yang
berkelanjutan

Pencapaian utama dari remediasi yang didanai ACIAR adalah
pengembangan teknologi untuk membantu mengetahui dan
melokalisir tanah sulfat masam serta permasalahan tanah lainnya.

Teknologi ini akan membantu para petani dan pemerintah lokal
menghindari dari kesalahan perencanaan, sehingga mereka mampu
menilai kesesuaian lahan yang lebih baik untuk berbagai macam
jenis produksi.

Pengetahuan yang baru tentang tanah sulfat masam di Indonesia
telah memberikan banyak manfaat bagi Australia, contohnya:
masalah yang sama muncul di wilayah pantai New South Wales, dan
pengetahuan ini sudah dipertimbangkan dalam pengembangan
wilayah pemukiman dan pertanian.

Manfaat utama yang lain dari proyek ini menjadi lebih jelas saat
terjadinya Tsunami pada Boxing Day tahun 2004, dimana banyak
tambak tradisional hancur di Aceh. Para peneliti Indonesia yang
dilatih melalui proyek ACIAR, bekerjasama dengan peneliti Australia,
dapat secara cepat merespon keadaan.

Banyak lembaga-lembaga yang bekerja di area rekonstruksi
mengesampingkan kemungkinan adanya masalah tanah sulfat
masam di Aceh. Pemetaan ekstensif selama proyek ACIAR
berlangsung menunjukkan banyak tambak yang dibangun di atas
area yang berisiko tinggi akan tanah sulfat masam.

Para peneliti juga bekerja dengan badan lain guna memperbaiki
pendekatan-pendekatan mereka dalam menerapkan teknik
konvensional dan pengapuran, dan dalam mempromosikan praktek
pengelolaan dan teknologi pemetaan yang lebih baik. Tanpa
kemampuan ini, kemungkinan pemulihan pertambakan udang di
Aceh akan mengalami penundaan.

Friday, December 18, 2009

PEMBENIHAN IKAN PATIN JAMBAL(Pangasius djambal)

Pendahuluan

Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) merupakan salah satu dari kelompok spesies Pangasius yang berasal dari perairan umum Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Jawa dan beberapa Propinsi lain di Indonesia. Ikan ini berpotensi besar sebagai komoditas ekspor karena memiliki daging berwarna putih yang disukai oleh konsumen di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Eropa. Kegiatan pembenihan ikan ini sudah dimulai di BBAT Jambi sejak tahun 1997 bekerja sama dengan IRD Perancis melalui kegiatan project Catfish Asia.
Pada tanggal 9 Januari 2006 pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan mencanangkan Gerakan Serentak Pengembangan Patin Jambal Untuk Ekspor. Dengan Pencanangan ini kebutuhan akan benih patin jambal sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut BBAT Jambi terus melakukan kegiatan pembenihan untuk didistribusikan ke lima wilayah pengembangan kawasan budidaya patin jambal yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

Induk dan Pemeliharaan Induk

Induk patin jambal yang ada di BBAT merupakan turunan pertama dari induk dari alam. Ikan jantan pertama matang gonad pada 2 tahun dengan berat 2-3 kg. Sedangkan Ikan betina matang gonad pada umur 3 tahun dengan bobot 4-5 kg. Ukuran induk yang baik adalah induk dengan bobot 5-10 kg karena mudah ditangani , memerlukan sedikit hormon, dan tingkat ovulasinya relatif tinggi bila dibandingkan dengan induk berukuran besar. Induk dipelihara di kolam berdasar tanah dan dinding beton dengan luas 600 m2, kedalaman 1,8 - 2 m atau di keramba ukuran 2x4x2 m dengan kedalaman 1,5 m. Kepadatan induk di kolam 0,7-1 kg/ m2 sedangkan di keramba sungai 6 - 7kg/ m3, dengan perbandingan 1jantan : 2betina. Untuk menjaga kualitas air, kolam di lengkapi dengan pipa pemasukan air dan aerasi. Untuk mengurangi endapan Lumpur serta sisa-sisa makanan didasar kolam, setiap bulan kolam disifon menggunakan pompa. Pakan induk berupa pellet komersial berprotein minimal 28 % sebanyak 0,8 - 1,5%, diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

Seleksi Induk

Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan-persiapan meliputi : peencanaan, persiapan peralatan, bahan untuk seleksi induk dan penyuntikan, wadah pemberokan corong penetasan, dan wadah pemeliharaan larva. Persiapan juga meliputi personil yaitu pembagian tugas selama kegiatan induk, penyuntikan dan stripping. Pada kegiatan seleksi, diusahakan induk jangan mengalami stress. Untuk mengurangi stress maka hal–hal yang harus diperhatikan adalah.

1. Tidak memegang langsung dengan tangan tetapi gunakan serok
2. Gunakan serok yang tidak menjerat dan melukai induk
3. Gunakan obat bius sewaktu seleksi, induce, maupun stripping yaitu asam amino benzoate ( benzocain) dengan dosis 100 ppm. Larutkan 100 gram benzocain dalam 1 liter etanol
4. Induk yang ditampung /diberok ; hanya induk yang akan disuntik
5. Gunakan alat tranportasi induk yang lembut /tidak melukai induk
6. Siapkan alat,bahan,wadah,tenaga pelaksana seleksi sebelum seleksi dimulai
Pengecekan induk betina dilakukan dengan cara kanulasi, bila diameter telur sudah mencapai 1,72 mm, induk siap dipijahkan.
Jika diameter kurang dari 1,72 mm penyuntikan bisa dilakukan dengan menggunakan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg dan diamati selama 1 x 48 jam, untuk merangsang perkembangan diameter.
Pengamatan inti telur dengan cara merendam telur dalam larutan sera (Alkohol 99,5% : Formaldehyde 40% : Asam Asetat = 6 : 3 : 1). Bila inti telur tersebut sudah menepi, berarti induk sudah siap dipijahkan.
Pada induk jantan, seleksi dilakukan dengan melihat alat kelamin yang agak menonjol dan bila diurut ke arah genital akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 1: 2

Pemijahan

Pemijahan ikan patin jambal dilakukan secara buatan yaitu dengan penyuntikan dengan menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6 cc/kg induk.. Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 9 jam. Penyuntikan I sebanyak 1/3 dosis total, sedangkan penyuntikan II sebanyak 2/3 nya. Penyuntikan dilakukan secara intraperittonial di bagianbawahsiripdada.
Waktu ovulasi berkisar antara 6–12 jam setelah penyuntikan II, tergantung dari suhu air inkubasi induk dan tingkat kematangan gonadnya. Waktu ovulasi bisa di predeksi dengan pengamatan perkembangan oocyte. Bila setelah 6 jam dari penyuntikan kedua belum ovaluasi maka diambil sampel oocyte dengan kateter dan diamati dibawah mikroskop. Untuk memperjelas perkembangan oocyte dapat di lakukan dengan merendam oocyte dalam larutan sera .Apabila inti oocyte sudah tidak terlihat dengan jelas (Germinal Vesicle Break Down) atau stage 5-6, maka pengecekan ovulasi 1-2 jam lagi. Jika inti terlihat dengan jelas ( stage 1-3), dapat dilakukan penyuntikan ke tiga dengan dosis penyuntikan ke ll dan dilakukan pengecekan setelah 4 jam dari penyuntikan ke tiga.

Pembuahan

Pengambilan sperma dilakukan dengan melakukan pengurutan ke arah lubang genital, dari beberapa induk jantan kemudian sperma disedot dengan spuit 25 cc yang telah diisi dengan larutan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4 cc Na Cl dan 1 cc sperma.
Telur yang keluar ditampung dalam wadah berupa baskom kecil. Pembuahan dimulai dengan mencampurkan telur dan sperma. Campuran tersebut diaduk secara perlahan-lahan menggunakan bulu ayam selama lebih kurang 3 menit. Setelah itu ditambahkan air bersih ke dalam campuran telur dan sperma, terus diaduk perlahan menggunakan bulu ayam selama 3 menit kemudian dicuci dengan air bersih. Pada proses pengeluaran telur dan sperma, induk betina dan jantan dibius untuk memudahkan penanganan dan mengurangi stres

Penetasan Telur

Inkubasi telur menggunakan corong penetasan. Sebelum telur dimasukkan terlebih dahulu dilakukan pencucian menggunakan larutan tanah merah guna menghilangkan daya rekat telur. Larutan tanah merah dicampurkan ke dalam telur yang telah dibuahi, diaduk perlahan-lahan sampai daya rekat hilang. Terakhir telur dicuci dengan air bersih, kemudian dimasukkan kedalam corong penetasan dengan kepadatan 500-750 cc/corong suhu 280 - 290. Telur akan menetas setelah 28 – 36 jam.

Pemeliharaan Larva

Panen Larva dilakukan setelah telur dianggap selesai menetas paling lambat 6 jam setelah menetas (sebelum telur yang tidak menetas hancur dan membusuk). Panen dilakukan dengan menyerok larva menggunakan skopnet halus. Larva patin jambal yang baru menetas mempunyai panjang 0,4 cm dan berat rata-rata 2,3 mg, berwarna hitam dan bergerak sangat aktif yaitu berenang mendekati aerasi dan ke permukaan air.

Larva dipelihara di akuarium/fiber glass dengan kepadatan 10 ekor/liter selama 6 hari. Pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp dengan frekuensi pemberian 5 kali/hari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 23.00 WIB secara ad libitum. Setelah 6 hari kepadatan diturunkan menjadi 5 ekor/liter dan pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex sp hidup. Agar kualitas air tetap baik maka dilakukan penyiponan kotoran setiap hari sebelum dilakukan pemberian pakan pertama pada pagi hari. Penggantian air dilakukan pada hari ke 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Setelah berumur 18 hari larva siap ditebar di kolam pendederan. Pada tahapan ini didapatkan larva berukuran 1 inchi dengan SR 60-90%.

Pendederan

Sebelum dilakukan pendederan benih, terlebih dahulu kolam disiapkan. Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan caren, pengapuran, pemupukan, pengisian air kolam dan inokulasi Moina sp.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam petelur) dengan dosis 500 – 1000 gr/m2, sedangkan kapur yang digunakan adalah kapur hidup (CaO) dengan dosis 25 – 100 gr/m2. Selanjutnya kolam diisi air secara bertahap hingga ketinggian 90 cm (lebih kurang 3 hari).

Inokulasi Moina sp dengan kepadatan 5 ekor/cc sebanyak 10 liter dilakukan sehari setelah pengisian air. Setelah inokulasi kolam didiamkan selama 3 – 4 hari dengan maksud memberi waktu pada ekosistem kolam untuk mencapai keseimbangan dan Moina sp untuk berkembang biak. Pemantauan kualitas air yang meliputi Oksigen terlarut, pH dan suhu air dilakukan sebagai persiapan akhir.

Larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 20 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pellet yang dihancurkan dengan kandungan protein 28% sebanyak 20 – 5% dari berat biomassa. Pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 4 – 5 minggu.

Kolam mulai dialiri air baru pada minggu kedua, karena benih patin jambal sudah membutuhkan air mengalir.

Panen

Sebelum melakukan pemanenan, ikan tidak diberi pakan selama satu hari. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring sebagian, sedangkan sisanya ditangkap dengan menggunakan skopnet setelah kolam dikeringkan.

Benih yang ditangkap ditampung dalam wadah sebelum selanjutnya diseleksi. Ikan patin jambal ini mudah sekali mengalami stres ditandai dengan keluarnya lendir yang berlebihan. Ini dapat mengakibatkan kematian. Setelah ikan segar kembali, selanjutnya dilakukan seleksi menggunakan piring aluminium/plastik.

Panen dilakukan pada saat berumur 4-5 minggu dengan ukuran 2 s.d 3 inchi. Derajat derajat kelangsungan hidup antara 70 s.d 90 %.

Thursday, December 17, 2009

Budidaya Ikan Barramundi ( Kakap Putih )

1.PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk
usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak
berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan
Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di
laut telah berkembang.
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan nama
seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis,
baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor.
Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari
penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di
hasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yang
menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah
masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Untuk mengatasi masalah benih, Balai Budidaya Laut Lampung bekerja sama
dengan FAO/UNDP melalui Seafarming Development Project INS/81/008
dalam upaya untuk memproduksi benih kakap putih secara massal. Pada bulan
April 1987 kakap putih telah berhasil dipijahkan ddengan rangsangan hormon,
namun demikian belum diikuti dengan keberhasilan dalam pemeliharaan larva.
Baru pada awal 1989 kakap putih dengan sukses telah dapat dipelihara
larvanya secara massal di hatchery Balai Budidaya Lampung.
Dalam upaya pengembangan budidaya ikan kakap putih di indonesia, telah
dikeluarkan Paket Teknologi Budidaya Kakap Putih di Karamba Jaring Apungmelalui rekomendasi Ditjen Perikanan No. IK. 330/D2. 10876/93K, yang
dilanjutkan dengan Pembuatan Petunjuk Teknis Paket Teknologi.

2. BIOLOGI

Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar
terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous
(dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang
menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air
tawar.
Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan beberapa
nama seperti: pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur),
dubit tekong (Madura), talungtar, pica-pica, kaca-kaca (Sulawesi).
Ikan kakap putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkap
taksonominya adalah sbb:
Phillum : Chordata
Sub phillum : Vertebrata
Klas : Pisces
Subclas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Centroponidae
Genus : Lates
Species : Lates calcarifer (Block)
Ciri-ciri morfologis antara lain adalah:
a. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar.
b. Pada waktu masih burayak (umur 1 ~ 3 bulan) warnanya gelap dan setelah
menjadi gelondongan (umur 3 ~ 5 bulan) warnanya terang dengan bagian
punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi
keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.
c. Mata berwarna merah cemerlang.
d. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus.
e. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi.
f. Sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7 ~ 8. Sedangkan bentuk sirip
ekor bulat.

3. PEMILIHAN LOKASI

Sebelum kegiatan budidaya dilakukan terlebih dahulu diadakan pemilihan
lolkasi. Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha
budidaya ikan kakap putih.
Secara umum lokasi yang baik untuk kegiatanusaha budidya ikan Kakap putih ini adalah
di laut perairan teluk, lagoon dan perairan pantai yang terletak diantara dua buah pulau (selat).
Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan
kakap putih di laut adalah:
a. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang
b. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar
antara 5 ~ 7 meter.
c. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
d. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
e. Benih mudah diperoleh.
f. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
g. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil.

4. SARANA DAN ALAT BUDIDAYA

Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jaring
apung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur.
Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Jaring
Jaring terbuat dari bahan:
- Bahan: Jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, guna
untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar.
- Ukuran: 3 m x 3 m x 3 m
- 1 Unit Pembesaran: 6 jaring (4 terpasang dan 2 jaring cadangan)
b. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan
kurungan.
- Bahan: Bambu atau kayu
- Ukuran: 8 m x 8 m
c. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh sarana
budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan
- Jenis: Drum (Volume 120 liter)
- Jumlah: 9 buah.
d. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya
akibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.
- Jenis yang dipakai: Besi atau beton (40 kg).
- Jumlah : 4 buah
- Panjang tali : Minimal 1,5 kali ke dalam aire. Ukuran benih yang akan
Dipelihara: 50-75 gram/ekor
f. Pakan yang digunakan: ikan rucah
g. Perahu : Jukung
h. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll.

5. OPERASIONAL BUDIDAYA

1) Metode Pemeliharaan
Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil
pendederan atau hatchery, selanjutnya dipelikara dalam kurungan yang telah
disiapkan. Penebaran benih ke dalam karamba/jaring apung dilakukan pada
kegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu. Padat penebaran yang
ditetapkan adalah 50 ekor/m3 volume air.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengan
takaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikan
adalah ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adlah 6:1
dalam arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg.
Selama periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan, dilakukan pembersihan kotoran
yang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerangkerangan
dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan
menyebabkan kurungan bertambah berat.
Pembersihan kotoran dilakukan secara periodik paing sedikit 1 bulan sekali
dilakukan secara berkala atau bisa juga tergantung kepada banyak
sedikitnya organisme yang menempel.
Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa
ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan
algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara
menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggiSelain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan
peliharaan juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan.
Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala,
guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan.
Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak
seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan.
Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan
terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan,
perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2) Panen
Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran ±
500 gram/ekor diperlikan waktu 5-6 bulan. Dengan tingkat kelulusan
hidup/survival rate sebesar 90% akan didapat produksi sebesar 2.250
kg/unit/periode budidaya.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring keluar rakit,
kemudian dilakukan penyerokan.

3) Penyakit
Publikasi tentang penyakit yang menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan di
laut seperti ikan kakap putih belum banyak dijumpai. Ikan kakap putih ini
termasuk diantara jenis-jenis ikan teleostei. Ikan jenis ini sering kali diserang
virus, bakteri dan jamur. Gejala-gejala ikan yang terserang penyakit antara
lain adalah, kurang nafsu makan, kelainan tingkah laku, kelainan bentuk
tubuh dll.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi penyakit ini adalah:
a. menghentikan pemberian pakan terhadap ikan dan menggantinya dengan
jenis yang lain;
b. memisahkan ikan yang terserang penyakit, serta mengurangi kepadatan;
c. memberikan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

Monday, December 14, 2009

KELIMPAHAN PLANKTON DI TAMBAK MANGROVE

KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN PLANKTON DI TAMBAK MANGROVE (Rhizophoria mucronata) Dari hasil penelitian yg dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Budidaya Jakarta Indonesia di tambak mangrove desa Blanakan kabupaten Subang Jawa Barat dengan metode penelitian dilakukan di empat stasiun yaitu : 1. Tambak Terbuka 2. Tambak Tumpangsari 3. Tambak Tanah Timbul 4. Tambak Perhutani. Adapun parameter yang diamati adalah : komposisi, kelimpahan, indeks keragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi, didapatkan hasil bahwa kelimpahan plankton di tambak mangrove desa Blanakan mencapai 2161,5 - 2391,46 ind/L yang didominasi oleh kelas Chrysophyceae sedangkan komunitas plankton di tambak mangrove desa Blanakan cukup stabil dengan indeks keragaman sebesar 1,83 - 0,36, indeks keseragaman sebesar 0,78 

Wednesday, December 9, 2009

Maximalisasi SR Barramundi

Untuk menghasilkan angka kehidupan (SR) benih Baramundi (ikan Kakap putih) yang baik, benih Barramundi ditebar pada petakan2 kecil yg terbuat dari waring ( jaring dgn ukuran lobang kecil) dgn padat penebaran 2500 -5000 ekor/m persegi dgn ukuran benih 0.7 - 1 cm

Tuesday, December 8, 2009

2011 Harus Gunakan Sotware Legal

Pada akhir 2011 nanti, seluruh instansi pemerintahan diharuskan sudah menggunakan software atau perangkat lunak legal. Untuk mendukung kebijakan itu, Kantor Pengolahan data Elektronik (KPDE) Lamongan kemarin mengadakan kegiatan Sosialisasi Software Open Source dan Pemanfaatan mail.lamongankab.go.id di Ruang Sabha Dyaksa Lamongan, Selasa (8/12).
Keharusan instansi pemerintahan untuk menggunakan software legal ini seperti yang diatur dalam Surat Edaran Menkominfo nomor 5/2005 tentang Pemakaian dan Pemanfaatan Penggunaan Piranti Lunak Legal di Lingkungan Instansi Pemerintah. Serta Surat Edaran Menkominfo nomor 01/2009 tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS).
Pemahaman sebagian besar masyarakat atas penegakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti disampaikan Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Lamongan Aris Wibawa, selama ini belum merata. Sehingga hal ini mendorong masyarakat, tak terkeculai yang berada di lingkungan instansi pemerintahan untuk tetap menggunakan software komputer illegal atau bajakan.
Namun menurut Aris, semnagat untuk menghormati HAKI ini tetap harus dibarengi dengan solusi. Yakni dengan memberikan akses yang mudah untuk memperoleh software yang bukan hanya legal tapi juga murah.
“Dengan Software Open Source, masyarakat bisa mendapatkan perangkat lunak yang legal dan murah, bahkan gratis. Selain itu open source ini ini dikenal relative lebih kebal terhadap virus, “ urai dia.
Disampaikan Aris, saat ini website resmi Pemkab Lamongan telah menggunakn basis open source. Serta dilengkapi sejumlah fasilitas dan fitur-fitur layanan termasuk layanan e-mail dengan domain mail.lamongankab.go.id.
“Harapan saya, penggunaan Software Open Source bias menjadi sesuatu hal yang biasa di lingkungan Pemkab Lamongan. Nantinya, hal ini juga akan berkembang dengan baik di tengah masyarakat.demikian pula Insya Allah pada 2011 nanti pemanfaatan perangkat lunak berbasis open sorce di lingkungan Pemkab Lamongan dapat berjalan sukses, “ pungkas dia.
KPDE sendiri kedepan berencana mengembangkan open source sendiri untuk setiap unit computer di Pemkab Lamongan. Open source tersebut nantinya akan dikembangkan dari basis operasi Linux.

Sunday, December 6, 2009

Tebar 20 Ribu Benih Ikan

Sejumlah aktifis perempuan di Lamongan kemarin (4/12) menebar 20 ribu benih ikan nila di Desa Gempoltukmloko/Sarirejo. Gerakan Perempuan Tanam, Tebar dan Pelihara Pohon itu dibuka Ketua tim Penggerak PKK Lamongan Endang Rijanti masfuk.

Selain menebar benih ikan, gerakan aktifitas perempuan Lamongan tersebut juga melakukan penanaman bibit tanaman produktif sejumlah sekitar 30 ribu batang. Bibit tanaman produktif yang akan ditanam di seluruh kecamatan di Lamongan itu meliputi bibit pohon sawo, matoa, sukun, mangga dan blimbing.

“Penyelenggaraan kegiatan semacam ini mempunyai makna yang sangat penting untuk memberikan sumbangan pemulihan kerusakan sumber daya alam. Ini sekaligus untuk membangun budaya sadar menanam pada masyarakat, “ kata Endang Rijanti dalam sambutannya.

Ditambahkannya, untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik, dia mengajak semua pihak untuk terus menjaga kelestarian alam dan ekosistemnya. Hal itu, kata dia, bisa dilakukan bukan hanya dengan meningkatkan kegiatan penanaman namun juga menggalakkan pemeliharaan pohon yang sudah ada.

Endang dalam pernyataannya juga menyadari kegiatan menanam pohon itu bukan merupakan hal baru. Karena itu diperlukan kesadaran dari semua komponen bangsa sampai ke desa-desa untuk secara serentak mensukseskan program pro pelestarian lingkungan tersebut.

“Terganggunya ekosistem di sekitar kita disebabkan tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab. Hanya dengan kesadaran dari seluruh komponen bangsa yang bisa menghadang kerusakan yang lebih jauh pada ekosistem kita, “ tegasnya dalam kegiatan yang juga diikuti Ketua Gabungan Organisasi Wanita Cicik Rosyida Tsalits Fahami, Ketua Dharma Wanita Persatuan Lamongan Mahdumah Fadeli, serta ratusan aktifis perempuan dari organisasi Persit Kartika Candra Kirana, Bhayangkari, Adyaksa Dharma Karini dan Dharma Yukti Karini.

BI Ambon Tertarik Kinerja Moncer BDL

Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Daerah Lamongan (BDL) kemarin (4/12) kedatangan rombongan kunjungan kerja (kungker) Pemprov Maluku terkait penelitian pendirian Bank Perkreditan Rakyat atau BPR Pemprov Maluku. Dalam rombongan itu juga ikut serta sejumlah pimpinan perbankan di Maluku seperti dari Bank Maluku, Bank Sinar Mas, Bank Danamon, BNI, BCA dan BI Maluku.

Mereka diterima Sekkab Lamongan Fadeli yang juga Ketua Dewan Pengawas BDL dan Direktur Utama BDL Yuhronur Efendi. Sementara pimpinan rombongan kungker, Yafet Damamain, menyampaikan salah satu tujuan utama kunjungannya ke BDL adalah karena Pemprov Maluku berencana mendirikan suatu BPR.

Dikataknnya, kendala pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Maluku terkait erat dengan permodalan. Menurut dia, itu terjadi karena UMKM tidak memiliki akses permodalamn ke perbankan karena tidak memiliki jaminan untuk bank. “Harus ada kiat-kita untuk mengembangkan UMKM di Maluku. Karena itu ada pemikiran dari pemerintah setempat untuk mendirikan sebuah BPR.

Hal senada disampaikan Asisten III Pemprov Maluku R.A. Ambon. Menurut dia, Pemprov Maluku memang bertekad untuk mendirikan BPR seperti BDL. Pendirian BPR tersebut jelas R.A Ambon untuk membantu permodalan UMKM di Maluku. “Kami ingin melihat dari dekat pengelolaan BDL terutama terkait permodalan untuk UMKM, ujar dia.

Sekkab Fadeli dalam keterangannya mengungkapkan asset yang dikelola BDL saat ini mencapai Rp 145 miliar. Sementara dana pihak ketiga yang berupa tabungan dan deposito mencapai Rp 81 miliar. Dikatakannya, BDL mempunyai produk unik yakni Simapan yang merupakan tabungan konsumen kecil.

“BDL jemput bola pada pelanggan Simapan dengan menggunakan semacam celengan untuk tabungan ini. Produk ini mungkin tidak dimiliki bank lain. Karena yang ditarik adalah uang receh sehingga memerlukan ketelatenan. Meski konsumennya rakyat kecil, berkat ketelatenan, dana Simapan saat ini mencapai Rp 36 miliar, “ ungkap dia.

Selain itu BDL juga memperoleh kewenangan untuk mengelola dana revolving dari Pemkab Lamongan. Kredit bergulir dari sejumlah lima Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut tiap tahunnya rata-rata mencapai Rp 27 miliar.