Showing posts with label Hewan Laut. Show all posts
Showing posts with label Hewan Laut. Show all posts

Saturday, September 19, 2009

Budidaya Teripang Pasir

Teripang Pasir

Di perairan Indonesia terdapat banyak jenis teripang. Namun demikian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi hanyalah beberapa jenis saja. yaitu teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (H. edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas). Teripang merupakan lauk yang lezat dan disukai masyarakat Cina dan bernilai jual tinggi di pasaran. Teripang diperdagangkan dalam bentuk awetan/kering.


Belum banyak negara di dunia yang membudidayakan teripang, Satu jenis teripang yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia ialah teripang pasir (Holothuria scabs). Budi daya teripang pasir memungkinkan dilakukan oleh masyarakat pantai. Hal ini disebabkan teknik budi dayanya cukup sederhana dan investasi yang diperlukan relatif kecil.

A. Sistematika
Famili Holothuridae
Species Holothuridae scabra
Nama dagang sea cucumber, beche-de-mere
Nama lokal mentimun laut

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Bentuk badan memanjang mirip mentimun. Oleh karma itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggungnya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu seitar 2 hari.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi budi daya teripang yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut.
- Dasar perairan terdiri dari pasir.
- Pasir berlumpur yang ditumbuhi lamun (seagrass).
- Pada surut terendah masih tergenang air yang dalamnya antara
4o-8o cm.
- Kecerahan air di atas 75 cm dan arus tidak terlalu kuat serta terlindung dari angin yang kencang.
- Perairannya tidak tercemar dan mudah dijangkau.
- Salinitas antara 24-33 ppt serta suhu 25-30 derajat celcius

D. Wadah Budi Daya
di lokasi terpilih dibangun kurung tancap terbuat dari pagar bambu atau kayu. Kurung tancap tersebut berlapis waring nilon ukuran mata 0,2 cm di sebelah dalamnya. Pagar bambu/papan harus tertanam cukup dalam dan kuat ke dasar perairan sehingga tidak terjadi kebocoran pada. kurungan. Luas kurungan sekitar 50 M2 atau disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, penebaran benih teripang berukuran 40-60 g sebaiknya kepadatannya 6-8 ekor/m2
atau teripang berukuran lebih besar, yaitu antara 70-100 g dengan padat tebar 4-6 ekor/m2

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Benih teripang yang dipilih seragam, baik jenis maupun ukuran. Ciri benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat. Hindari juga pemilihan benih yang sudah mengeluarkan cairan warna kuning.

Sebaiknya pengangkutan benih tidak dalam waktu lama (lebih dari satu jam) dan dalam keadaan tertumpuk/padat. Pengangkutan benih dilakukan pada pagi hari atau malam hari atau saat suhu rendah. Wadah yang digunakan dalam pengangkutan diberi substrat pasir, khususnya untuk sistem pengangkutan terbuka.

2. Penebaran. benih
Benih teripang dengan bobot awal 4o-6o g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m 2. Penebaran dilakukan pada pagi, sore hari, atau saat suhu udara/air rendah. sebelum benih ditebar, benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu untuk kondisi salinitas dan air di lokasi budi daya.

3. Pemberian pakan
Pakan teripang terdiri dari mikroorganisme, seperti bakteri dan ptotozoa, jasad benthos, makro alga, dan detritus. Selama pemeliharaan yang berlangsung sekitar 4-5 bulan, benih teripang diberi pakan berupa kotoran ayam, kompos, atau dicampur dedak 0,1 kg/m2 sebanyak satu kali dalam seminggu. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih, lalu diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung.
Pemberian pakan tersebut dilakukan pada saat air surut. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuhan diatomae yang merupakan pakan utama teripang.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis hama yang sering dijumpai datam kurungan teripang adalah kepiting, bulu babi, dan bintang laut. Pengendaliannya dengan pengambilan hama secara manual dengan periode tertentu. Sementara itu, jenis penyakit yang menyerang teripang dari famili Holothuroidae belum banyak diketahui karena budi dayanya masih belum berkembang.

G. Panen
Teripang ukuran konsumsi dengan bobot 300-500 g dapat dicapai setelah dipelihara selama 4-5 bulan untuk memanennya. Panen teripang dilakukan pada saat air surut terendah. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau Lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecakan pada saat air pasang karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

sumber : Penebar Swadaya, 2008

Friday, September 11, 2009

BUDIDAYA KIMA

Perairan Indonesia merupakan wilayah penyebaran 4 spesies kima, yaitu kima sisik (T. squamosa), kima besar (T. Maxima), kima lobang (T. crocea), dan T. derasa. Selain itu, terdapat pula spesies kima lain, yaitu H. hypophus, T. gigas, dan H. porcellanus.

Tridacna merupakan jenis kekerangan yang terkenal karena ukurannya relatif besar dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri hiasan. Karena perburuan yang intensif, jenis kekerangan ini berkurang populasinya sehingga mendapat perlindungan dengan dimasukkannya ke dalam CITES. Jenis kerang ini belum tercantum di dalam buku statistik produksi nasional maupun global.

A. Sistematika

Famili : Tridacnidae
Spesies : Tridacna spp
Nama dagang : giant clam
Nama lokal : -

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
cangkangnya memiliki celah byssus tanpa gigi-gigi pengunci. Apabila dibentangkan sepenuhnya, mantelnya mencuat secara lateral melewati Ujung cangkangnya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan kima berbeda-beda menurut spesiesnya.
Jenis kima yang terbesar ukurannya, yaitu T. gigas dapat mencapai ukuran lebih dari satu meter dan bobotnya sekitar 20o kg.

Jenis kima lain yang berukuran besar adalah T. derasa yang panjangnya 6o cm. Ukuran jenis-jenis lain, seperti T squamosa dan T maxima berisar 35-40 cm. Di antara ke-5 jenis Tridacna yang terkeeil ukurannya adalah T. crocea. Ukuran ter panjang dari jenis kima tersebut selitar 15 cm.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi terbaik untuk budi daya kima adalah daerah yang memiliki air laut jernih (kecerahan > 10 m) dan berkadar garam tinggi (34-35 ppt) sepanjang tahun.

D. Wadah Budi Daya
Upaya budi daya kima pada dasarnya mengarah pada kegiatan konservasi atau restocking/stock enhancement. Yang jelas kegiatan budi dayanya terutama dalam hal penyediaan benih. Untuk kegiatan pendederan digunakan tangki-tangki beton maupun fiberglass.

Dari aspek ekologis, hewan ini merupakan salah satu organisms laut yang hidup di ekosistem karang. Beberapa jenis kima hidup menempel pada. karang. Wadah budi daya untuk pembesaran kima adalah perairan karang terbuka. Benihnya yang sudah siap tebar adalah setelah masa juvenil yang dipelihara di bak selama 3-4 bulan.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Kerang ini melalui fase trocophore, yaitu larva ditetaskan dari telur berubah menjadi veliger. Selanjutnya, veliger berubah lagi menjadi pediveliger dan akhirnya menjadi kima muda.
yahapan pembenihan (hatchery) meliputi pemeliharaan larva yang dihasilkan dari telur yang dibuahi. Pelaksanaannya di dalam wadah yang ditempatkan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor)

2. Pendederan
Tahapan pendederan (nursery) berupa pemeliharaan kerang muda dari ukuran panjang, cangkang 0,2 mm hingga mencapai kima muda berukuran 20-30 mm. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan tangki-tangki di hatchery (panti benih).

3. Tahapan pendederan di laut
Pada tahapan ini kima muda yang berukuran sekitar 20 mm dipelihara dalam wadah hingga panjang cangkangnya. mencapai 200 MM.

4. pembesaran
Tahapan pembesaran, yaitu dari ukuran 200 mm panjang cangkang hingga siap panen di lain. Tahapan ini belum dilaksanakan secara komersial karena belum ekonomis.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Parasit pyramidellid menyerang dan menyebabkan kematian 100% dari T. squamosa yang digunakan dalam percobaan pemeliharaan. Kima juga sering menjadi mangsa gurita (oktopus). Seekor gurita dapat memangsa lebih dari 15 ekor kima dalam waktu beberapa malam. Penanggulangan penyakit tersebut belum banyak diketahui

G. Panen
Pembesaran kima dilakukan pada perairan terbuka. Istilah panen harus dibedakan antara pengumpulan/penangkapan lama dari alam yang mestinya dilarang, dan memanen basil kegiatan stock enhancement. Untuk ukuran ekspor (panjang 15-20 cm), lama pemeliharaan sekitar 2 tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara diambil pakai tangan dibantu alat tertentu pada area yang diberi tanda, bahwa daerah tersebut adalah lokasi stock enhancement. Pemanenan dalam kondisi hidup, misalnya untuk mengisi akuarium, karena harganya akan lebih mahal dibanding kima mati.

article

Monday, September 7, 2009

Budidaya Kerang Darah

Kerang Darah

kerang darah merupakan pangan yang lezat dan telah banyak dijual di rumah makan dan pedagang kaki lima. Bobot daging sama dengan 22,70-24,3% bobot total tubuhnya.
Jenis jenis kerang darah yang telah diketahui hidup di perairan Indonesia adalah A. granosa (kerang darah), A. nodifera (kerang darah), A. inflata (kerang bulu), A. rhombea, dan A. indica (kerang mencos). Di antara ke-5 jenis kerang tersebut yang banyak tertangkap adalah kerang mencos.

jenis lain adalah kerang gelatik (A. antiguata). Dibanding dengan jenis kekerangan lainnya, budi daya kerang darah telah dilakukan oleh banyak negara antara lain Cina, Taiwan, Republik Korea, Malaysia, dan Thailand.

A. Sistematika

Famili : Arcidae
Species Anadara granosa
Nama dagang : cockle
Nama lokal : kerang dagu

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada Batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat kentara. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone) yang sangat kentara. Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusk.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%.

Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus/September. hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-2o mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya

Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara. 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Tiap jenis Anadara menghendaki lingkungan yang berbeda. A. antiguata, misalnya, hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Sementara itu, kerang bulu menghendaki perairan berdasar pasir dan jernih.

pembesaran dilakukan di wilayah pasang surut yang terpisah dari daerah pengumpulan benih. Lokasi pembesaran tersebut dilingkari dengan pagar bambu.

D. Wadah Budi Daya
Alat yang digunakan untuk pengumpulan benih adalah perahu berukuran 6-10 m panjang, sebilah papan selancar berukuran
18o cm x 50 cm, dan keranjang pengumpul benih yang terbuat dari anyaman kawat berdiameter antara 1-2 mm, berukuran 4o cm x 15 cm x 10 cm.

E. Pengelolaan budidaya

1. Penyediaan benih
Di Indonesia, budi daya kerang darah Baru dalam taraf percobaan. Teknik budi daya tersebut dimulai dengan pengumpulan benih kerang darah berukuran 4-10 min di tempat penyebaran benih alami di tepi pantai yang landai.

Operasi pengumpulan dimulai pada saat air pasang rendah dan kedalaman air sekitar 6o cm. pengumpulan benih dilaksanakan dengan mengeruk dasar perairan sedalam kurang lebih 3 cm dengan menggunakan keranjang pengumpul benih tersebut di atas. Pengerukan dilakukan dengan menggunakan papan selancar.

Papan tersebut berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan benih yang berhasil dikurnpulkan dan sekaligus memudahkan pergerakan si pengumpul. Proses pengumpulan selesai pada saat dasar perairan kering tidak berair.
2. Penebaran benih
Benih yang terkumpul diseleksi menurut ukurannya. Selanjutnya, benih ditebar di tempat pembesaran. Padat tebar awal sekitar 2.000 ekor/m2, kemudian dijarangkan sampai kepadatan 200-300 ekor/m2.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kerang darah yang dibudidayakan kerap kali dimangsa oleh siput gastropoda, khususnya pada fase benih. Mortalitas missal lebih sering terkait dengan perubahan kondisi lingkungan, khususnya salinitas. Kematian kerang ini sering terjadi pada saat hujan yang berkepanjangan yang menyebabkan turunnya salinitas. Kerang akan mati dalam air bersalinitas di bawah 15 g/kg.

G. Panen
Panen dimulai setelah masa pemeliharaan berlangsung selama 6-9 bulan. Cara panen dilaksanakan dengan menggunakan alat pengeruk yang berukuran lebih besar dan kuat dibanding alat pengeruk benih.

sumber : Penebar Swadaya MEDIA

Saturday, September 5, 2009

Budidaya kerang Abalon

Abalon merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara. Biota laut ini dikonsumsi segar atau kalengan. Di Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan pemanfaatannya baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah pesisir.

Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,6o%, dan abu 11,11%. Cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalon saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam. Hal tersebut akan nienimbulkan kehawatiran terjadinva penurunan populasi di alam.

A. Sistematika
Famili : Haliotidae
Species Haliolis assinina, Holiotis squammota
Nama dagang : abalone, donkey's ear
Nama lokal : kerang lapar-kenyang, siput mata tujuh

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik

Abalon mempunyai situ cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada. cangkang
tersebut terdapat lubang-lubang dengan jumlah yang sesuai dengan ukuran abalon. Semakin besar ukuran abalon, semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang.

cangkang berbentuk telinga, rata, dan tidak memiliki overculum. Bagian cangkang sebelah dalam berwarna putih mengkilap, seperti perak. Siput ini memiliki mata tujuh.

Abalon banyak bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan predator untuk memangsanya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
H. assinina termasuk salah satu jenis abalon yang berukuran relatif besar. Jenis ini dapat mencapai ukuran 8 - 10cm dengan bobot 30-40 g/ekor dalam waktu pemeliharaan 12-14 bulan.
Abalon tergolong hewan berumah dua atau diocis (betina dan jantan terpisah).

Pembuahan telur dan sperma terjadi di luar tubuh, dimulai dengan keluarnya sperma ke dalam air yang segera diikuti keluarnya telur dari induk betina. Kematangan gonad induk jantan maupun betina berlangsung sepanjang tahun dengan puncak memijah terjadi pada bulan Juli dan Oktober. Telur yang siap dipijahkan berdiameter 100 mµ. Di laboratorium telur yang dipijahkan berdiameter rata-rata 183 mµ.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya

Abalon biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat menempel. Penyebaran abalon sangat terbatas, tidak semua pantai yang berkarang terdapat abalon. Umumnya abalon tidak ditemukan di daerah estuarin.

Lokasi untuk pembesaran abalon adalah perairan karang yang terlindung dari gelombang dan angin yang kuat; abalon membutuhkan media air yang bersih dan jernih. Nilai parameter kualitas air untuk suhu 27-30 derajat celcius, salinitas 29-33 ppt, pH antara 7,6-81 dan DO 3,27-6,28 ppm. Jika akan dipelihara di bak, kualitas airnya harus diusahakan sama seperti di perairan karang.

D. wadah budidaya

Wadah budi daya berupa tangki fiberglass atau bak beton berukuran 3 m X 2 M X 1 m, bentuk segi empat yang berada dalam ruang tertutup (sistem indoor). Sebagai tempat penempelan abalon dipergunakan lembaran plastik tipis bergelombang ukuran 30 cm x 40 cm sebanyak 21 lembar yang dipasang pada posisi tegak lurus menggantung dalam bak pemeliharaan.

Pasilitas pembesaran yang digunakan berupa keranjang plastik berbentuk silinder berukuran tinggi 12 cm, diameter 1o cm, dan bermata jala 0,5 cm. Keranjang plastik tersebut diisi 3o benih abalon berukuran panjang cangkang 18,23-18,34 mm. Ke dalam keranjang dimasukkan lempeng PVC yang dibengkokan sebagai substrat dan pelindung. Keranjang tersebut digantungkan pada rakit yang ditempatkan di perairan teluk

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Budi daya abalon telah dilakukan di Eropa, Amerika Serikat, Australia, Cina, dan Taiwan. Di Indonesia, budi dayanya masih dalam bentuk rintisan. Pembenihan abalon dimulai dengan pematangan calon-calon induk berukuran panjang 7-10 cm di dalam tangkifiberglass atau bak semen. Wadah tersebut berukuran 11 ton. Selama dalam proses pematangan, abalon diberi makan berupa rumput laut Gracillaria.

2. Penebaran
Saat ukuran cangkang sudah mencapai panjang 5 mm, abalon dipindahkan ke dalam bak yang lebih besar, yaitu berukuran 1.000 liter. Pada awal proses pembesaran, abalon diberi pakan mikroalga yang menempel pada lembaran plastik. Secara bertahap pakan diganti dengan jenis Gracilaria sp. dan Acantophora sp. Selain itu, diterapkan sistem air mengalir dengan laju pergantian air sebesar 400% per 24 jam.

3. Pemberian pakan
Abalon merupakan hewan herbivora, yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Hewan ini menyukai alga merah, alga cina cokelat, dan alga hijau termasuk rumput laut. Selama pemeliharaan yang berlangsung 6 bulan, abalon diberi pakan Gracillaria sp. sebanyak 10% bobot abalon. Angka sintasan (survival rate) antara 90-95,5%. Sementara itu, pertumbuhannya dari bobot awal 1,39 g (18,3 min panjang cangkang) menjadi 8,40 g (32 cangkang) (32,78 mm panjang cangkang).

4. Pembesaran

Pembesaran abalon di Indonesia masih dalam taraf percobaan. Pembesarannya bisa dengan metode tancap (pen-culture) dan metode rakit.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama merupakan hewan pengganggu dan pemangsa dalam budi daya abalon. Jenis predator dalam budi daya abalon adalah kepiting laut. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan cara manual pada periode waktu tertentu.

Kematian massal abalon pernah terjadi di dalam tangki pembesaran yang diatasi dengan penggunaan streptomycin dan neomycin. Adapun patogen yang diduga sebagai penyebab kematian abalon adalah bakteri.

G. Panen
Pemanenan abalon dilakukan tanpa menggunakan alat , tetapi menggunakan tangan setelah tercapai ukuran pasar. Pada daerah terpencil, abalon yang ditangkap nelayan diawetkan dengan cara direbus, kemudian dikeringkan sebelum dijual/diekspor. Untuk saat ini, hasil budi daya abalon dijual dalam bentuk diawet secara didinginkan/dibekukan.

sumber :Penebar Swadaya, 2008