Friday, August 28, 2009

BUDIDAYA IKAN HIAS LIVE BEARER

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis
ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.

Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:

1) Ikan-ikan hias yang beranak.
2) Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
3) Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
4) Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
5) Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias yang beranak (live bearer), misalnya:

1) Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)
2) Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)
3) Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)
4) Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)

CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA

1) Induk Jantan
a. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
b. Tubuhnya rampaing.
c. Warnanya lebih cerah.
d. Sirip punggung lebih panjang.
e. Kepalanya besar.

2) Induk Betina
a. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
b. Tubuhnya gemuk
c. Warnanya kurang cerah.
d. Sirip punggung biasa.
e. Kepalanya agak runcing.


HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN

1) Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
2) Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.
3) pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
4) Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.


TEKNIK PEMIJAHAN
1) Pemilihan indu. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
2) Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang.
3) Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.


PERAWATAN BENIH
1) Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
2) Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
3) Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
4) Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.

5) Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.

Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,- sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.

Dinas Perikanan DKI Jakarta

Wednesday, August 26, 2009

BUDIDAYA IKAN HIAS DENGAN PEMIJAHAN BUATAN

Dari banyaknya jenis ikan hias air tawar, ada kelompok ikan hias yang pemijahannya sangat sulit dikerjakan secara alami. jenis ikan pada kelompok ini biasanya merupakan ikan yang baru diambil dari alam sehingga lingkungan budi daya kurang memenuhi syarat untuk berkembang biak.

Secara fisiologis perubahan lingkungan memang menyebabkan kurangnya rangsangan organ-organ tertentu untuk dapat mengeluarkan hormon yang menyebabkan terjadinya pemijahan. Sementara kerja hormon itu sendiri pun akan lebih potensial pada kondisi lingkungan yang sesuai. Penyesuaian atau adaptasi lingkungan pada ikan-ikan tertentu terkadang membutuhkan waktu sangat lama, bisa sampai beberapa generasi.

Para pakar telah mengetahui bahwa hormon yang bertanggung jawab dalam pemijahan adalah hormon gonadotropin. Hormon ini dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa yang terdapat pada otak kecil ikan. Mekanisme kerja hormon memang sangat kompleks dan menyertakan hormon-hormon lain untuk proses pengeluarannya.

Namun, naiknya kadar hormon gonadotropin dalam darah sampai nilai tertentu dapat merangsang ikan memijah atau bertelur.
Kemajuan teknologi yang berkembang saat ini adalah dengan memberi rangsangan atau stimulasi agar kadar hormon gonadotropin dalam darah meningkat, yaitu dengan menyuntikkan substansi hormon.

Ternyata teknologi ini sangat efektif karena ikan dapat memijah dengan baik. Jenis substansi hormon bisa berbentuk hormon segar (hypofisa ikan mas) maupun hormon buatan. Saat ini banyak dijual hormon buatan dalam berbagai merek seperti Ovaprim dan LHRH-A.

Tahapan Perlakuan Pemijahan Buatan

Untuk pemijahan buatan ini, tahapan yang perlu dilakukan adalah menyiapkan induk ikan yang akan diberi suntikan hormon, persiapan hormon, pengambilan telur dan sperma, pencampuran telur dan sperma, penetasan telur, dan perawatan larva. Untuk perawatan larva ini tidak berbeda dengan perawatan larva pada berbagai jenis ikan hias lain.

Induk dipilih yang sudah bertelur atau matang telur. Semakin matang telurnya maka reaksi atau respon terhadap hormon akan semakin baik. Sementara substansi hormon yang akan digunakan dapat dipilih dari hypofisa ikan mas atau dari hormon buatan. Bila menggunakan hipofisa ikan mas maka menurut pengalaman peternak sebaiknya dipilih ikan mas yang poctnsial, beratnya 400-800 gram.

pengambilan hipofisa dilakukan dengan Cara memotong kepala ikan mas tepat di belakang tutup insang. Selanjutnya kepalanya dipotong lagi secara horisontal di atas mata ke bagian depan. Hipofisa akan tampak di rongga tulang kepala sebagai bulatan putih kecil. Hipofisa ini dapat diangkat dengan menggunakan pinset.

Sesudah diambil, hipofisa dapat digerus dalam tabung kaca atau mortar kecil menggunakan penggerus kaca- Lalu, tambahkan larutan garam 0,7% atau 0,5-1,0 ml akuabidest dan aduk merata. Biarkan campuran tersebut hingga mengendap.

Bila alatnya tersedia, campuran tersebut dapat disentrifugasikan. Setelah mengendap, ambil larutan bagian atas yang bening dengan menggunakan suntikan atau spuit (syringe). Cairan tersebut merupakan substansi hormon dan siap digunakan.

Dosis substansi hormon yang digunakan bervariasi, tergantung jenis ikannya. Umumnya digunakan dosis 4-10 mg/kg ikan untuk betina dan 2-5 mg/kg ikan untuk jantan. Oleh karena untuk mengukur hipofisa terkadang sulit maka dapat digunakan takaran dosis.

satu dosis merupakan hipofisa yang dihasilkan dari satu kg ikan mas. Biasanya penyuntikan ikan menggunakan empat dosis Untuk betina dan dua dosis untuk jantan. Sebagai contoh, bila induk betina yang -akan dirangsang mempunyai berat 2 kg maka diperlukan hipofisa dari 4 kg, ikan mas.

Untuk kadar hormon buatan biasanya sudah tercantum pada petunjuk pemakaian dalam kemasannya. Namun demikian, karena terkadang respon ikan terhadap hormon bervariasi maka akan lebih baik kalau kadarnya mengacu pada pengalaman peternak lain atau pada pakar yang sudah menelitinya.

Kadar hormon untuk ikan berukuran kecil (di bawah 10 g) tentunya sangat sedikit (di bawah 0,01 ml). Namun, pengukuran kadar yang sangat sedikit tersebut sangat sulit karena harus mengikuti skala pada tabung suntikan. Padahal skala tiap garis yang ada pada tabung suntikan biasanya adalah 0,01 ml. Untuk mengantisipasi kendala ini maka sebaiknya hormon diencerkan dahulu dengan akuabidest.

penyuntikan dapat dilakukan 1-2 kali untuk betina dan umumnya hanya sekali untuk jantan. Bila penyuntikan pada betina dilakukan dua kali maka penyuntikan pertama hanya 1/3 dosis dan penyuntikan kedua 2/3 dosis. Sementara interval waktu penyuntikannya sekitar 6-7 jam.

Waktu penyuntikan pada induk jantan umumnya dilakukan bersamaan dengan waktu penyuntikan kedua pada induk betina.
Oleh karena biasanya ikan bertelur pada malam atau menjelang pagi hari maka penyuntikan hormon dilakukan sekitar 10-14 jam sebelum waktu bertelur. Untuk itu, akan sangat baik bila penyuntikan berlangsung pada sore hari menjelang malam atau malam hari.Lokasi penyuntikan hormon pada tubuh ikan adalah sekitar 2-4 sisik di bawah sirip punggung, di dekat ekor, di dekat sirip perut, ataupun tepat di bagian belakang sirip punggung. Arah jarum suntikan adalah miring (sekitar 45°) ke arah kepala. Penyuntikan ke tubuh ikan dapat dilakukan dengan meletakkan ikan pada tatakan bila ikannya besar atau dengan memegangnya (gunakan tangan kiri) bila ikannya kecil.

Penyuntikan ini dapat dilakukan di luar ataupun di dalam air.
Pemijahan atau pengeluaran telur sesudah disuntik dapat dilakukan dengan memasangkan induk dan membiarkannya bertelur di tempat pemijahan. Bisa juga pemijahan dilakukan dengan cara stripping (pengambilan telur dengan cara diurut). Untuk jenis ikan berukuran kecil seperti Red-finned Shark, biasanya pemijahan dibiarkan hingga telurnya keluar sendiri-. Untuk jenis ikan besar, perlakuan stripping lebih efisien.

Pengurutan dilakukan pada pagi hari dengan cara menekan perut betina secara perlahan dari arah perut atas ke arah kelamin. Biasanya setelah diurut telur akan keluar. Telur yang keluar ditampung dalam wadah seperti mangkok atau piring. setelah itu, dengan cara yang sama induk jantan diurut untuk mengeluarkan spermanya. sperma dan telur tersebut dicampurkan dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam atau kuas halus selama 3-6 menit. Bisa juga ke dalam campuran sperma dan telur ditambahkan sedikit larutan ringer atau infus agar sperma berkesempatan membuahi telur.

sesudah diaduk sekitar 3-6 menit, telur dapat dicuci dengan air bersih beberapa kali. Selanjutnya telur dapat ditebarkan dalam bak atau akuarium penetasan. Penggantian air perlu dilakukan setelah larvanya bisa berenang.

sumber : Darti S.L dan Iwan D.


Budidaya Ikan Baronang

Baronang

Baronang merupakan salah satu jenis ikan laut yang banyak diminati oleh konsumen karena rasa dagingnya lezat. Di perairan Indonesia terdapat tidak kurang dari 7 spesies ikan baronang, yaitu Siganus javus, S. argentinzaculatus, S. vermiculatus, S. guttatus, S. spinus, S. Rivulatus, dan S. canaliculatus. Di antara ketujuh jenis baronang tersebut yang potensial untuk dibudidayakan adalah S. guttatus dan S. canaliculutus. Kedua jenis ikan tersebut cepat tumbuh dan toleran terhadap kondisi berjejal dan stres.

A. Sistematika
Famili : Siganidae
spesies : Siganus guttatus, S. canaliculatus, S. Javus, S. virgatus
Nama dagang : siganids, rabbit fish
Nama lokal : samadar, dingkis, kea-kea

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Famili ikan ini terdiri dari dari satu genus, yaitu Siganus. Tubuhnya pipih lateral (compressed) yang dilindungi sisik sikloid kecil-kecil. Linea-lateralis sederhana. Mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil. Punggungnya dilengkapi dengan sebuah duri yang tajam mengarah ke depan. Posisi duri di bagian depan dari sirip punggung. Biasanya duri ini tertanam di bawah kulit.

Duri-duri dilengkapi dengan kelenjar bisa/racun pada ujungnya.
Tubuhnya berwarna keperakan di bagian punggung. Sementara itu, bagian perut dan dada berwarna putih, tergantung dari jenis baronang.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Variasi jumlah telur ikan baronang yang berukuran panjang 22-27 cm adalah antara 200.000-1.300.000 butir. Juwana baronang S. guttatus yang berukuran D35 dapat mencapai berat 5o g atau panjang total 12 cm dalam 115 hari. Sementara itu, baronang S. canaliculatus dapat mencapai berat 93 g/ekor selama 5 bulan pemeliharaan dari benih berukuran 25 g/ekor.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
ikan ini hidup di perairan payau dan laut di daerah tropis. Salinitas terbaik untuk inkubasi telur adalah antara 10-51 ppt. Sementara itu, salinitas untuk perkembangan larva yang masih mengandung kuning telur adalah 14-37 ppt.

D. Wadah Budi Daya

Ikan ini dapat dibudidayakan di karamba jaring apung dan tambak. Benihnya ditempatkan pada karamba berukuran 2 m X 2 m X 2 m yang bermata jaring 12-25 mm.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Ketersediaan benih masih terkendala. Pembudidaya memperoleh benih ini dari hasil tangkapan alam. Kini, benih dari hatchery sudah bisa diperoleh. Pada musim tertentu benih S. canaliculatus banyak terdapat di perairan pantai pada lokasi tertentu (Sulawesi Selatan).

2. Penebaran benih
Benih berukuran 30-50 g/ekor dapat ditebarkan dalam karamba dengan kepadatan 250 ekor/m2

3. Pendederan
Benin berukuran 1-3 g/ekor dapat didederkan dalam karamba bermata jaring 22 min dengan kepadatan 300-5oo ekor/m3. Untuk mencapai ukuran 30-50 g, diperlukan waktu pendederan 2 bulan.

4. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa pakan buatan (pelet) dengan dosis 3-5% bobot badan. Pakan tersebut diberikan 3 kali sehari (pagi, Siang, dan malam hari).

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan baronang (S. guttatus) dapat terserang parasit sejenis dinoflagelata, yaitu Amyloodinium ocellatum. Organ yang diserang adalah insang dan kulit. Ikan yang terinfeksi oleh parasit ini menunjukkan gejala berenang megap-megap di permukaan, muncul warna merali di sekeliling mulut, dan gejala anemia. Bahkan, jika terinfeksi berat, dapat berakibat kematian pada ikan.

Pencegahan dan pengobatan, yaitu dilakukan perendaman dengan formalin 200 ppm selama satu jam disertai aerasi kuat. Hal ini disebabkan
penggunaan formalin dengan dosis tinggi dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air, selain ikan sangat sensitif terhadap formalin.

Jamur yang sering menyerang ikan laut adalah Ichthyophonus sp. Tanda adanya infeksi jamur, yaitu pada setiap ikan berbeda. Beberapa ikan terinfeksi tidak menunjukkan gejala sakit. Namun, ada juga yang ditandai dengan pembengkakan organ dalam, seperti limpa, hati, dan ginjal disertai benjolan putill berdiameter hingga lebih dari 2 mm, kadang disertai pembengkakan perut dan bergerak tak menentu.


Efek lain yang timbul adalah ikan kehilangan nafsu makan sehingga menjadi kurus dan menderita anemia. Pengobatannya belum diketahui. Untuk menghindari serangan penyakit ini, sebaiknya sejauh mungkin dihindari pemberian pakan yang terkontaminasi jamur.

Penyakit bakterial penting pada ikan baronang, yaitu penyakit yang disebabkan bakteri Vibrio spp. dan Streptococcus sp. Gejala yang timbul, antara lain nafsu makan menurun, warna tubuh menjadi lebih gelap, perdarahan (hemoragi) multifokal pada sirip, dan mata buram/keruh serta sering kali menonjol. Infeksi kronis umumnya menyebabkan insang pucat.

Pencegahannya dengan mempertahankan kualitas perairan, melakukan penanganan sesuai prosedur, padat penebaran yang lebih rendah, dan vaksinasi. Pengobatannya dengan perendaman ikan sakit ke dalam larutan nitrafurazone 15 mg/l selama 2 jam atau Chloramphenicol 5o mg/l selama 4 jam. perendaman dapat juga dengan Supphonamide 5o mg/l selama 4 jam.

G. Panen
Baronang dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi, yaitu 300-400 g/ekor dengan waktu pemeliharaannya selama 3-4 bulan. Adapun cara panennya seperti panen ikan umumnya di KJA.
Baronang siap panen Lamanya pemeliharaan sekitar 3-4 bulan untuk menghasilkan baronang siap dikonsumsi
sumber :Penebar Swadaya

Pengelolaan Ikan Bandeng

Bandeng
Ikan bandeng memiliki rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Khusus di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan, ikan bandeng memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi, ikan bandeng pada banyak diminta sebagai umpan hidup bagi usaha penangkapan ikan tuna (Thunnus spp.) dan cakalang (Katsuwonus pelamis). Bandeng juga banyak diminta untuk keperluan induk.

Keunggulan komoditas bandeng dibandingkan dengan komoditas lainnya, di antaranya

a) induknya memiliki fekunditas yang tinggi dan teknik pembenihannya telah dikuasai sehingga pasok nener tidak tergantung dari alam;
b) teknologi budi dayanya relatif mudah;
c) bersifat eurihalin antara. 0-50 ppt;
d) bersifat herbivore, tetapi dapat juga menjadi omnivore dan tanggap terhadap pakan buatan; e) pakan relatif murah dan tersedia secara komersial;
f) tidak bersifat kanibal sehingga bisa hidup dalam kepadatan tinggi;
g) dapat dibudidayakan secara polikultur dengan komoditas lainnya;
h) dapat digunakan sebagai umpan bagi industi perikanan tuna dan cakalang; dan
i) dagingnya bertulang, tetapi rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi.

A. Sistematika
Famili : Chanidae
Spesies : Chanos chanos
Name dagang : milkfish
Name lokal : bolu, muloh, ikan agam

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Tubuhnya berbentuk memanjang, padat, pipih, dan oval.
Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2).
Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total
adalah 1 : (5,2 - 5,5) Kepala tidak bersisik. Mulut terletak di ujung dan berukuran
kecil. Rahangnya tanpa gigi. Mata tertutup oleh kulit bening (subcytuneus).

Tutup, insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi, semua tertutup selaput membran branhiostegi. Sirip dada terletak dekat/di belakang tutup, insang dengan rumus jari-jari PI. 16-17. Sirip, perut terletak di bawah perut, dengan rumus jari-jari VI. 10-11. Sirip dubur terletak dekat anus dengan rumus jari-jari A 11. 8-9.

Garis sisi (Linea lateralis) terletak memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir pada bagian tengah sirip ekor..

2. Pertumbuhan dan perkembangan

Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin. Oleh karena itu,
ikan bandeng dapat hidup di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Induk bandeng baru bisa memijah setelah mencapai umur 5 tahun dengan ukuran panjang o,5-1,5 m dan berat badan 3-12 kg. Jumlah telur yang dikeluarkan induk bandeng berkisar 0,5-1,0 juta butir tiap kg berat badan.

Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 % bobot badan/hari. Pada tahap pendederan ikan bandeng, penambahan bobot per hari berkisar 40-50 mg. Ikan bandeng dengan bobot awal 1-2 g membutuhkan waktu 2 bulan untuk mencapai bobot 40 g.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Ikan ini mampu menghadapi perubahan kadar garam yang sangat besair (eurihalin). Oleh karena itu, ikan laut ini bisa juga hidup di air payau dan air tawar.

Lokasi ideal budi dayanya pada laguna di daerah pantai dan teluk terlindung yang aliran arusnya atau pergantian airnya lebih dari i00%/hari. Beberapa aspek teknis dalam pemilihan lokasi budi daya bandeng dalam KJA adalah

1) penempatan karamba harus di lokasi perairan yang bebas dari pencemaran,
2) terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar,
3) sirkulasi air akibat pasang surut dan arus tidak terlalu kuat (optimum 20-50 cm/dt),
4) kurang organisme penempel (biofouling),
5) fluktuasi salinitas tidak terlalu besar (<5 ppt), dan
6) oksigen terlarut tidak kurang dari 4 mg/l.

D. Wadah Budi Daya
Pemeliharaan bandeng di KJA laut memerlukan wadah berupa keramba jaring, rakit berikut pelampung, dan jangkar. Ukuran rakit disesuaikan dengan ketersediaan bahan, dan jenis komoditas budi daya. Ukuran rakit biasanya 5 m x 5 m, 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m, yang dapat memuat 4-16 karamba jaring ukuran 2 M X 2 M X 2 M.
Untuk pemeliharaan bandeng pada bulan pertama (ukuran ikan <20 g/ekor) digunakan karamba yang terbuat dari jaring hijau atau hitam. Masuk bulan ke 2 baru dipindahkan ke dalam karamba yang terbuat dari jaring trawl. Setiap karamba dilengkapi dengan penutup untuk menghindari kemungkinan lolosnya ikan pada saat ada goncangan. Pergantian karamba dilakukan sekali sebulan untuk menghindari terjadinya penempelan biofouling yang dapat mengganggu sirkulasi air.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Kini sebagian besar benih bandeng diperoleh dari hatchery, tidak lagi dari alam.

2. Penebaran benih
Benih yang ditebar dalam KJA sebaiknya berukuran gelondongan. Hal ini disebabkan nener belum mampu mengatasi pengaruh lingkungan perairan yang berarus dan bergelombang. Keuntungan lain penggunaan gelondongan adalah benih dapat tumbuh cepat sehingga mempersingkat waktu pemeliharaan.

Padat penebaran sangat tergantung pada ukuran ikan dan wadah budi daya. Sifat perenang cepat dan melawan arus perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan padat penebaran. Padat penebaran ikan berukuran 3 g sebesar 200-30o ekor/m3. Adapun padat tebar ikan berukuran 100-15o g/ekor adalah 125 ekor/m3.

Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00-08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari ikan stres aldbat perubahan kondisi lingkungan perairan. Adaptasi salinitas hendaknya dilakukan sebelum benih ditebar dan disesuaikan dengan salinitas perairan di lokasi KJA.
Transportasi bandeng ke karamba dapat dilakukan dengan penggunaan kantong plastik berisi air 5-10 l dan oksigen dengan perbandingan 1 : 2. Padat penebaran gelondongan ukuran 10 cm sekitar 5o ekor/kantong, dengan waktu tempuh sekitar 5-6 jam.

Penggunaan penoksetan0l 20o mg/l dan penurunan suhu dapat diaplikasikan dalam pembiusan ikan selama transportasi untuk mencegah kerusakan fisik.

3. Pendederan
Pendederan nener dapat dilakukan di petakan tambak, bak terkontrol, maupun hapa yang ditancapkan di tambak. Pendederan umumnya berlangsung selama 8o hari. Pendederan bertujuan untuk mendapatkan gelondongan bandeng berukuran 75—1oo g/ekor. Selama tahap pendederan pertambahan bobot ikan per hari berkisar 40-5o mg.

4. pembesaran
Lama pembesaran untuk mencapai ukuran di atas 300 g dengan benih berukuran sekitar 3 g adalah 12o hari. Adapun lama pembesaran untuk mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) dengan berat benih 20 g selama 5 bulan.

5. Pemberian pakan
Pakan utama bandeng terdiri dari organisme plankton, benthos, detritus, dan epifit. Dalam budi daya bandeng sekarang, digunakan juga pakan ikan buatan (pelet). Budi daya bandeng dalam KJA sepenuhnya mengandalkan pada pakan buatan dengan kandungan proteinnya berkisar 20-30%.

Umumnya pakan diberikan sebanyak 10-30% dari total bobot ikan/hari. Waktu pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari (pagi, siang, dan sore). Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar pakan tidak banyak terbuang. Pemberian pakan dapat juga dengan metode satiasi (sekitar 90% ikan dalam kondisi kenyang).

Pertumbuhan ikan perlu dipantau setiap bulan. Tujuannya sebagai acuan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan.

F. Pengendalian Hama penyakit
Bandeng yang dibudidayakan di laut umumnya bebas dari parasit dan hampir tidak didapatkan organisme yang bersifat patogen.

G. Panen
Bandeng dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi (300-500 g/ekor) dengan lama pemeliharaan 4-5 bulan dari gelondongan. Sementara itu, bandeng super dapat dipanen setelah berukuran 800 g/ekor dengan masa pemeliharaannya selama 120 dari gelondongan ukuran 100-150 g/ekor. Tingkat produktivitas bandeng dalam KJA ditentukan oleh faktor laju pertumbuhan, sintasan, kuantitas, dan kualitas pakan serta pengelolaan budi daya. Panen bisa dilakukan secara selektif atau total dengan menggunakan serer.
sumber : Penebar swadaya, 2008


Budidaya Ikan Arwana Super Red

Ikan arwana super red merupakan ikan hias air tawar unggulan. Bentuknya yang indah dengan warna sisik kemerahan, membuat ikan arwana super red banyak disukai orang. Ikan ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena harga per ekornya dapat mencapai puluhan juta rupiah.

Habitat asli ikan arwana super red di Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Namun ikan ini telah banyak dibudidayakan. Salah satu lokasi budidayanya terdapat di Kranggan, Bekasi, Jawa Barat.

Untuk mencapai lokasi budidaya ikan arwana super red dari Jakarta dapat melalui jalan Tol Jagorawi. Keluar di pintu Tol Cibubur,lalu mengambil arah ke kawasan Kranggan, Bekasi. Tepatnya di Desa Jati Raden. Perjalanan dari pusat kota Jakarta dengan menggunakan kendaraan bermotor memakan waktu sekitar satu setengah jam.

Di tempat inilah budidaya ikan arwana super red dilakukan, diatas lahan seluas 4 ribu meter persegi. Disini terdapat 3 kolam budidaya yang dikelola Bapak Sriyadi, yang diisi puluhan induk ikan arwana super red berusia 8 hingga 10 tahun. Budidaya arwana super red disini dilakukan dengan kerja keras, karena dilakukan di luar habitat aslinya di Kalimantan Barat. Pak Sriyadi telah menekuni usaha ini sejak lebih dari 7 tahun lalu.

Kolam budidaya disini memiliki ukuran 10 kali 30 meter. Agar indukan ikan sehat, airnya dijaga sehingga tetap bersih. Karena apabila air kolam pemeliharaannya tidak jernih, ikan arwana super red mudah terserang penyakit.

Indukan ikan arwana super red diberi makan sekali sehari, pada sore hari. Makanannya kodok dan ulat jerman. Kodok dijadikan makanan karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Sedangkan ulat jerman diberikan untuk mengurangi kandungan lemak, agar tubuh arwana tidak kegemukan.

Di tempat ini juga terdapat kolam tempat pemijahan ikan arwana super red. Kolam diberi pagar dan atap, agar ikan dapat melangsungkan perkawinan tanpa gangguan. Telur ikan arwana super red dierami oleh induk jantan.

Di alam bebas, lama pengeraman sekitar 60 hari. Namun di kolam budidaya ini lama pengeraman disesuai kebutuhan hingga telur menetas. Biasanya sekitar 2 minggu. Selama mengerami telurnya, induk jantan puasa tidak makan.

Anak ikan yang telah menetas kemudian dipindahkan ke akuarium incubator. Kondisi di akuarium ini disesuaikan dengan alam aslinya. Air dibuat memutar karena anakan ikan belum dapat berenang. Anakan ikan dijual setelah berusia 2 bulan dan telah pandai berenang. Pada usia seperti ini anakan ikan mulai tampak keindahannya. Harganya per ekor sekitar 4 juta rupiah.

Anakan ikan kemudian dibesarkan di kolam permanent. Kolam ini diberi pagar dan dibagian atasnya diberi pelindung. Pagar diperlukan agar ikan tidak melompat keluar dari kolam, karena ikan arwana super red sangat suka melompat.

Setelah dewasa, seperti inilah bentuk ikan arwana super red. Sangat indah dan mempesona. Bentuk tubuhnya yang unik dan warna sisiknya yang merah menyala, membuat ikan ini banyak dikoleksi karena diyakini sebagai pembawa keberuntungan.

Para kolektor ikan arwana super red biasanya datang langsung kesini untuk mencari ikan kesukaannya. Para pembelinya tidak hanya kolektor biasa, tetapi juga para tamu negara sahabat. Diantaranya keluarga Sultan Brunei Darussalam. Sebanyak 6 ekor ikan arwana super red berukuran 30 centimeter dibeli oleh Permaisuri Sultan Brunei Darusalam ketika berkunjung kesini.

Para pengunjung dapat melihat ikan arwana super red dewasa di kolam kaca di belakang rumah. Di kolam ini terdapat beberapa ikan arwana super red yang diletakkan di dalam kolam bersama – sama. Berbagai ikan arwana super red di kolam kaca ini terlihat indah dan menarik, sehingga membuat betah siapa saja yang memandangnya.

Memandang liukan tubuh ikan arwana super red memiliki magis tersendiri. Itulah yang membuat ikan ini berharga mahal, dan tidak tergantikan oleh ikan hias lain.
source: majalah pemeliharaan ikan

Monday, August 24, 2009

Aquarium Arwana

Arwana dari budidaya ikan termasuk famili ikan “karuhun”, yaitu Osteoglasidae atau famili ikan “bony-tongue” (lidah bertulang), karena bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi. Arwana dari budidaya arwana memiki berbagai julukan, seperti: Ikan Naga (Dragon Fish), Barramundi, Saratoga, PlaTapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkelese, Aruwana, atau Arowana, tergantung dari tempatnya. Disini saya menshare sedikit tips cara merawat ikan arwana red dari budidaya ikan arwana yang baik dan benar di dalam aquarium, sehingga ikan red arowana anda tidak stres ataupun agar bisa berkembang dengan baik.

1. Perhatikan peralatan aquarium
Berhasil tidaknya akuarium arowana red menjadi tempat yang nyaman bagi ikan arowana red, sungguh dipengaruhi oleh kelengkapan sarana pendukungnya.

2. Rajin melakukan perawatan akuarium red arwana
mau tak mau jika anda terlanjur mencintai ikan red arwana dari budidaya ikan dalam aquarium, cukuplah rajin melakukan perawatan. sebab déngan demikian itu, penampilan ikan arowana dalam aquarium tampak sehat, segar, dan menyenangkan.

Pemberian Makanan
Menu utama ikan arwana dalam aquarium adalah kelabang. tapi jangan terus- menerus diberi kelabang, sebaiknya divariasi déngan makanan red arwana lain. contohnya: udang, kecoa, katak, lipan, kadal, maupun jangkrik.

Pengontrolan & Pergantian Air
Setiap hari diwajibkan mengontrol suhu dan ph air. adapun suhu air ideal bagi ikan arwana red sekitar 25-27 derajat celcius ph yang dikehendaki sekitar 6-8,5. andaikata ph terlalu rendah, maka tambahkan kapur ke dalam aquarium ikan arowana

3. Penataan interior akuarium

Kehidupan di dalam akuarium adalah replika lingkungan hidup di alam bebas. oleh karena itu, perlu penataan interior dalam akuarium. ini berarti menuntut apresiasi estetika, sehingga perpaduan antara keindahan akuarium dengan anggunnya ikan ikan arwana red sanggup menampilkan nuansa kesejukan yang harmonis.
sumber: Article



Bila Benih ikan Terinfeksi

Dalam budidaya ikan atau udang, hal pertama yang harus diperhatikan adalah lingkungan/ media. Jika lingkungan hidup atau media aman dan nyaman bagi ikan, bisa dipastikan ikan akan tumbuh dengan optimal, sebaliknya jika media hidupnya kurang nyaman, ikan akan mudah stres dan berupaya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang buruk.

Selain faktor lingkungan, patogen merupakan laktor yang harus kita perhatikan sebab jika sudah masuk ke dalam lingkungan pemeliharaan ikan, akan mudah sekali menginfeksi ikan terutama pada saat lingkungan memburuk atau jika ikan mengalami stres.

Hampir semua patogen bersifat oportunis, yaitu menyerang pada saat lingkungan memburuk.
Jika dilihat dari gejala, besar kemungkinan benih kerapu yang bapak pelihara terinfeksi suatu penyakit. Tapi diperlukan pemeriksaan dan analisa yang tepat sehingga benar - benar diketahui penyakit yang menginfeksi ikan.

Beberapa penyakit yang mungkin menginfeksi ikan diantaranya :
• parasit monogenean, seperti Neobenedenia sp. Biasanya dicirikan dengan turunnya nafsu makan ikan disertai pergerakan yang abnormal. Beberapa menimbulkan 'pop eye' (mata menonjol), biasanya berasosiasi dengan penyakit bakterial. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah merendam dengan air tawar selama 15-30 menit sehingga parasit akan terlepas dari tubuh ikan. Jika terkena air tawar, warna parasit akan berubah dari bening menjadi putih susu sehingga mudah dilihat
dengan mata telanjang.

• Parasit darijenis Oodinium sp, dicirikan dengan timbulnya lapisan seperti bludru (velvet) pada permukaan tubuh ikan, serta warna insang berubah pucat. Ikan biasanya cenderung diam di dasar bak. Infeksi Oodinium lebih sudah diamati pada ikan yang masih berukuran kecil, tetapi biasanya infeksi Oodinium ini menyebabkan kematian yang signifikan. Jika terserang Oodinium. ikan bisa di dipping (celup) dengan larutan formalin 100-200 ppm selama 1 jam dengan aerasi kuat.

• Penyakit bakterial, salah satunya vibriosis. Gejala warna ikan cenderung gelap, jika dibedah gelembung renang membesar (tampak seperti kembung), kadang-kadang disertai luka/borok. Jika terbukti terinfeksi bakteri, antibiotik bisa digunakan dengan dosis tepat sesuai yang dianjurkan. Kepadatan ikan dikurangi dan perbaikan kualitas air.

• Virus VNN, banyak menyerang benih kerapu dengan gejala kehilangan nafsu makan, ikan yang lemah berenang dekat permukaan air. Ikan yang terinfeksi akan banyak berada di dasar bak, dan akhirnya akan mati. Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi virus, kecuali langkah-langkah pencegahan seperti pergantian air yang cukup banyak dan sering, serta penambahan imunostimulan. VNN mudah menular sehingga jika teridentifikasi dan kematian semakin meningkat, disarankan untuk memusnahkan dan melakukan sterilisasi terhadap bak dan alat-alat.

sumber : TROBOS, 2008



Antisipasi Titik Kritis Pemeliharaan Larva Patin

Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor terutama mutu induk, manajemen induk, dan kualitas air.
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah mutu induk. Dalam mendapatkan induk, harus diperhatikan asal usul induk, jangan sampai terjadi inbreeding (perkawinan antar saudara) karena akan menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Induk yang mendapatkan pakan berkualitas akan menghasilkan telur yang berukuran relatif besar, kuat dan daya tetas tinggi. Ukuran besarnya telur sebanding dengan besar larva. Telur yang bermutu baik menghasilkan larva yang lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.

Pada tahap pemeliharaan larva harus diperhatikan titik-titik kritis pemeliharaan larva yang terjadi pada waktu - Penetasan
Telur-telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas akan membusuk dan merusak kualitas air. Karena itu cangkang dan telur yang tidak menetas harus segera dibuang keluar tanpa mengganggu larva.

- Habisnya kuning telur
Pada saat ini larva memerlukan makanan dari luar. Dia akan memakan apapun yang ada di depannya, termasuk temannya sendiri. Solusinya adalah segera diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan harus bergerak karena mata larva belum sempurna dan larva hanya mengangakan (membuka) mulutnya saja.

- Larva patin yang baru menetas akan bergerak
vertikal ke atas dan ke bawah. Kondisi kritis
terjadi pada saat larva bergerak horisontal. Ini merupakan tanda-tanda muai habisnya kuning telur. Pada saat larva mulai bergerak secara horisontal, pakan hidup harus segera diberikan.

- Perubahan jenis pakan
Larva harus diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Sehingga energi yang dihasilkan dari makanan lebih besar daripada energi dikeluarkan untuk membuka mulut. Karena itu, ukuran dan jenis makanan yang diberikan secara bertahap harus disesuaikan. Saat penggantian jenis pakan ini seringkali terjadi banyak kematian karena tidak semua ikan dapat segera menyesuaikan diri, akibatnya ukuran ikan jadi tidak seragam. ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah dalam perebutan makanan.

Yang harus dilakukan dalam masalah ini adalah penggantian pakan dilakukan secara overlap (tumpang tindih). Yakni pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan baru tersebut. Setelah ikan yang mudah menyesuaikan diri kenyang, diberikan pakan lama untuk yang belum bisa makan pakan pengganti. Hal tersebut dilakukan selama beberapa hari hingga semua ikan bisa mengkonsumsi pakan pengganti.

Pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan system alat pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Pada saat pemeliharaan larva, pakan diberikan paling sedikit 6 kali dalam sehari semalam. Selepas dari tahap larva, pemeliharaan benih biasanya tidak terlalu banyak kendala.

sumber : Trobos, 2008

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan ular kalau sedang berada di atas permukaan sawah, yaitu bergerak dengan melenggok-lenggokan badannya. ke kanan dan ke kiri, serta ciri yang utama badannya berlendir.

Meskipun bentuk badannya yang berbeda, rasa dagingnya yang khas serta kandungan gizi dan proteinnya yang tinggi sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Belut mengandung kandungan asam
lemak tak jenuh sebesar 20%. Jenis lemak yang terkandung dalam Belut termasuk Jenis lemak Omega-3 yang mempunyai manfaat antara lain :

- Mencegah jantung koroner;
- Meningkatkan perkembangan otak (Nutrisi 0tak),
- Membantu menurunkan tekanan darah tinggi (Hypertensi );
- Meringankan penyakit kanker dan ginjal;
- Menambah vitalitas dan stamina;
- Meningkatkan fungsi mata.

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya protein hewani, serta cara pengolahannya yang mudah, Belut mulai populer dan digemari oleh masyarakat desa maupun perkotaan.

Penangkapan secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan konsumen menyebabkan populasi Belut makin hari makin berkurang, apalagi jika cara penangkapan yang sangat dilarang oleh pemerintah ,seperti diberi kejutan arus listrik dengan menggunakan accu.

Melihat kondisi tersebut, maka harus dicari cara untuk melestarikannya. Anggota kelompok tani Iwan Hermawan dan Epen Sukendar dengan binaan seorang PPL Wawan Setiawan SP., berhasil melakukan usaha pelestarian, Belut melalui berbagai penelitian danpercobaan selama 8 tahun.
Dengan adanya keberhasilan ini, konsumen tidak harus bergantung pada hasil dari penangkapan liar.

Dari segi bisnis Belut cukup menjanjikan karena permintaan dari dalam dan luar negeri sampai saat ini belum terpenuhi dan makin hari permintaan jumlahnya makin meningkat apalagi ada pengakuan dari beberapa negara bahwa Belut Indonesia khususnya yang berasal dari pulau Jawa mempunyai kualitas paling tinggi.

MENGENAL LEBIH JAUH TENTANG BELUT

Belut merupakan binatang air yang hidupnya harus dengan media lumpur halus. Lalu mengapa Belut harus memakai media lumpur halus sebagai tempat hidupnya? Hal ini dikarenakan :

• Belut memerlukan pengaman untuk tubuhnya dari segala pemangsa dan cuaca dengan memendamkan tubuhnya dalam Lumpur;

• Belut tidak mempunyai sisik dan sirip sehingga mudah terluka;

• Belut dilindungi oleh cairan lendir seperti minyak goreng yang berguna untuk menjaga kestabilan tubuh. untuk mempermudah dalam membuat lubang sebagai tempat tinggalnya;

• Belut dalam mencari mangsa atau makanan dengan menunggu didepan ujung lubang yang dijadikan tempat untuk mengintai karena sifat belut yang pasif;

• Belut akan menjadi aktif dan kanibal apabila merasa lapar atau
jika sedang mencari pasangan untuk melakukan perkawinan sesuai masa pertumbuhannya;

. Belut bukan termasuk ikan yang rakus, oleh karena itu pertumbuhannya lambat dibandingkan dengan jenis ikan lainnya selain itu Belut tidak memiliki pencernaan yang bisa mencerna makanan dengan cepat karena bentuk pencernaannya tunggal memanjang seperti bentuk tubuhnya.

CARA REPRODUKSI BELUT

Belut melakukan reproduksi melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Setelah dilakukan pengamatan secara terus menerus di lapangan maka diperoleh hasil Belut dewasa biasanya akan mencari pasangan untuk melakukan perkawinan untuk saling mengisi kekosongan dan saling membuahi. Belut betina akan mencari Belut jantan yang akan membuahi telur yang sudah siap dikeluarkan dari perutnya;

2. Belut jantan akan mencari Belut betina yang sudah siap dibuahi dan membuahinya. Pada masa suburnya Belut bisa lebih dari satu pasangan saling bergerombol dan berkelompok mencari pasangan yang cocok dengan nalurinya. Setelah mendapat pasangan yang cocok biasanya tidak terlalu jauh ukuran tubuhnya, pejantan lebih besar sedikit dengan betinanya;

3. pasangan yang siap melakukan perkawinan akan berenang menuju lubang atau sarang yang sudah dipersiapkan oleh sipejantan di tempat itu dan pasangan ini akan melakukan perkawinan dan dalam perkawinan ini akan saling membuahi;

4. Setelah beberapa hari perkawinan biasanya ada tanda berbentuk busa putih kekuningan di atas permukaan air Belut betina menyimpan telur dalam gelembung busa yang berwarna kuning dan akan ditunggui oleh Belut jantan sampai telur menetas, sedangkan Belut betina setelah mengeluarkan telurnya dia langsung pergi untuk mencari makan karena lapar setelah
melakukan perkawinan atau membuat lubang baru untuk berdiam diri dan mengintip mangsa yang, lewat

5. Telur-telur Belut akan menetas setelah 1- 7 hari, selama itu pula gumpalan busa bisa bertahan sampai telur-telur Belut menetas menjadi larva dan Belut jantan akan menunggu dengan setia;

6. Setelah menetas menjadi benih, maka benih tersebut akan mencari makan sendiri dan harus bisa bertahan dari pemangsa yang kadang-kadang datang dari Belut yang ukurannya lebih besar karena Belut termasuk hewan golongan kanibal. Perjuangan mencari makan dan perlindungan diri harus dilakukan sampai Belut menjadi dewasa (sampai umur 6 bulan).

Menurut pengamatan di lapangan, Belut bisa bereproduksi lebih dari situ kali sesuai dengan kesuburannya, karena Belut merupakan hewan hermaprodit dengan cara saling, mengisi antara jantan dan betina.

Belut termasuk binatang hermaprodit yang menurut pengamatan sebagian orang sulit untuk membedakan antara Belut betina dan jantan, ada yang berpendapat Belut pada awalnya berjenis kelamin betina dan setelah malakukan perkawinan akan berubah menjadi Belut jantan. Selanjutnya Belut jantan yang kosong tidak mempunyai kelamin yang sering disebut Belut banci.

PERBEDAAN BELUT JANTAN DAN BETINA

Pada awal mulai dewasa, Belut cenderung kelihatan berjenis kelamin betina karena berisi telur yang siap dikeluarkan dan dibuahi belut jantan dan saat melakukan perkawinan Belut tersebut akan saling membuahi dengan cara alami dan saling mengisi sebagai bentuk pertukaran kelamin sambil membuahi untuk menetas.
Setelah selesai perkawinan Belut jantan akan berubah menjadi betina sedangkan Belut betina akan berubah menjadi jantan. Demikian siklus ini berlangsung terus selama kondisi masa subur Belut tersebut baik.

5. FAKTOR PENDUKUNG DALAM BUDIDAYA BELUT
Sebelum kita membudidayakan Belut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
1. Tempat.
Jawa Barat secara umum memiliki persawahan yang luas dan sawah merupakan tempat yang sangat cocok untuk budidaya Belut.
2. Ketinggian. Ketinggian yang paling baik untuk
budidaya Belut yaitu 500 - 700 dpl.
3. Kualitas air. Air yang dibutuhkan harus air yang jernih, kaya akan oksigen dan tidak tercemar oleh limbah maupun bahan kimia beracun.
4. Suhu udara. Suhu yang sangat mendukung pertumbuhan Belut berkisar antara 28 - 30 derajat celcius.

CALON INDUK
Calon induk yang akan digunakan dalam budidaya harus dalam keadaan sehat dengan tanda-tanda sebagai berikut :
• Anggota tubuh utuh dan mulus, tidak ada luka maupun cacat;
• Agresif dan mampu bergerak lincah;
• Tubuh keras dan tidak lemas saat dipegang;
• Umur belut antara 3 - 5 bulan.

PAKAN UNTUK BELUT

Di dalam habitatnya, Belut termasuk hewan karnivora. (pemakan daging), karena. Belut memakan segala jenis organisme hidup yang jatuh ke air seperti kutu air, serangga, cacing, berudu, anak kodok, belatung, ikan kecil, bekicot dan marus.

HAMA

Hama yang sering ditemui ditempat budidaya. Belut adalah berang-berang, tikus sawah dan ular sawah.

PENYAKIT PADA BELUT

Penyebab penyakit yang sering menyerang Belut :
- Kekurangan pakan, menyebabkan Belut lemah dan bersifat kanibal;
- Pemberian pakan yang berlebihan;
- Keracunan yang diakibatkan adanya gas sulfide dari pembusukan tanaman di sekitar kolam;
- Stres disebabkan perubahan suhu air yang mendadak.

sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008