Tuesday, December 22, 2009

PELESTARIAN PERIKANAN INDONESIA

Masyarakat Indonesia sangat bergantung pada sumberdaya
produksi perikanan tangkap dan budidaya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun sumberdaya tersebut saat ini sedang
berada dalam kondisi terancam. Penangkapan ikan yang berlebihan,
tidak mengikuti peraturan/undang-undang, serta tidak dilaporkan
(IUU), menjadi masalah yang sangat serius pada sektor perikanan di
Indonesia, termasuk pada perairan yang berbatasan dengan Australia
ataupun dengan negara tetangga lainnya.

Dalam bidang perikanan budidaya, para petani penggarap udang
di Indonesia telah menghadapi kerugian yang sangat besar sebagai
akibat dari penyakit, masalah penurunan kualitas tanah serta praktek-
praktek pengelolaannya. Diperkirakan sekitar 100.000 hektar tambak
air payau luasan kecil terbengkalai, sehingga banyak petani tidak
memperoleh penghasilan dari budidaya udang tersebut.

Masalah-masalah yang kompleks tersebut mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia, yang merupakan negara mitra utama ACIAR.
Oleh sebab itu penelitian dan pengelolaan yang terkoordinasi
merupakan hal yang penting dilakukan agar sektor industri perikanan
budidaya dapat berjalan baik dan memberikan kepastian hasil serta
penghidupan yang lebih baik bagi para petani

Tanggapan Australian Government For International Agricultural Researech (ACIAR)

ACIAR telah menginvestasikan sekitar 20 juta dollar Australia dalam
bidang penelitian dan pengembangan perikanan di Indonesia
sejak tahun 1980-an. Secara keseluruhan terdapat 41 proyek yang
diarahkan pada aspek-aspek penanganan cadangan ikan dari alam
maupun praktek-praktek budidaya perikanan. Investasi kami telah
berkembang menjadi 3 area, termasuk diantaranya adalah kegiatan-
kegiatan yang saling terkait:

Perikanan tangkap

Termotivasi oleh adanya fakta bahwa cadangan ikan semakin
menurun, kegiatan penelitian dan pengembangan difokuskan
pada analisa dan pengumpulan data jumlah tangkapan yang
sahih, serta pengembangan model perikanan untuk memperbaiki
informasi dan pengelolaannya. Proyek ini mencakup tentang
kakap merah, hiu dan ikan pari, tuna dan penangkapan ikan yang
tidak terdata (IUU).

Perikanan Budidaya

Beberapa proyek terdahulu difokuskan pada pemberantasan
penyakit yang sedang merebak sehingga menyebabkan kegagalan
panen yang luarbiasa di bidang budidaya udang. Pada proyek
berikutnya, penelitian difokuskan tidak hanya pada kesehatan
udang, tetapi juga pada kualitas air dan tanah, praktek pengelolaan
yang lebih baik, dan potensi penggunaan tanaman dan komoditas
alternatif untuk mengurangi resiko produksi. Penelitian juga
diarahkan pada penentuan kesesuaian lahan untuk perikanan
budidaya.

Komoditas lainnya

Penelitian dan pengembangan juga meliputi perikanan ikan laut
bersirip, pembudidayaan kepiting bakau serta perikanan waduk.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan praktek budidaya
ikan karang yang bernilai tinggi seperti ikan kerapu. Proyek yang
lain menelaah strategi untuk mengoptimalkan produksi keramba
jaring apung sekaligus mengurangi perselisihan di antara para
petani keramba dan para nelayan ikan yang kurang mampu yang
menggantungkan hidupnya pada penangkapan ikan di waduk-
waduk.

Prakiraan dampak

Studi pengkajian dampak yang dilakukan ACIAR mengenai program
penelitian dan pengembangan perikanan di Indonesia serta dua
proyeknya menunjukkan dampak yang penting dan semaking
berkembang.

Studi pengkajian dampak terhadap pengembangan ikan tuna
menunjukkan potensi keuntungan, dalam besaran nilai bersih
saat ini (Net Present Value – NPV), mencapai sekitar 168 juta dolar
Australia didalam bidang litbang bila dikaitkan dengan investasi
ACIAR. Dilaporkan adanya kemungkinan pengembalian mencapai
sekitar 547 juta dolar Australia dari total investasi yang ditanamkan,
dari hasil pengkajian budidaya udang dari petani skala kecil.

Jangka waktu persiapan proyek ini berlangsung cukup lama dan
perlu dicatat bahwa banyak penelitian yang baru saja diselesaikan
atau masih berlangsung, sehingga pengkajian dampaknya pun
juga sedang dilakukan. Sebagian besar prakiraan pengkajian
dampak didasarkan pada peluang pengembalian modalnya dimasa
mendatang.

Pencapaian utama dari seluruh proyek ditandai dengan adanya
peningkatan kapasitas pada bidang penelitian dan penyuluhan di
Indonesia, serta kemampuan teknis untuk mendukung penelitian di
masa yang akan datang.

Cara pandang baru yang muncul di setiap proyek menghasilkan
perbaikan dalam hal praktek dan teknologi, sehingga pihak terkait
dapat merasakan hasilnya dalam jangka panjang. (Dua hasil studi
pengkajian dampak secara lebih detil dapat dibaca di halaman 2-4
dari lembar fakta ini)


Pengkajian Dampak Satu: Mencegah Penurunan Jumlah Ikan Tuna

Australia dan Indonesia memiliki Zona Ekonomi Ekslusif di bagian
timur Laut Hindia, dimana nilai tangkapan ikan tuna baik tangkapan
komersial maupun ‘artisanal’ mencapai 15% dari total tangkapan
tuna di Laut Hindia.

Namun, sejak tahun 2000, para nelayan melaporkan penurunan
tangkapan beberapa species , baik dalam hal jumlah maupun ukuran
ikannya.

Penurunan ini menunjukkan bahwa penangkapan ikan pada
tingkatan sekarang ini di wilayah tersebut tidaklah lestari dan dapat
menandai kejatuhan bidang perikanan serta mengancam mata
pencaharian masyarakat nelayan.

Daerah ini meliputi sejumlah lokasi kunci bagi spesies tuna, dan di
perairan bagian selatan Jawa Timur dan Bali sangat dikenal sebagai
tempat bertelur bagi ikan tuna bersiripbiru (SBT).

Jika hanya memfokuskan pada indikator jumlah tangkapan dan
ukuran ikan, maka perubahan penting dalam tingkat reproduksi
serta penyebaran populasi ikan tidak akan dapat diketahui. Untuk
memastikan bahwa spesies dan industri perikanan dapat bertahan
melalui praktek manajemen yang lebih baik, para peneliti Indonesia
memerlukan kemampuan yang lebih besar dalam mengawasi,
menganalisa dan melaporkan semua hal yang terkait dengan bidang
perikanan.

Tanggapan dari ACIAR

Tujuan ACIAR adalah menjawab prioritas Indonesia yang sudah
disebutkan dalam melaksanakan pembangunan kapasitas nasional
yang efektif untuk memonitor dan mengkaji data perikanan tuna dan
‘billfish’ (ikan berparuh) guna meningkatkan kemampuannya dalam
melaporkan data tersebut kepada organisasi-organisasi manajemen
internasional.

Dengan bantuan dari CSIRO, pekerjaan ini melibatkan perbaikan dan
perluasan sistem data nasional, pelaksanaan tinjauan data perikanan
secara menyeluruh, dan meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam menganalisa, menginterpretasi dan melaporkan data.

Pada tahun 1994 dibentuk Komisi Perlindungan Tuna Bersiripbiru
Wilayah Selatan (CCSBT), untuk memastikan berjalannya konservasi
cadangan tuna bersiripbiru dan optimalisasi pemanfaatannya.

Australia, Jepang, Korea dan Taiwan meminta Indonesia masuk dalam
keanggotaan CCSBT, untuk memastikan pengelolaan perikanan
yang lebih baik. Satu persyaratan utama keanggotaan Indonesia
(dan untuk memperbolehkan penjualan tuna yang berkelanjutan
ke pangsa pasar Jepang, Taiwan, Korea dan US yang bernilai tinggi),
adalah penilaian yang obyektif serta kesepakatan pengelolaan
cadangan ikan tuna.


Membangun pengetahuan dan kapasitas baru

ACIAR bekerjasama dengan CSIRO untuk membentuk program dan
basisdata pengamatan percobaan ilmiah, memberikan pelatihan
pada enam pengamat Indonesia untuk mengumpulkan data
penangkapan dari kapal ‘longline’.

Program tersebut melengkapi sistem pengawasan berbasis
pelabuhan yang telah ada, yang sudah dibangun sebelumnya
melalui dukungan Australia maupun pihak-pihak internasional, serta
pelatihan strata dua bagi para spesialis pengkajian cadangan ikan
tuna dari Indonesia yang masih terus berlangsung hingga kini.

Program ini juga memperlengkapi Departemen Kelautan dan
Perikanan Indonesia dengan peningkatan kemampuan untuk
menganalisa, menafsirkan dan melaporkan data pengkajian jumlah
cadangan.

Pada April 2008 Indonesia diterima sebagai anggota CCSBT dimana
kapasitas dalam menyediakan data yang dapat diandalkan, menjadi
dasar utama keanggotaan tersebut.

Dengan pemodelan yang lebih dapat dipercaya, pengelolaan dan
kelestarian perikanan diharapkan dapat meningkat.

Para nelayan dan konsumen juga akan mendapatkan keuntungan
dari tingkat harga yang lebih murah dan terjaminnya persediaan
ikan dalam jangka waktu yang lebih lama.

Memperkirakan nilai dari dampak

Dengan berlanjutnya pemodelan Litbang dan perikanan ekstensif,
investasi ACIAR diperkirakan menghasilkan potensi keuntungan,
nilai saat ini (PVT) sebesar A$168 juta. Hal ini memperlihatkan
keuntungan sebesar $180 dari setiap $1 yang diinvestasikan, dan
nilai pengembalian internal sebesar 210%.

Keuntungan bagi Indonesia diperkirakan mendekati A$10 juta.
Konsumen yang mendapat keuntungan sebesar $924 juta
diperkirakan termasuk Jepang, Korea dan Taiwan dengan perkiraan
cadangan SBT jangka panjang. Sementara nelayan-nelayan dari
negara-negara tersebut diperkirakan mendapatkan keuntungan
$170 juta. Sedangkan keuntungan yang didapat Australia dan New
Zealand diperkirakan mencapai $30 juta.

Selain keuntungan langsung secara ekonomi, terdapat juga:
keuntungan ekologi secara luas
hubungan yang membaik dengan Australia
keuntungan sosial bagi masyarakat nelayan Indonesia, dengan
pemasukan yang lebih tinggi bagi armada kapal
pemahaman yang lebih baik mengenai species tuna.


Pengkajian Dampak Dua: Remediasi tambak udang

Pada tahun 1980-an Indonesia melakukan investasi yang penting
dalam pertambakan yaitu tambak air payau bagi para petani
penggarap untuk memproduksi udang.

Banyak petani mengubah lahan sawah mereka menjadi tambak,
dengan harapan budidaya tambak akan mengubah kehidupan
mereka karena menghasilkan suatu produk ekspor yang bernilai
tinggi

Satu dekade berikutnya terjadi kejatuhan produksi tambak
udang yang mengenaskan dikarenakan adanya penyakit. Para
petani terpukul oleh hilangnya cadangan udang dalam jumlah
besar sehingga akhirnya menelantarkan tambak-tambak mereka,
menyebabkan sekitar 100.000 ha tambak menganggur hingga saat
ini.

Beberapa petani menjalankan produksi lokal seperti bandeng dan
rumput laut, tetapi mereka harus berusaha keras untuk mendapatkan
pemasukan karena tanah mereka tidak cocok lagi untuk produksi
beras dan juga tidak memungkinkan untuk usaha budidaya tambak.

Tanggapan dari ACIAR

ACIAR telah mendanai lokakarya yang menyelidiki kerugian-kerugian
akibat penyakit. Para peneliti menyadari adanya faktor lain yang
utama yaitu Tanah Sulfat Masam, yang berhubungan dengan tingkat
kerawanan terkena penyakit, mengurangi hasil panenan dan kasus-
kasus kematian secara mendadak.

Sebuah proyek yang dipimpin oleh University of New South Wales,
difokuskan pada teknik remediasi. Proyek selanjutnya difokuskan
pada pengkajian kemampuan dan kesesuaian tanah untuk tambak
udang, pengendalian penyakit dan memperbaiki praktek pengelolaan
lahan budidaya, serta membangun kapasitas teknis dan penyuluhan
(ekstension).

Tim peneliti mengembangkan proses remediasi untuk tambak,
dengan menggabungkan proses pengapuran dan pembersihan,
rotasi dan budidaya tumpangsari, penyediaan benih yang bebas
penyakit dan isolasi.

Tantangan utama yang muncul adalah rendahnya tingkat adopsi
oleh para petani. Kemampuan mereka terhalangi oleh akses yang
terbatas pada pengetahuan yang baru, dan juga biaya dan risiko
yang berhubungan dengan investasi awal remediasi.

Namun, para petani di beberapa tempat sudah berhasil mengadopsi
proses tersebut, dan kuncinya adalah keterlibatan peneliti yang baik
dalam proses pembukaan tambak percontohan serta kerjasama
yang baik dengan para petani.

Pemerintah Indonesia sudah mengumumkan rencana merevitalisasi
industri budidaya tambak yang sedang merana, termasuk remediasi
tambak terlantar untuk produksi udang putih dan udang windu.
Dengan investasi besar yang diusulkan dalam bidang penyuluhan,
penelitian dan pengembangan yang dibiayai oleh ACIAR akan
memberikan masukan yang penting dalam proses perencanaan
pemerintah.


Pelestarian Perikanan Indonesia

Prakiraan dampak

Manfaat sebenarnya dari penelitian dan pengembangan ACIAR akan
tergantung pada tingkatan adopsinya. Sebuah pengkajian dampak
proyek remediasi awal, yang didanai oleh ACIAR, telah berhasil
menorehkan beberapa skenario dalam perencanaan revitalisasi
pemerintah.

Salah satu contoh skenario penurunan biaya terbaik diperkirakan
dapat memberikan keuntungan bagi petani mencapai A$2.000 juta,
dihitung dengan menggunakan nilai saat ini, selama kurun waktu
20 tahun yang akan datang, bila dinas penyuluhan lokal melakukan
penanaman investasi yang cukup besar.

Secara historis, memang cukup sulit untuk mendapatkan dukungan
dari otoritas lokal sehingga perlu diformulasikan skenario yang
dibuat sedikit kurang optimis. Diperkirakan keuntungan hasil saat
ini sebesar A$547 selama 20 tahun. Hal ini berarti setiap 1 dolar
yang diinvestasikan ACIAR, lembaga penelitian di Australia dan di
Indonesia, akan berhasil mengembalikan sebesar $52. Nilai hasil
internal diperkirakan sebesar 26%.

Manfaat bagi para petani dan perencana yang
berkelanjutan

Pencapaian utama dari remediasi yang didanai ACIAR adalah
pengembangan teknologi untuk membantu mengetahui dan
melokalisir tanah sulfat masam serta permasalahan tanah lainnya.

Teknologi ini akan membantu para petani dan pemerintah lokal
menghindari dari kesalahan perencanaan, sehingga mereka mampu
menilai kesesuaian lahan yang lebih baik untuk berbagai macam
jenis produksi.

Pengetahuan yang baru tentang tanah sulfat masam di Indonesia
telah memberikan banyak manfaat bagi Australia, contohnya:
masalah yang sama muncul di wilayah pantai New South Wales, dan
pengetahuan ini sudah dipertimbangkan dalam pengembangan
wilayah pemukiman dan pertanian.

Manfaat utama yang lain dari proyek ini menjadi lebih jelas saat
terjadinya Tsunami pada Boxing Day tahun 2004, dimana banyak
tambak tradisional hancur di Aceh. Para peneliti Indonesia yang
dilatih melalui proyek ACIAR, bekerjasama dengan peneliti Australia,
dapat secara cepat merespon keadaan.

Banyak lembaga-lembaga yang bekerja di area rekonstruksi
mengesampingkan kemungkinan adanya masalah tanah sulfat
masam di Aceh. Pemetaan ekstensif selama proyek ACIAR
berlangsung menunjukkan banyak tambak yang dibangun di atas
area yang berisiko tinggi akan tanah sulfat masam.

Para peneliti juga bekerja dengan badan lain guna memperbaiki
pendekatan-pendekatan mereka dalam menerapkan teknik
konvensional dan pengapuran, dan dalam mempromosikan praktek
pengelolaan dan teknologi pemetaan yang lebih baik. Tanpa
kemampuan ini, kemungkinan pemulihan pertambakan udang di
Aceh akan mengalami penundaan.

Friday, December 18, 2009

PEMBENIHAN IKAN PATIN JAMBAL(Pangasius djambal)

Pendahuluan

Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) merupakan salah satu dari kelompok spesies Pangasius yang berasal dari perairan umum Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Jawa dan beberapa Propinsi lain di Indonesia. Ikan ini berpotensi besar sebagai komoditas ekspor karena memiliki daging berwarna putih yang disukai oleh konsumen di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Eropa. Kegiatan pembenihan ikan ini sudah dimulai di BBAT Jambi sejak tahun 1997 bekerja sama dengan IRD Perancis melalui kegiatan project Catfish Asia.
Pada tanggal 9 Januari 2006 pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan mencanangkan Gerakan Serentak Pengembangan Patin Jambal Untuk Ekspor. Dengan Pencanangan ini kebutuhan akan benih patin jambal sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut BBAT Jambi terus melakukan kegiatan pembenihan untuk didistribusikan ke lima wilayah pengembangan kawasan budidaya patin jambal yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

Induk dan Pemeliharaan Induk

Induk patin jambal yang ada di BBAT merupakan turunan pertama dari induk dari alam. Ikan jantan pertama matang gonad pada 2 tahun dengan berat 2-3 kg. Sedangkan Ikan betina matang gonad pada umur 3 tahun dengan bobot 4-5 kg. Ukuran induk yang baik adalah induk dengan bobot 5-10 kg karena mudah ditangani , memerlukan sedikit hormon, dan tingkat ovulasinya relatif tinggi bila dibandingkan dengan induk berukuran besar. Induk dipelihara di kolam berdasar tanah dan dinding beton dengan luas 600 m2, kedalaman 1,8 - 2 m atau di keramba ukuran 2x4x2 m dengan kedalaman 1,5 m. Kepadatan induk di kolam 0,7-1 kg/ m2 sedangkan di keramba sungai 6 - 7kg/ m3, dengan perbandingan 1jantan : 2betina. Untuk menjaga kualitas air, kolam di lengkapi dengan pipa pemasukan air dan aerasi. Untuk mengurangi endapan Lumpur serta sisa-sisa makanan didasar kolam, setiap bulan kolam disifon menggunakan pompa. Pakan induk berupa pellet komersial berprotein minimal 28 % sebanyak 0,8 - 1,5%, diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

Seleksi Induk

Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan-persiapan meliputi : peencanaan, persiapan peralatan, bahan untuk seleksi induk dan penyuntikan, wadah pemberokan corong penetasan, dan wadah pemeliharaan larva. Persiapan juga meliputi personil yaitu pembagian tugas selama kegiatan induk, penyuntikan dan stripping. Pada kegiatan seleksi, diusahakan induk jangan mengalami stress. Untuk mengurangi stress maka hal–hal yang harus diperhatikan adalah.

1. Tidak memegang langsung dengan tangan tetapi gunakan serok
2. Gunakan serok yang tidak menjerat dan melukai induk
3. Gunakan obat bius sewaktu seleksi, induce, maupun stripping yaitu asam amino benzoate ( benzocain) dengan dosis 100 ppm. Larutkan 100 gram benzocain dalam 1 liter etanol
4. Induk yang ditampung /diberok ; hanya induk yang akan disuntik
5. Gunakan alat tranportasi induk yang lembut /tidak melukai induk
6. Siapkan alat,bahan,wadah,tenaga pelaksana seleksi sebelum seleksi dimulai
Pengecekan induk betina dilakukan dengan cara kanulasi, bila diameter telur sudah mencapai 1,72 mm, induk siap dipijahkan.
Jika diameter kurang dari 1,72 mm penyuntikan bisa dilakukan dengan menggunakan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg dan diamati selama 1 x 48 jam, untuk merangsang perkembangan diameter.
Pengamatan inti telur dengan cara merendam telur dalam larutan sera (Alkohol 99,5% : Formaldehyde 40% : Asam Asetat = 6 : 3 : 1). Bila inti telur tersebut sudah menepi, berarti induk sudah siap dipijahkan.
Pada induk jantan, seleksi dilakukan dengan melihat alat kelamin yang agak menonjol dan bila diurut ke arah genital akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 1: 2

Pemijahan

Pemijahan ikan patin jambal dilakukan secara buatan yaitu dengan penyuntikan dengan menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6 cc/kg induk.. Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 9 jam. Penyuntikan I sebanyak 1/3 dosis total, sedangkan penyuntikan II sebanyak 2/3 nya. Penyuntikan dilakukan secara intraperittonial di bagianbawahsiripdada.
Waktu ovulasi berkisar antara 6–12 jam setelah penyuntikan II, tergantung dari suhu air inkubasi induk dan tingkat kematangan gonadnya. Waktu ovulasi bisa di predeksi dengan pengamatan perkembangan oocyte. Bila setelah 6 jam dari penyuntikan kedua belum ovaluasi maka diambil sampel oocyte dengan kateter dan diamati dibawah mikroskop. Untuk memperjelas perkembangan oocyte dapat di lakukan dengan merendam oocyte dalam larutan sera .Apabila inti oocyte sudah tidak terlihat dengan jelas (Germinal Vesicle Break Down) atau stage 5-6, maka pengecekan ovulasi 1-2 jam lagi. Jika inti terlihat dengan jelas ( stage 1-3), dapat dilakukan penyuntikan ke tiga dengan dosis penyuntikan ke ll dan dilakukan pengecekan setelah 4 jam dari penyuntikan ke tiga.

Pembuahan

Pengambilan sperma dilakukan dengan melakukan pengurutan ke arah lubang genital, dari beberapa induk jantan kemudian sperma disedot dengan spuit 25 cc yang telah diisi dengan larutan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4 cc Na Cl dan 1 cc sperma.
Telur yang keluar ditampung dalam wadah berupa baskom kecil. Pembuahan dimulai dengan mencampurkan telur dan sperma. Campuran tersebut diaduk secara perlahan-lahan menggunakan bulu ayam selama lebih kurang 3 menit. Setelah itu ditambahkan air bersih ke dalam campuran telur dan sperma, terus diaduk perlahan menggunakan bulu ayam selama 3 menit kemudian dicuci dengan air bersih. Pada proses pengeluaran telur dan sperma, induk betina dan jantan dibius untuk memudahkan penanganan dan mengurangi stres

Penetasan Telur

Inkubasi telur menggunakan corong penetasan. Sebelum telur dimasukkan terlebih dahulu dilakukan pencucian menggunakan larutan tanah merah guna menghilangkan daya rekat telur. Larutan tanah merah dicampurkan ke dalam telur yang telah dibuahi, diaduk perlahan-lahan sampai daya rekat hilang. Terakhir telur dicuci dengan air bersih, kemudian dimasukkan kedalam corong penetasan dengan kepadatan 500-750 cc/corong suhu 280 - 290. Telur akan menetas setelah 28 – 36 jam.

Pemeliharaan Larva

Panen Larva dilakukan setelah telur dianggap selesai menetas paling lambat 6 jam setelah menetas (sebelum telur yang tidak menetas hancur dan membusuk). Panen dilakukan dengan menyerok larva menggunakan skopnet halus. Larva patin jambal yang baru menetas mempunyai panjang 0,4 cm dan berat rata-rata 2,3 mg, berwarna hitam dan bergerak sangat aktif yaitu berenang mendekati aerasi dan ke permukaan air.

Larva dipelihara di akuarium/fiber glass dengan kepadatan 10 ekor/liter selama 6 hari. Pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp dengan frekuensi pemberian 5 kali/hari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 23.00 WIB secara ad libitum. Setelah 6 hari kepadatan diturunkan menjadi 5 ekor/liter dan pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex sp hidup. Agar kualitas air tetap baik maka dilakukan penyiponan kotoran setiap hari sebelum dilakukan pemberian pakan pertama pada pagi hari. Penggantian air dilakukan pada hari ke 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Setelah berumur 18 hari larva siap ditebar di kolam pendederan. Pada tahapan ini didapatkan larva berukuran 1 inchi dengan SR 60-90%.

Pendederan

Sebelum dilakukan pendederan benih, terlebih dahulu kolam disiapkan. Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan caren, pengapuran, pemupukan, pengisian air kolam dan inokulasi Moina sp.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam petelur) dengan dosis 500 – 1000 gr/m2, sedangkan kapur yang digunakan adalah kapur hidup (CaO) dengan dosis 25 – 100 gr/m2. Selanjutnya kolam diisi air secara bertahap hingga ketinggian 90 cm (lebih kurang 3 hari).

Inokulasi Moina sp dengan kepadatan 5 ekor/cc sebanyak 10 liter dilakukan sehari setelah pengisian air. Setelah inokulasi kolam didiamkan selama 3 – 4 hari dengan maksud memberi waktu pada ekosistem kolam untuk mencapai keseimbangan dan Moina sp untuk berkembang biak. Pemantauan kualitas air yang meliputi Oksigen terlarut, pH dan suhu air dilakukan sebagai persiapan akhir.

Larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 20 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pellet yang dihancurkan dengan kandungan protein 28% sebanyak 20 – 5% dari berat biomassa. Pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 4 – 5 minggu.

Kolam mulai dialiri air baru pada minggu kedua, karena benih patin jambal sudah membutuhkan air mengalir.

Panen

Sebelum melakukan pemanenan, ikan tidak diberi pakan selama satu hari. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring sebagian, sedangkan sisanya ditangkap dengan menggunakan skopnet setelah kolam dikeringkan.

Benih yang ditangkap ditampung dalam wadah sebelum selanjutnya diseleksi. Ikan patin jambal ini mudah sekali mengalami stres ditandai dengan keluarnya lendir yang berlebihan. Ini dapat mengakibatkan kematian. Setelah ikan segar kembali, selanjutnya dilakukan seleksi menggunakan piring aluminium/plastik.

Panen dilakukan pada saat berumur 4-5 minggu dengan ukuran 2 s.d 3 inchi. Derajat derajat kelangsungan hidup antara 70 s.d 90 %.

Thursday, December 17, 2009

Budidaya Ikan Barramundi ( Kakap Putih )

1.PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk
usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak
berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan
Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di
laut telah berkembang.
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan nama
seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis,
baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor.
Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari
penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di
hasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yang
menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah
masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Untuk mengatasi masalah benih, Balai Budidaya Laut Lampung bekerja sama
dengan FAO/UNDP melalui Seafarming Development Project INS/81/008
dalam upaya untuk memproduksi benih kakap putih secara massal. Pada bulan
April 1987 kakap putih telah berhasil dipijahkan ddengan rangsangan hormon,
namun demikian belum diikuti dengan keberhasilan dalam pemeliharaan larva.
Baru pada awal 1989 kakap putih dengan sukses telah dapat dipelihara
larvanya secara massal di hatchery Balai Budidaya Lampung.
Dalam upaya pengembangan budidaya ikan kakap putih di indonesia, telah
dikeluarkan Paket Teknologi Budidaya Kakap Putih di Karamba Jaring Apungmelalui rekomendasi Ditjen Perikanan No. IK. 330/D2. 10876/93K, yang
dilanjutkan dengan Pembuatan Petunjuk Teknis Paket Teknologi.

2. BIOLOGI

Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar
terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous
(dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang
menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air
tawar.
Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan beberapa
nama seperti: pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur),
dubit tekong (Madura), talungtar, pica-pica, kaca-kaca (Sulawesi).
Ikan kakap putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkap
taksonominya adalah sbb:
Phillum : Chordata
Sub phillum : Vertebrata
Klas : Pisces
Subclas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Centroponidae
Genus : Lates
Species : Lates calcarifer (Block)
Ciri-ciri morfologis antara lain adalah:
a. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar.
b. Pada waktu masih burayak (umur 1 ~ 3 bulan) warnanya gelap dan setelah
menjadi gelondongan (umur 3 ~ 5 bulan) warnanya terang dengan bagian
punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi
keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.
c. Mata berwarna merah cemerlang.
d. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus.
e. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi.
f. Sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7 ~ 8. Sedangkan bentuk sirip
ekor bulat.

3. PEMILIHAN LOKASI

Sebelum kegiatan budidaya dilakukan terlebih dahulu diadakan pemilihan
lolkasi. Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha
budidaya ikan kakap putih.
Secara umum lokasi yang baik untuk kegiatanusaha budidya ikan Kakap putih ini adalah
di laut perairan teluk, lagoon dan perairan pantai yang terletak diantara dua buah pulau (selat).
Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan
kakap putih di laut adalah:
a. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang
b. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar
antara 5 ~ 7 meter.
c. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
d. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
e. Benih mudah diperoleh.
f. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
g. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil.

4. SARANA DAN ALAT BUDIDAYA

Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jaring
apung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur.
Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Jaring
Jaring terbuat dari bahan:
- Bahan: Jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, guna
untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar.
- Ukuran: 3 m x 3 m x 3 m
- 1 Unit Pembesaran: 6 jaring (4 terpasang dan 2 jaring cadangan)
b. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan
kurungan.
- Bahan: Bambu atau kayu
- Ukuran: 8 m x 8 m
c. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh sarana
budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan
- Jenis: Drum (Volume 120 liter)
- Jumlah: 9 buah.
d. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya
akibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.
- Jenis yang dipakai: Besi atau beton (40 kg).
- Jumlah : 4 buah
- Panjang tali : Minimal 1,5 kali ke dalam aire. Ukuran benih yang akan
Dipelihara: 50-75 gram/ekor
f. Pakan yang digunakan: ikan rucah
g. Perahu : Jukung
h. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll.

5. OPERASIONAL BUDIDAYA

1) Metode Pemeliharaan
Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil
pendederan atau hatchery, selanjutnya dipelikara dalam kurungan yang telah
disiapkan. Penebaran benih ke dalam karamba/jaring apung dilakukan pada
kegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu. Padat penebaran yang
ditetapkan adalah 50 ekor/m3 volume air.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengan
takaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikan
adalah ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adlah 6:1
dalam arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg.
Selama periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan, dilakukan pembersihan kotoran
yang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerangkerangan
dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan
menyebabkan kurungan bertambah berat.
Pembersihan kotoran dilakukan secara periodik paing sedikit 1 bulan sekali
dilakukan secara berkala atau bisa juga tergantung kepada banyak
sedikitnya organisme yang menempel.
Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa
ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan
algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara
menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggiSelain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan
peliharaan juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan.
Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala,
guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan.
Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak
seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan.
Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan
terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan,
perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2) Panen
Lama pemeliharan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran ±
500 gram/ekor diperlikan waktu 5-6 bulan. Dengan tingkat kelulusan
hidup/survival rate sebesar 90% akan didapat produksi sebesar 2.250
kg/unit/periode budidaya.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring keluar rakit,
kemudian dilakukan penyerokan.

3) Penyakit
Publikasi tentang penyakit yang menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan di
laut seperti ikan kakap putih belum banyak dijumpai. Ikan kakap putih ini
termasuk diantara jenis-jenis ikan teleostei. Ikan jenis ini sering kali diserang
virus, bakteri dan jamur. Gejala-gejala ikan yang terserang penyakit antara
lain adalah, kurang nafsu makan, kelainan tingkah laku, kelainan bentuk
tubuh dll.
Tindakan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi penyakit ini adalah:
a. menghentikan pemberian pakan terhadap ikan dan menggantinya dengan
jenis yang lain;
b. memisahkan ikan yang terserang penyakit, serta mengurangi kepadatan;
c. memberikan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

Monday, December 14, 2009

KELIMPAHAN PLANKTON DI TAMBAK MANGROVE

KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN PLANKTON DI TAMBAK MANGROVE (Rhizophoria mucronata) Dari hasil penelitian yg dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Budidaya Jakarta Indonesia di tambak mangrove desa Blanakan kabupaten Subang Jawa Barat dengan metode penelitian dilakukan di empat stasiun yaitu : 1. Tambak Terbuka 2. Tambak Tumpangsari 3. Tambak Tanah Timbul 4. Tambak Perhutani. Adapun parameter yang diamati adalah : komposisi, kelimpahan, indeks keragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi, didapatkan hasil bahwa kelimpahan plankton di tambak mangrove desa Blanakan mencapai 2161,5 - 2391,46 ind/L yang didominasi oleh kelas Chrysophyceae sedangkan komunitas plankton di tambak mangrove desa Blanakan cukup stabil dengan indeks keragaman sebesar 1,83 - 0,36, indeks keseragaman sebesar 0,78 

Wednesday, December 9, 2009

Maximalisasi SR Barramundi

Untuk menghasilkan angka kehidupan (SR) benih Baramundi (ikan Kakap putih) yang baik, benih Barramundi ditebar pada petakan2 kecil yg terbuat dari waring ( jaring dgn ukuran lobang kecil) dgn padat penebaran 2500 -5000 ekor/m persegi dgn ukuran benih 0.7 - 1 cm

Tuesday, December 8, 2009

2011 Harus Gunakan Sotware Legal

Pada akhir 2011 nanti, seluruh instansi pemerintahan diharuskan sudah menggunakan software atau perangkat lunak legal. Untuk mendukung kebijakan itu, Kantor Pengolahan data Elektronik (KPDE) Lamongan kemarin mengadakan kegiatan Sosialisasi Software Open Source dan Pemanfaatan mail.lamongankab.go.id di Ruang Sabha Dyaksa Lamongan, Selasa (8/12).
Keharusan instansi pemerintahan untuk menggunakan software legal ini seperti yang diatur dalam Surat Edaran Menkominfo nomor 5/2005 tentang Pemakaian dan Pemanfaatan Penggunaan Piranti Lunak Legal di Lingkungan Instansi Pemerintah. Serta Surat Edaran Menkominfo nomor 01/2009 tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS).
Pemahaman sebagian besar masyarakat atas penegakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti disampaikan Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Lamongan Aris Wibawa, selama ini belum merata. Sehingga hal ini mendorong masyarakat, tak terkeculai yang berada di lingkungan instansi pemerintahan untuk tetap menggunakan software komputer illegal atau bajakan.
Namun menurut Aris, semnagat untuk menghormati HAKI ini tetap harus dibarengi dengan solusi. Yakni dengan memberikan akses yang mudah untuk memperoleh software yang bukan hanya legal tapi juga murah.
“Dengan Software Open Source, masyarakat bisa mendapatkan perangkat lunak yang legal dan murah, bahkan gratis. Selain itu open source ini ini dikenal relative lebih kebal terhadap virus, “ urai dia.
Disampaikan Aris, saat ini website resmi Pemkab Lamongan telah menggunakn basis open source. Serta dilengkapi sejumlah fasilitas dan fitur-fitur layanan termasuk layanan e-mail dengan domain mail.lamongankab.go.id.
“Harapan saya, penggunaan Software Open Source bias menjadi sesuatu hal yang biasa di lingkungan Pemkab Lamongan. Nantinya, hal ini juga akan berkembang dengan baik di tengah masyarakat.demikian pula Insya Allah pada 2011 nanti pemanfaatan perangkat lunak berbasis open sorce di lingkungan Pemkab Lamongan dapat berjalan sukses, “ pungkas dia.
KPDE sendiri kedepan berencana mengembangkan open source sendiri untuk setiap unit computer di Pemkab Lamongan. Open source tersebut nantinya akan dikembangkan dari basis operasi Linux.

Sunday, December 6, 2009

Tebar 20 Ribu Benih Ikan

Sejumlah aktifis perempuan di Lamongan kemarin (4/12) menebar 20 ribu benih ikan nila di Desa Gempoltukmloko/Sarirejo. Gerakan Perempuan Tanam, Tebar dan Pelihara Pohon itu dibuka Ketua tim Penggerak PKK Lamongan Endang Rijanti masfuk.

Selain menebar benih ikan, gerakan aktifitas perempuan Lamongan tersebut juga melakukan penanaman bibit tanaman produktif sejumlah sekitar 30 ribu batang. Bibit tanaman produktif yang akan ditanam di seluruh kecamatan di Lamongan itu meliputi bibit pohon sawo, matoa, sukun, mangga dan blimbing.

“Penyelenggaraan kegiatan semacam ini mempunyai makna yang sangat penting untuk memberikan sumbangan pemulihan kerusakan sumber daya alam. Ini sekaligus untuk membangun budaya sadar menanam pada masyarakat, “ kata Endang Rijanti dalam sambutannya.

Ditambahkannya, untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik, dia mengajak semua pihak untuk terus menjaga kelestarian alam dan ekosistemnya. Hal itu, kata dia, bisa dilakukan bukan hanya dengan meningkatkan kegiatan penanaman namun juga menggalakkan pemeliharaan pohon yang sudah ada.

Endang dalam pernyataannya juga menyadari kegiatan menanam pohon itu bukan merupakan hal baru. Karena itu diperlukan kesadaran dari semua komponen bangsa sampai ke desa-desa untuk secara serentak mensukseskan program pro pelestarian lingkungan tersebut.

“Terganggunya ekosistem di sekitar kita disebabkan tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab. Hanya dengan kesadaran dari seluruh komponen bangsa yang bisa menghadang kerusakan yang lebih jauh pada ekosistem kita, “ tegasnya dalam kegiatan yang juga diikuti Ketua Gabungan Organisasi Wanita Cicik Rosyida Tsalits Fahami, Ketua Dharma Wanita Persatuan Lamongan Mahdumah Fadeli, serta ratusan aktifis perempuan dari organisasi Persit Kartika Candra Kirana, Bhayangkari, Adyaksa Dharma Karini dan Dharma Yukti Karini.

BI Ambon Tertarik Kinerja Moncer BDL

Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Daerah Lamongan (BDL) kemarin (4/12) kedatangan rombongan kunjungan kerja (kungker) Pemprov Maluku terkait penelitian pendirian Bank Perkreditan Rakyat atau BPR Pemprov Maluku. Dalam rombongan itu juga ikut serta sejumlah pimpinan perbankan di Maluku seperti dari Bank Maluku, Bank Sinar Mas, Bank Danamon, BNI, BCA dan BI Maluku.

Mereka diterima Sekkab Lamongan Fadeli yang juga Ketua Dewan Pengawas BDL dan Direktur Utama BDL Yuhronur Efendi. Sementara pimpinan rombongan kungker, Yafet Damamain, menyampaikan salah satu tujuan utama kunjungannya ke BDL adalah karena Pemprov Maluku berencana mendirikan suatu BPR.

Dikataknnya, kendala pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Maluku terkait erat dengan permodalan. Menurut dia, itu terjadi karena UMKM tidak memiliki akses permodalamn ke perbankan karena tidak memiliki jaminan untuk bank. “Harus ada kiat-kita untuk mengembangkan UMKM di Maluku. Karena itu ada pemikiran dari pemerintah setempat untuk mendirikan sebuah BPR.

Hal senada disampaikan Asisten III Pemprov Maluku R.A. Ambon. Menurut dia, Pemprov Maluku memang bertekad untuk mendirikan BPR seperti BDL. Pendirian BPR tersebut jelas R.A Ambon untuk membantu permodalan UMKM di Maluku. “Kami ingin melihat dari dekat pengelolaan BDL terutama terkait permodalan untuk UMKM, ujar dia.

Sekkab Fadeli dalam keterangannya mengungkapkan asset yang dikelola BDL saat ini mencapai Rp 145 miliar. Sementara dana pihak ketiga yang berupa tabungan dan deposito mencapai Rp 81 miliar. Dikatakannya, BDL mempunyai produk unik yakni Simapan yang merupakan tabungan konsumen kecil.

“BDL jemput bola pada pelanggan Simapan dengan menggunakan semacam celengan untuk tabungan ini. Produk ini mungkin tidak dimiliki bank lain. Karena yang ditarik adalah uang receh sehingga memerlukan ketelatenan. Meski konsumennya rakyat kecil, berkat ketelatenan, dana Simapan saat ini mencapai Rp 36 miliar, “ ungkap dia.

Selain itu BDL juga memperoleh kewenangan untuk mengelola dana revolving dari Pemkab Lamongan. Kredit bergulir dari sejumlah lima Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut tiap tahunnya rata-rata mencapai Rp 27 miliar.



Tuesday, September 29, 2009

Tips menanam tanaman air untuk ikan

Tanaman air tropis untuk akuarium kebanyakan dipasarkan dalam kemasan plastik, dimana pada bagian bawah tangkai diberi pot dengan wool mineral. Cara ini dapat melindungi tanaman dan memberi kesempatan pada akar untuk tetap dapat berkembang ideal mulai dari saat tanaman dipilah dan dipotong seperti pada saat awal tanam hingga sampai pada lokasi tanam.


Pot dan wool mineral baru boleh dilepas ketika siap ditanam. Gunakan pot plastik yang mudah dilepaskan dari akar - akar yang hidup didalamnya. Akar yang telah menyebar dapat dilepaskan dengan hati -hati dari pot plastik tersebut . jika terdapat akar yang terlalu panjang san banyak, sebaiknya dipotong dengan menggunakan gunting atau pisau. karena akar tanaman yang menyebar keluar dapat lebih mudah membusuk.

Tanaman kecil pipih seperti Lilaeopsis terkadang sulit untuk ditanam kembali ketika wool mineralnya sudah dilepas. Dalam beberapa kasus atau kadangkadang cukup dengan membuang pada bagian bawah wool mineral dan sisanya bersama akar dapat ditanam ke dalam akuarium.

Sebelum ditanam sebaiknya buang dulu daun-daun yang sudah tua, sehingga tanaman alcan nampak lebih menarik. Diharapkan tanaman baru akan tumbuh clan muncul
daun-daun baru yang sesuai dengan kondisi air di akuarium dan pencahayaanya. ocis

sumber : Warta Pasar Ikan, Dir. Pemasaran Dalam Negeri, Ditjen P2JP, DKP 2009

Sunday, September 27, 2009

Budidaya Kakap Merah

Kakap Merah

Di Perairan Indo-Pasifik terdapat 31 spesies yang termasuk genus Lutjanus. Di antara ke-31 spesies tersebut sampai saat ini, baru Lutjanus johni, Lutjanus argentimaculatus, dan Lutjanus sebae yang telah dibudidayakan.

Beberapa sifat kakap merah yang menguntungkan usaha budi daya adalah pertumbuhan relatif cepat, toleran terhadap kekeruhan, ruang terbatas dan salinitas, serta tanggap terhadap pakan buatan. Selain itu, budi daya ikan ini relatif mudah, tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara dalam kepadatan yang tinggi, dan sifat kanibalismenya rendah.

A. Sistematika
Famili : Lutjanidae
spesies : Lutjanus argentimaculatus, L. sebae, L. johni
Nama dagang : mangrove red snapper, emperor red snapper, John's snapper
Nama lokal : bambangan, ungar

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Tubuh ditutupi sisik ctenoid berukuran sedang dan kecil. Bagian depan dari kepala hidung dan daerah mata tanpa sisik. Beberapa baris sisik terdapat pada tutup insang. Linea lateralis komplit dengan bentuk lurus atau kurva/melengkung. Gigi pada rahang biasanya beberapa baris.

Terdapat gigi pada mulut bagian atas. Sirip ventral dengan satu duri keras dan 5 jari-jari lunak. selain itu erdapat sirip punggung dan sirip dubur

Tubuh ikan berwarna merah/cokelat. Bagian bawah tubuhnya berwarna merah muda Untuk P. argentimaculatus. Adapun L. sebae dewasa berwarna merah gelap dan juwana berwarna merah (pink) dengan loreng (band berwarna merah gelap. Bagian sirip punggung, sirip, dubur, dan bagian atas sirip ekor berwarna gelap.

Untuk L. johni, warna badan hijau keperakan atau warna perunggu. Terdapat satu totol hitam besar di bawah sirip punggung, posisinya di antara batas dari keras dan jari-jari lunak.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan ikan kakap merah yang dipelihara dalam karamba jaring apung mencapai 0,56% per hari. Data tersebut menunjukkan baliwa ikan kakap merah tergolong ikan yang cepat pertumbuhannya.

kakap merah termasuk jenis ikan hermaphrodit protandi, yaitu berstatus jantan pada awal kehidupannya, lalu berubah menjadi betina. Ikan kakap, merah yang berukuran antara 45,0 - 55,0 cm didominasi oleh ikan jantan, sedangkan yang berukuran 56,0-62,5 cm didominasi ikan betina.

Perubahan dari jantan ke betina terjadi setelah ikan berumur 6-8 tahun. Pada saat itu, induk jantan telah berukuran bobot 3,5 kg dengan panjang total 53-6o CM.
Ikan betinanya akan siap memijah setelah berukuran sekitar 6 kg. Bobot induk betina L. argentimaculatus yang telah matang gonad antara 2,9-5,5 kg, sedangkan jantan antara 3,6-4,6 kg. L. sebae memijah sepanjang tahun, sedangkan L. argentimaculatus memijah selama 6 bulan, yaitu dari bulan Desember—Juni.

Pemijahan dapat dilaksanakan di dalam tangki maupun KJA. Seekor ikan betina yang bobotnya antara 3-4,5 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 1,2 juta butir. Khusus L. sebae, pemijahannya tidak tergantung pada sildus peredaran bulan. Ikan jenis ini memijah pada bulan gelap maupun bulan purnama. Namun, keragaan pemijahan yang lebih baik terjadi pada bulan gelap dibanding bulan terang. Pemijahan berlangsung dalam tangki pada kedalaman air 70-16o m.

C. Pemilihan lokasi budidaya

Ikan kakap merah tergolong ikan eurihalin. Kakap merah yang masih muda dan dewasa hidup di daerah mangrove dan muara sungai yang kadar garamnya mendekati air tawar. Sifat ini menciptakan peluang untuk membudidayakannya, baik di tambak maupun dalam KJA di laut.
Lokasi penempatan KJA atau karamba tancap harus terlindung dari pengaruh gelombang besar dan angin kencang, seperti perairan teluk yang terlindung, selat kecil, muara sungai ataupun sungai yang airnya bersifat payau. Kakap merah bisa hidup di perairan laut maupun perairan payau dengan kadar garam berkisar 10-35 ppt, dan suhu air 26-310 C.

D. Wadah Budi Daya

Ikan kakap merah dapat dibudidayakan dalam KJA maupun karamba tancap di perairan pantai, sekitar muara sungai. Ikan ini dapat dibudidayakan dalam KJA berukuran 2 m X 2 m X 2 m, maupun ukuran yang lebih besar 3 m x 3 m X 2 m, disesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Benih kakap merah bisa diperoleh dari hatchery yang menyediakan benih kakap ini, atau bisa diperoleh dengan cara penangkapan dari alam. Benih dari alam biasanya ketersediaannya terbatas, ukurannya tidak seragam dan hanya tersedia pada musim tertentu. Adapun pengangkutannya dengan sistem tertutup.


2. Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan sebaiknya walau pagi atau sore hari karena suhu udara atau air lebih dingin. Sebelum penebaran, harus diperhatikan kondisi kualitas air, terutama suhu dan salinitas. Jika suhu dan salinitas air pengangkutan cukup berbeda dengan air di
lokasi budi daya, perlu dilakukan adaptasi.

Padat penebaran benih kakap merah seberat 5o g adalah 100 ekor/m3. Adapun padat penebaran ikan yang berukuran lebih besar (200 g), yaitu 11-12 ekor/m2.

3. Pembesaran
Pemeliharaan ikan jenaha (L. johni) selama 6 bulan akan mencapai bobot 356 g dengan bobot awal 125 g.

4. Pemberian pakan
Pakan yang digunakan adalah ikan rucah sebesar 5-10% bobot badan/hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali/hari. Adapun L. argentimaculatus yang diberi pakan rucah sebanyak 10% bobot badan/hari selama masa pemeliharaan 7 minggu menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata o,8% per hari. Frekuensi pemberian pakannya satu kali sebesar 7% bobot badan per hari.


F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Bakteri yang menyerang ikan kakap merah adalah Streptococcus iniae. Gejala ikan yang terserang penyakit ini, di antaranya warna ikan berubah menjadi lebih gelap, kehilangan keseimbangan, berenang berputar dan timbul bintik - bintik merah pada kulit.

Pencegahan yang dilakukan dengan cara menghindari padat tebarserta pemberian pakan berlebihan dan mencegah penanganan kasar.
Selain bakteri, ikan ini dapat diserang parasit, yaitu kutu kulit. Kutu kulit adalah parasit eksternal yang umum pada ikan budi daya laut. Ada dua kutu kulit yang ditemukan pada ikan kakap merah, yaitu Neobenedenia dan Benedenia.

Kutu kulit pada ikan sangat sulit diamati karena benvarna transparan. Apabila dimasukkan ke dalam air tawar untuk beberapa menit, kutu kulit baru terlihat karena berubah warna menjadi keputihan. Pemberantasan parasit ini dengan cara merendam ikan di air tawar selama 5 menit. Jika tingkat serangannya parah, perendaman dapat dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu seminggu.

G. Panen
Ikan kakap merah dipanen setelah berukuran 500 g. Ukuran tersebut ideal untuk dipasarkan. Adapun lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran tersebut adalah 6 bulan benih 5o g. Sementara itu, benih berbobot 20o g akan mencapai rata-rata 890 g/ekor selama 225 hari.
Pada prinsipnya cara pemanenan ikan kakap merah dari KJA sama seperti cara panen ikan di KJA umumnya.

sumber : Penebar Swadaya, 2008

Wednesday, September 23, 2009

Tehnik Budidaya Ikan Arwana

Budidaya Ikan arwana bukanlah sesuatu yang mudah anda harus mempelajari beberapa tehik atau cara untuk membudidayakan Ikan arwana ini,saya sech ga tau yang profesional tapi kalau cara budidaya ikan arwana yang dasar adalah sebagai berikut :

Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara dalam kolam berukuran 5 x 5 m dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Kolam ditutup plastik setinggi 0,75 m untuk mencegah lompatan ikan.

Ruangan pemijahan dibangun di pojok perkolaman dan ditambah dengan beberapa kayu gelondongan untuk memberikan kesan alami. Batu dan kerikil dihindari karena dapat melukai ikan atau dapat tercampur pakan secara tidak sengaja.

Kolam pembesaran dibangun di area tenang dan ditutup sebagian, dan dijauhkan dari sinar matahari langsung. Induk dipelihara dalam kolam pembesaran hingga mencapai matang gonad.

Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air dijaga agar mendekati lingkungan alami arwana yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Penggantian air dilakukan sebanyak 30-34% dari total volume dengan air deklorinisasi.

Pemberian Pakan
Keseimbangan gizi sangat penting bagi kematangan gonad dan pemijahan. Induk diberikan pakan bervariasi yang mengandung kadar protein tinggi. Pakan diberikan setiap hari dalam bentuk ikan/udang hidup atau runcah, dan ditambah pelet dengan kadar protein 32 %. Jumlah pemberian pakan per hari adalah 2 % dari bobot total tubuh.

Kematangan gonad
Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-60cm.
Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya antara bulan Juli dan Desember. Induk jantan di alam akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika larva mulai dapat berenang.

Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.

Pembedaan Kelamin
Juvenil sulit dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.

Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.

Kebiasaan Pemijahan
Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lain jenis. Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).

Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan, Jantan membuahi telur dan kemudian mengumpulkan telurdi mulitnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm dan kaya akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.

2. Panen Larva
Inkubasi telur secara normal adalah membutuhkan 8 minggu. Untuk memperpendek waktu, telur yang sudah dibuahi dapat dikeluarkan dari mulut pejantan 1 bulan setelah pemijahan. Induk jantan ditangkap dengan sangat hati-hati dengan jaring halus lalu diselimuti dengan handuk katun yang basah untuk menghindari ikan memberontak dan terluka.

Untuk melepaskan larva dari mulut induk jantan, tarik perlahan bagian bawah mulut dan tubuh ditekan ringan. Larva dikumpulkan dalam wadah plastik dan diinkubasikan dalam akuarium. Jumlah larva yang dapat mencapai 25-30 ekor.

Teknik Pembenihan
Setelah dikeluarkan dari mulut pejantan, larva diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45×45x90 cm. Temperatur air 27-29 °C menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.

Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %.

Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal. Pada tahap ini, pakan hidup pertama harus mulai diberikan untuk mencegah larva saling Ketika ukuran larva mencapai 8,5 cm atau berumur 7 minggu, kuning telur terserap secara penuh dan larva dapat berenang bebas.

Pemeliharaan Larva
Tambahan pakan hidup yang dapat diberikan seperti cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut arwana.
Larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.

Sumber:Buu Budidaya Ikan Arwana

Sunday, September 20, 2009

Mengenal Obat Ikan

Obat lkan merupakan:
• Zat kimia yang bila diberikan akan
mempengaruhi fungsi sel hidup;
• Racun apabila masuk kedalam tubuh tanpa dosis yang tepat;
• Menimbulkan residu yang dapat menggangu kesehatan manusia dan merusak lingkungan;
• Penggunaannya menentukan dalam proses
budidaya untuk meningkatkan produksi;

Syarat utama penggunaan obat ikan
• Aman (Safety) terhadap ikan, manusia dan lingkungan
• Berkhasiat (Efikasi) untuk menyembuhkan
• Bermutu (Quality) : mutu dapat dipercaya

sebelum menggunakan obat ikan

• Harus diketahui dengan tepat diagnosa
penyakit dan tujuan penggunaannya
• Harus diketahui jenis obat dan dosisnya yang tepat
• Harus diketahui sasaran organ yang dituju;
• Harus diketahui cara pemberian yang tepat
• Harus diketahui faktor yang mempengaruhi kerja obat ( keadaan umum,species ikan, lingkungan air, suhu, cuaca d1l).

sumber : Ir. Maysarah Mawardi, MM, Ditjen Budidaya, DKP, 2009

Saturday, September 19, 2009

Budidaya Teripang Pasir

Teripang Pasir

Di perairan Indonesia terdapat banyak jenis teripang. Namun demikian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi hanyalah beberapa jenis saja. yaitu teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (H. edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas). Teripang merupakan lauk yang lezat dan disukai masyarakat Cina dan bernilai jual tinggi di pasaran. Teripang diperdagangkan dalam bentuk awetan/kering.


Belum banyak negara di dunia yang membudidayakan teripang, Satu jenis teripang yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia ialah teripang pasir (Holothuria scabs). Budi daya teripang pasir memungkinkan dilakukan oleh masyarakat pantai. Hal ini disebabkan teknik budi dayanya cukup sederhana dan investasi yang diperlukan relatif kecil.

A. Sistematika
Famili Holothuridae
Species Holothuridae scabra
Nama dagang sea cucumber, beche-de-mere
Nama lokal mentimun laut

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Bentuk badan memanjang mirip mentimun. Oleh karma itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggungnya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu seitar 2 hari.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi budi daya teripang yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut.
- Dasar perairan terdiri dari pasir.
- Pasir berlumpur yang ditumbuhi lamun (seagrass).
- Pada surut terendah masih tergenang air yang dalamnya antara
4o-8o cm.
- Kecerahan air di atas 75 cm dan arus tidak terlalu kuat serta terlindung dari angin yang kencang.
- Perairannya tidak tercemar dan mudah dijangkau.
- Salinitas antara 24-33 ppt serta suhu 25-30 derajat celcius

D. Wadah Budi Daya
di lokasi terpilih dibangun kurung tancap terbuat dari pagar bambu atau kayu. Kurung tancap tersebut berlapis waring nilon ukuran mata 0,2 cm di sebelah dalamnya. Pagar bambu/papan harus tertanam cukup dalam dan kuat ke dasar perairan sehingga tidak terjadi kebocoran pada. kurungan. Luas kurungan sekitar 50 M2 atau disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, penebaran benih teripang berukuran 40-60 g sebaiknya kepadatannya 6-8 ekor/m2
atau teripang berukuran lebih besar, yaitu antara 70-100 g dengan padat tebar 4-6 ekor/m2

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Benih teripang yang dipilih seragam, baik jenis maupun ukuran. Ciri benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat. Hindari juga pemilihan benih yang sudah mengeluarkan cairan warna kuning.

Sebaiknya pengangkutan benih tidak dalam waktu lama (lebih dari satu jam) dan dalam keadaan tertumpuk/padat. Pengangkutan benih dilakukan pada pagi hari atau malam hari atau saat suhu rendah. Wadah yang digunakan dalam pengangkutan diberi substrat pasir, khususnya untuk sistem pengangkutan terbuka.

2. Penebaran. benih
Benih teripang dengan bobot awal 4o-6o g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m 2. Penebaran dilakukan pada pagi, sore hari, atau saat suhu udara/air rendah. sebelum benih ditebar, benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu untuk kondisi salinitas dan air di lokasi budi daya.

3. Pemberian pakan
Pakan teripang terdiri dari mikroorganisme, seperti bakteri dan ptotozoa, jasad benthos, makro alga, dan detritus. Selama pemeliharaan yang berlangsung sekitar 4-5 bulan, benih teripang diberi pakan berupa kotoran ayam, kompos, atau dicampur dedak 0,1 kg/m2 sebanyak satu kali dalam seminggu. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih, lalu diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung.
Pemberian pakan tersebut dilakukan pada saat air surut. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuhan diatomae yang merupakan pakan utama teripang.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis hama yang sering dijumpai datam kurungan teripang adalah kepiting, bulu babi, dan bintang laut. Pengendaliannya dengan pengambilan hama secara manual dengan periode tertentu. Sementara itu, jenis penyakit yang menyerang teripang dari famili Holothuroidae belum banyak diketahui karena budi dayanya masih belum berkembang.

G. Panen
Teripang ukuran konsumsi dengan bobot 300-500 g dapat dicapai setelah dipelihara selama 4-5 bulan untuk memanennya. Panen teripang dilakukan pada saat air surut terendah. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau Lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecakan pada saat air pasang karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

sumber : Penebar Swadaya, 2008

Thursday, September 17, 2009

Budidaya Tiram

Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.

A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

i. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.

Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).

Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.

Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis

plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.

D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.

Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.

Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.

Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.

E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.

2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 8o cm.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi

penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008



Wednesday, September 16, 2009

Teknologi Budi Daya ikan Baung

Teknologi budi daya baung baru mulai disebarkan secara luas sejak tahun 1990-an, setelah ditemukan teknik pembenihan intensif dengan teknik hypofisasi (kawin suntik) menggunakan hormon hipofisa. Seperti ikan jenis lainnya, secara garis besar budi daya baung dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pembesaran. Saat ini, kegiatan pembenihannya masih terbatas dilakukan oleh pihak pemerintah (lembaga penelitian perikanan dan Balai Benih Ikan tertentu).

Kegiatan pembenihan ini umumnya dilakukan Untuk memproduksi benih baung hingga mencapai ukuran tertentu upaya penyediaan benih yang tepat baik dalam segi jumlah, waktu, maupun kualitas yang baik merupakan faktor utama menjamin kelangsungan usaha pembesaran baung hingga ukuran konsumsi.

Pembenihan

Pemijahan baung dengan cara penyuntikan dapat dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa yang berasal dari donor ikan mas. Selain itu, juga dapat menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime. Dosisnya sebanyak 0.8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan.


Penyuntikan Induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan setengah dosis, dan penyuntikan kedua juga setengah dosis. Ponyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. pada penyuntikan pertama juga dilakukan penyuntikan induk jantan. Penyuntikan induk betina dan jantan dilakukan secara intramuskular ( di dalam otot atau daging)) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip pungung. Induk-induk baung yang telah disuntik dipelihara secara terpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak
tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.


Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan. untk menghindari timbulnya jamur pada telur, Maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat kimia tersebut dapat dibeli di toko kimia atau apotek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730-72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26° C, pH normal yaitu 6,5, oksigen berkisar 5,76-6,4 mg/l, clan CO2. berkisar 10,7-13,7 mg/l.


Benih-benih atau larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Larva ini ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya, larva ini dipelihara di akuarium berukuran 70 x 40 x 40 cm. Setiap akuarium diisi air bersih dan jernih yang telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium dapat menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.

Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk sack atau kuning telur. Pada hari kedua dan ketiga benih baru diberi pakan tambahan berupa Moina cyprinacea. Pada hari keempat sampai hari kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Pada hari kelima belas, larva dapat diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 Kali per hari,yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00.

Larva baung mempunyai kebiasaan menyebar pada malam hari dan hidup berkelompok serta membentuk gumpalan terutama pada Siang hari, sehingga dapat menyebabkan kematian larva yang berada di bagian dalam karena kekurangan oksigen. Karena itu, sistem aerasi harus selalu d1perhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium pomeliharaan larva tetap tinggi. Selain itu, agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. penyiponan dilakukan 1 Kali sehari, pada pagi hari sebelum pemberian pakan

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Tuesday, September 15, 2009

Budidaya Tiram Mutiara

Hingga sekarang mutiara hasil budi daya dunia dapat berupa mutiara laut dan mutiara air tawar. Produk mutiara laut yang dewasa ini diperdagangkan di pasar internasional adalah sebagai berikut:


1. Akoya pearl
Mutiara berkualitas tinggi yang dihasilkan dari P. fucata. Ukuran maksimal 10 mm. Mutiara berwarna putih kehijauan dengan nuansa sangat indah. Jenis ini diproduksi di Jepang dan Cina.

2. South sea pearl
Mutiara ini diproduksi di Indonesia dan Australia yang dihasilkan dari P. maxima. Termasuk mutiara kelompok putih, berukuran besar sampai 18 mm. Jenis ini berwarna putih perak, kekuning-kuningan, pink, dan keemasan.

3. Black pearl
Mutiara ini dihasilkan dari P. margaritifera. Black pearl berpenampilan sangat menawan dan berwarna hitam pekat. Jenis ini berukuran lebih kecil dari ukuran south sea pearl. Negara penghasil utama Tahiti, Hawaii, dan Cook Island.

A. Sistematika
Famili Pteridae
Spesies Pinctada maxima
P. margaritifera
Nama dagang pearl oyster

Nama lokal mutiara

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Kerang mutiara mempunyai sepasang cangkang yang disatukan pada bagian punggung dengan engsel. Kedua belahan cangkang
tidak sama bentuknya. cangkang yang satu lebih cembung dibanding lainnya. Sisi sebelah dalam dari cangkang (nacre) berpenampilan mengilap.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Tiram mutiara adalah protandrous-hermaphrodite dengan kecenderungan perbandingan jantan betina = 1 1, dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrem atau tejadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P. Margaritifera mendekati matang gonad pada tahun kedua, sedangkan P. maxima jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm dalam tahun pertama hidupnya.
pertumbuhan merupakan aspek biologi yang penting bagi pembudidaya terkait dengan pendugaan keberhasilan usahanya.Tiram mutiara P.margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis lain, P. maxima, mencapai diameter cangkang 10—16 cm pada tahun kedua.

C. Pengelolaan Budi Daya
Untuk menghasilkan sebutir mutiara laut dari spat hatchery, diperlukan waktu sekitar 4 tahun. Teknologi budi daya mutiara laut terdiri atas pembenihan, pembesaran benih, produksi mutiara, dan panen.

1. Penyediaan benih
Awal pengembangan benih yang digunakan berasal dari penangkapan dari alam. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan spat collector yang terbuat dari jaring nilon bermata jala halos. Kolektor tersebut dibentangkan di daerah penyebaran kerang mutiara. Dalam waktu 2-4 minggu, benih tiram (spat) akan menempel pada kolektor tersebut.

Dewasa ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi spat tiram mutiara sudah dapat dihasilkan melalui proses perbenihan di hatchery. Prosesnya dimulai dengan pemilihan induk yang sudah matang gonad. Sebaiknya induk-induk tersebut berasal dari populasi yang berbeda untuk menghasilkan benih yang berkualitas.

2) Pembesaran
Di nurseri benih dipelihara sampai mencapai dewasa dan berukuran 10-12 cm selama 12-18 bulan. pada ukuran tersebut proses produksi mutiara sudah dapat dilaksanakan. Adapun tahapan produksi mutiara sebagai berikut
a) Memilah-milah tiram dewasa untuk disuntik. pemilihan didasarkan atas ukuran, umur, dan kondisi kesehatan tiram.
b) Menyiapkan potongan mantel berukuran sekitar 4-5 mm2 dan inti berukuran 3,03-9,09 mm. potongan mantel (shaibo) tersebut diambil dari tiram yang secara sengaja disiapkan dikorbankan untuk keperluan itu.
c) Preconditioning (Melemahkan) tiram untuk memudahkan pembukaan cangkang sewaktu penyuntikan inti da trasplantasi potongan mantel atau shaibo.
d) Menoreh irisan pada pangkal kaki menuju dekat gonad. Ke dalam torehan tersebut disisipkan inti dan shaibo yang diletakkan bersinggungan.
e) Mengangkat ganjal baji dan menutup cangkang, lalu meletakkan
tiram ke dalam keranjang. Keranjang tersebut terbuat dari
jaring berbentuk empat persegi panjang. Untuk tiap keranjang,
diletakkan 10 ekor tiram.
f) Merawat tiram dengan cara membersihkan keranjang dan cangkang luar, membalikkan tiram, dan memeriksa apakah mutiara sudah terbentuk atau belum dengan menggunakan sinar x-ray. Perawatan ini dilakukan setiap 4 hari selama 2 bulan, kecuali pemeriksaan dengan sinar x-ray.
g) Memindahkan tiram ke dalam wadah pemeliharaan berbentuk keranjang berkantong terbuat dari jaring. Dalam tiap lempeng terdapat 4 buah kantong. Setiap kantong diisi seekor tiram. Wadah tersebut digantung pada bentangan tambang atau longline. Tiram dan kantong dibersihkan setiap bulan.

D. Pengendalian Hama. dan Penyakit
Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, racing, dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita dan ikan sidat. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu.

Penyakit tiram mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelsoni. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum, dan Achromobacter sp.

Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi tiram mutiara adalah virus herpes. Upaya untuk mengurangi serangan penyakit pada tiram mutiara antara lain
a) selalu memonitor salinitas agar dalam kisaran yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tiram,

b) menjaga agar fluktuasi suhu air tidak terlalu tinggi, seperti pemeliharaan tiram tidak terlalu dekat kepermukaan air pada musim dingin,

c) lokasi bodi daya dipilih dengan kecerahan yang cukup bagus, dan

d) tidak memilih lokasi pada perairan dengan dasar pasir berlumpur.

G. Panen
Setelah 18-24 bulan masa pemeliharaan, panen mutiara sudah bisa dilakukan. Selanjutnya, hasil panen dibersihkan atau digosok agar mengilap serta memilah mutunya.
sumber Penebar Swadaya,2008



Friday, September 11, 2009

BUDIDAYA KIMA

Perairan Indonesia merupakan wilayah penyebaran 4 spesies kima, yaitu kima sisik (T. squamosa), kima besar (T. Maxima), kima lobang (T. crocea), dan T. derasa. Selain itu, terdapat pula spesies kima lain, yaitu H. hypophus, T. gigas, dan H. porcellanus.

Tridacna merupakan jenis kekerangan yang terkenal karena ukurannya relatif besar dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri hiasan. Karena perburuan yang intensif, jenis kekerangan ini berkurang populasinya sehingga mendapat perlindungan dengan dimasukkannya ke dalam CITES. Jenis kerang ini belum tercantum di dalam buku statistik produksi nasional maupun global.

A. Sistematika

Famili : Tridacnidae
Spesies : Tridacna spp
Nama dagang : giant clam
Nama lokal : -

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
cangkangnya memiliki celah byssus tanpa gigi-gigi pengunci. Apabila dibentangkan sepenuhnya, mantelnya mencuat secara lateral melewati Ujung cangkangnya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan kima berbeda-beda menurut spesiesnya.
Jenis kima yang terbesar ukurannya, yaitu T. gigas dapat mencapai ukuran lebih dari satu meter dan bobotnya sekitar 20o kg.

Jenis kima lain yang berukuran besar adalah T. derasa yang panjangnya 6o cm. Ukuran jenis-jenis lain, seperti T squamosa dan T maxima berisar 35-40 cm. Di antara ke-5 jenis Tridacna yang terkeeil ukurannya adalah T. crocea. Ukuran ter panjang dari jenis kima tersebut selitar 15 cm.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi terbaik untuk budi daya kima adalah daerah yang memiliki air laut jernih (kecerahan > 10 m) dan berkadar garam tinggi (34-35 ppt) sepanjang tahun.

D. Wadah Budi Daya
Upaya budi daya kima pada dasarnya mengarah pada kegiatan konservasi atau restocking/stock enhancement. Yang jelas kegiatan budi dayanya terutama dalam hal penyediaan benih. Untuk kegiatan pendederan digunakan tangki-tangki beton maupun fiberglass.

Dari aspek ekologis, hewan ini merupakan salah satu organisms laut yang hidup di ekosistem karang. Beberapa jenis kima hidup menempel pada. karang. Wadah budi daya untuk pembesaran kima adalah perairan karang terbuka. Benihnya yang sudah siap tebar adalah setelah masa juvenil yang dipelihara di bak selama 3-4 bulan.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Kerang ini melalui fase trocophore, yaitu larva ditetaskan dari telur berubah menjadi veliger. Selanjutnya, veliger berubah lagi menjadi pediveliger dan akhirnya menjadi kima muda.
yahapan pembenihan (hatchery) meliputi pemeliharaan larva yang dihasilkan dari telur yang dibuahi. Pelaksanaannya di dalam wadah yang ditempatkan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor)

2. Pendederan
Tahapan pendederan (nursery) berupa pemeliharaan kerang muda dari ukuran panjang, cangkang 0,2 mm hingga mencapai kima muda berukuran 20-30 mm. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan tangki-tangki di hatchery (panti benih).

3. Tahapan pendederan di laut
Pada tahapan ini kima muda yang berukuran sekitar 20 mm dipelihara dalam wadah hingga panjang cangkangnya. mencapai 200 MM.

4. pembesaran
Tahapan pembesaran, yaitu dari ukuran 200 mm panjang cangkang hingga siap panen di lain. Tahapan ini belum dilaksanakan secara komersial karena belum ekonomis.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Parasit pyramidellid menyerang dan menyebabkan kematian 100% dari T. squamosa yang digunakan dalam percobaan pemeliharaan. Kima juga sering menjadi mangsa gurita (oktopus). Seekor gurita dapat memangsa lebih dari 15 ekor kima dalam waktu beberapa malam. Penanggulangan penyakit tersebut belum banyak diketahui

G. Panen
Pembesaran kima dilakukan pada perairan terbuka. Istilah panen harus dibedakan antara pengumpulan/penangkapan lama dari alam yang mestinya dilarang, dan memanen basil kegiatan stock enhancement. Untuk ukuran ekspor (panjang 15-20 cm), lama pemeliharaan sekitar 2 tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara diambil pakai tangan dibantu alat tertentu pada area yang diberi tanda, bahwa daerah tersebut adalah lokasi stock enhancement. Pemanenan dalam kondisi hidup, misalnya untuk mengisi akuarium, karena harganya akan lebih mahal dibanding kima mati.

article

Wednesday, September 9, 2009

BUDIDAYA SIDAT (anguilla bicolor)


BUDIDAYA SIDAT PADA JARING APUNG

1. PENDAHULUAN
Ikan Sidat (anguilla bicolor), termasuk famili Anguillidae, ordo Apodes. Di Indonesia diperkirakan paling sedikit terdapat 5 (lima) jenis Ikan Sidat, yaitu : Anguilla encentralis, A. bicolor bicolor, A. borneonsis, A. Bicolor Pacifica, dan A. celebensis.

Ikan Sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa, setelah itu Ikan Sidat dewasa beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi. Larva hasil pemijahan akan berkembang, dan secara berangsur-angsur terbawa arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang telah mencapai stadia elver (glass eel) akan beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai.

Ruaya anadromus larva Sidat (elver) berhubungan dengan musim. Diperkirakan ruaya larva Ikan Sidat dimulai pada awal musim hujan, akan tetapi pada musim tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat mempengaruhi intensitas ruayanya.

Ikan Sidat termasuk ikan karnivora. Di perairan umum Ikan Sidat memakan berbagai jenis hewan, khususnya organisme benthik seperti crustacea (udang dan kepiting), polichatea (cacing, larva chironomus dan bivalva serta gastropods). Aktivitas makan Ikan Sidat umumnya pada malam hari (nokturnal).

Ikan Sidat telah dibudidayakan secara intensif di Eropa khususnya di Norwegia, Jerman dan Belanda serta Asia, yaitu : Jepang, Taiwan dan China daratan. Di negara-negara lain seperti Australia, Indonesia dan beberapa negara Eropa dan Afrika Barat umumnya produksi Ikan Sidat masih mengandalkan dari hasil penangkapan di alam.. Ikan Sidat dapat dibudidayakan di dalam ruangan tertutup (indoor) dan di luar ruangan (outdoor). Di Indonesia dengan suhu lingkungan yang relatif konstan sepanjang tahun maka pemeliharaan Ikan Sidat dapat dilakukan di luar ruangan (out door).

Secara praktis Ikan Sidat dapat dibudidayakan di kolam tanah berdinding bambu, kolam beton (bak beton), pen dan keramba faring apung. Apa pun jenis wadah yang digunakan dalam budidaya Ikan Sidat yang hamus diperhatikan adalah bagaimana mencegah lolosnya ikan dari media budidaya.

2. LINGKUNGAN PERAIRAN YANG DIKEHENDAKI UNTUK BUDIDAYA IKAN SIDAT
a. Suhu.
Pada pemeliharaan benih Ikan Sidat lokal, A. bicolor bicolor, suhu terbaik untuk memacu pertumbuhan adalah 29°C.
b. Salinitas.
Pada pemeliharaan Ikan Sidat lokal.,, A. bicolor bicolor (elver), salinitas yang dapat memberikan pertumbuhan yang baik adalah 6 - 7 ppt.
c. Oksigen Terlarut.
Kandungan oksigen minimal yang dapat ditolelir oleh Ikan Sidat berkisar antara 0,5 - 2,5 ppm.
d. pH.
pH optimal untuk pertumbuhan Ikan Sidat adalah 7 - 8.
e. Amonia (N H3- N) dan Nitrit (NO2-N)
Pada konsentrasi amonia 20 ppm sebagian Ikan Sidat yang dipelihara mengalami methemoglobinemie dan pada konsentrasi 30 - 40 ppm seluruh Ikan Sidat mengalami methemoglobinemie.

3. KEBUTUHAN NUTRIEN

Seperti halnya jenis ikan-ikan lain, Ikan Sidat membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kadar protein pakan optimal adalah 45% untuk ikan bestir (juvenil) dan sekitar 50% untuk ikan kecil (fingerling).

4. BUDIDAYA IKAN SIDAT PADA JARING APUNG

a. Jaring Apung.
Satu unit jaring apung memiliki empat kolam berukuran 7 x 7 m, dengan jaring berukuran 7 x 7 x 2,5 m dan mata jaring 2,5 inchi. Untuk menghindari lolosnya ikan, disekeliling tepian kolam bagian atas diberi penutup dari hapa dengan lebar 60 cm.

b. Benih Ikan Sidat.
Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) berbobot 15 - 20 gram per ekor dengan panjang 20-30 cm.. Benih Ikan Sidat diperoleh dari Pelabuhan Ratu hasil tangkapan nelayan di perairan umum.

c. Padat Penebaran.
Setiap kolam ditebar 100 kg benih Ikan Sidat.

d. Pakan.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pasta dengan kandungan :
Protein 47,93%
Lemak 10,03%
Seratkasar 8,00%
BETN 8,32%
Abu 25,71%

Pakan diberikan sebanyak 3% dari berat total ikan Konvensi pakan sebesar 1,96. Dengan konvensi tersebut akan diperoleh laju perturnbuhan rata-rata 1,46`% dengan mortalitas 9,64 %.

e. Masa Pemeliharaan dan Panen.
Pemeliharaan Ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung selama 7 - 8 bulan, dan masa. panen secara bertahap dapat dimulai pada masa pemeliharaan 4 bulan.

Ukuran Ikan Sidat yang, dipanen dapat - mencapai ukuran. konsumsi yaitu 180 - 200 gram per ekor.
Pemeliharaan ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung merupakan salah satu alternatif dalam rangka penganekaragaman budidaya ikan pada kolam keramba jaring apung. Namun dalam penerapannya masih perlu diperhatikan kondisi serta kualitas perairan umum yang dipergunakan.
SUMBER DINAS PERIKANAN JAWA BARAT

Monday, September 7, 2009

Budidaya Kerang Darah

Kerang Darah

kerang darah merupakan pangan yang lezat dan telah banyak dijual di rumah makan dan pedagang kaki lima. Bobot daging sama dengan 22,70-24,3% bobot total tubuhnya.
Jenis jenis kerang darah yang telah diketahui hidup di perairan Indonesia adalah A. granosa (kerang darah), A. nodifera (kerang darah), A. inflata (kerang bulu), A. rhombea, dan A. indica (kerang mencos). Di antara ke-5 jenis kerang tersebut yang banyak tertangkap adalah kerang mencos.

jenis lain adalah kerang gelatik (A. antiguata). Dibanding dengan jenis kekerangan lainnya, budi daya kerang darah telah dilakukan oleh banyak negara antara lain Cina, Taiwan, Republik Korea, Malaysia, dan Thailand.

A. Sistematika

Famili : Arcidae
Species Anadara granosa
Nama dagang : cockle
Nama lokal : kerang dagu

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada Batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat kentara. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone) yang sangat kentara. Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusk.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%.

Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus/September. hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-2o mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya

Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara. 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Tiap jenis Anadara menghendaki lingkungan yang berbeda. A. antiguata, misalnya, hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Sementara itu, kerang bulu menghendaki perairan berdasar pasir dan jernih.

pembesaran dilakukan di wilayah pasang surut yang terpisah dari daerah pengumpulan benih. Lokasi pembesaran tersebut dilingkari dengan pagar bambu.

D. Wadah Budi Daya
Alat yang digunakan untuk pengumpulan benih adalah perahu berukuran 6-10 m panjang, sebilah papan selancar berukuran
18o cm x 50 cm, dan keranjang pengumpul benih yang terbuat dari anyaman kawat berdiameter antara 1-2 mm, berukuran 4o cm x 15 cm x 10 cm.

E. Pengelolaan budidaya

1. Penyediaan benih
Di Indonesia, budi daya kerang darah Baru dalam taraf percobaan. Teknik budi daya tersebut dimulai dengan pengumpulan benih kerang darah berukuran 4-10 min di tempat penyebaran benih alami di tepi pantai yang landai.

Operasi pengumpulan dimulai pada saat air pasang rendah dan kedalaman air sekitar 6o cm. pengumpulan benih dilaksanakan dengan mengeruk dasar perairan sedalam kurang lebih 3 cm dengan menggunakan keranjang pengumpul benih tersebut di atas. Pengerukan dilakukan dengan menggunakan papan selancar.

Papan tersebut berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan benih yang berhasil dikurnpulkan dan sekaligus memudahkan pergerakan si pengumpul. Proses pengumpulan selesai pada saat dasar perairan kering tidak berair.
2. Penebaran benih
Benih yang terkumpul diseleksi menurut ukurannya. Selanjutnya, benih ditebar di tempat pembesaran. Padat tebar awal sekitar 2.000 ekor/m2, kemudian dijarangkan sampai kepadatan 200-300 ekor/m2.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kerang darah yang dibudidayakan kerap kali dimangsa oleh siput gastropoda, khususnya pada fase benih. Mortalitas missal lebih sering terkait dengan perubahan kondisi lingkungan, khususnya salinitas. Kematian kerang ini sering terjadi pada saat hujan yang berkepanjangan yang menyebabkan turunnya salinitas. Kerang akan mati dalam air bersalinitas di bawah 15 g/kg.

G. Panen
Panen dimulai setelah masa pemeliharaan berlangsung selama 6-9 bulan. Cara panen dilaksanakan dengan menggunakan alat pengeruk yang berukuran lebih besar dan kuat dibanding alat pengeruk benih.

sumber : Penebar Swadaya MEDIA

Budidaya Ikan Cupang

Keindahan tubuh dan ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias. Salah satu jenis ikan yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah ikan cupang hias.

Untuk membudiayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Di Wilayah Jakarta Pusat budidaya ikan cupang ada yang dilakukan diatas dak rumah dan dipekarangan yang relatif sempit, dengan menggunakan wadah bekas ataupun kolam bak semen atau akuarium. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (cuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan.

Wadah Budidaya

Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.

Ciri-ciri khusus

Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :

Umur ± 4 bulan
Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
Gerakannya agresif dan lincah.
Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).

Ciri-ciri ikan betina :

Umur telah mencapai +- 4 bulan
Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
Gerakannya lambat.
Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
kondisi badan sehat.

Pemijahan dan perawatan ikan

Setelah induk cupang hias dipersiapkan begitu pula dengan wadahnya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan :

1. Persiapkan wadah baskom/akuarium kecil dan bersih.
2. Isi wadah dengan air bersih dengan ketinggian 15 – 30 Cm.
3. Masukkan induk ikan cupang jantan lebih dahulu selama 1 hari.
4. Tutup wadah dengan penutup wadah apa saja.
5. Sehari kemudian (sore hari) induk betina telah matang telur dimasukan ke dalam wadah pemijahan.
6. Biasanya pada pagi harinya ikan sudah bertelur dan menempel disarang berupa busa yang dipersiapkan oleh induk jantan.
7. Induk betina segera dipindahkan dan jantannya dibiarkan untuk merawat telur sampai menetas.

Pembesaran anak

1. Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
2. Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
3. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
4. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
5. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.

Pasca Panen
Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.
sorce: articles