Pendahuluan
Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) merupakan salah satu dari kelompok spesies Pangasius yang berasal dari perairan umum Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Jawa dan beberapa Propinsi lain di Indonesia. Ikan ini berpotensi besar sebagai komoditas ekspor karena memiliki daging berwarna putih yang disukai oleh konsumen di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Eropa. Kegiatan pembenihan ikan ini sudah dimulai di BBAT Jambi sejak tahun 1997 bekerja sama dengan IRD Perancis melalui kegiatan project Catfish Asia.
Pada tanggal 9 Januari 2006 pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan mencanangkan Gerakan Serentak Pengembangan Patin Jambal Untuk Ekspor. Dengan Pencanangan ini kebutuhan akan benih patin jambal sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan tersebut BBAT Jambi terus melakukan kegiatan pembenihan untuk didistribusikan ke lima wilayah pengembangan kawasan budidaya patin jambal yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Induk dan Pemeliharaan Induk
Induk patin jambal yang ada di BBAT merupakan turunan pertama dari induk dari alam. Ikan jantan pertama matang gonad pada 2 tahun dengan berat 2-3 kg. Sedangkan Ikan betina matang gonad pada umur 3 tahun dengan bobot 4-5 kg. Ukuran induk yang baik adalah induk dengan bobot 5-10 kg karena mudah ditangani , memerlukan sedikit hormon, dan tingkat ovulasinya relatif tinggi bila dibandingkan dengan induk berukuran besar. Induk dipelihara di kolam berdasar tanah dan dinding beton dengan luas 600 m2, kedalaman 1,8 - 2 m atau di keramba ukuran 2x4x2 m dengan kedalaman 1,5 m. Kepadatan induk di kolam 0,7-1 kg/ m2 sedangkan di keramba sungai 6 - 7kg/ m3, dengan perbandingan 1jantan : 2betina. Untuk menjaga kualitas air, kolam di lengkapi dengan pipa pemasukan air dan aerasi. Untuk mengurangi endapan Lumpur serta sisa-sisa makanan didasar kolam, setiap bulan kolam disifon menggunakan pompa. Pakan induk berupa pellet komersial berprotein minimal 28 % sebanyak 0,8 - 1,5%, diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
Seleksi Induk
Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan-persiapan meliputi : peencanaan, persiapan peralatan, bahan untuk seleksi induk dan penyuntikan, wadah pemberokan corong penetasan, dan wadah pemeliharaan larva. Persiapan juga meliputi personil yaitu pembagian tugas selama kegiatan induk, penyuntikan dan stripping. Pada kegiatan seleksi, diusahakan induk jangan mengalami stress. Untuk mengurangi stress maka hal–hal yang harus diperhatikan adalah.
1. Tidak memegang langsung dengan tangan tetapi gunakan serok
2. Gunakan serok yang tidak menjerat dan melukai induk
3. Gunakan obat bius sewaktu seleksi, induce, maupun stripping yaitu asam amino benzoate ( benzocain) dengan dosis 100 ppm. Larutkan 100 gram benzocain dalam 1 liter etanol
4. Induk yang ditampung /diberok ; hanya induk yang akan disuntik
5. Gunakan alat tranportasi induk yang lembut /tidak melukai induk
6. Siapkan alat,bahan,wadah,tenaga pelaksana seleksi sebelum seleksi dimulai
Pengecekan induk betina dilakukan dengan cara kanulasi, bila diameter telur sudah mencapai 1,72 mm, induk siap dipijahkan.
Jika diameter kurang dari 1,72 mm penyuntikan bisa dilakukan dengan menggunakan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg dan diamati selama 1 x 48 jam, untuk merangsang perkembangan diameter.
Pengamatan inti telur dengan cara merendam telur dalam larutan sera (Alkohol 99,5% : Formaldehyde 40% : Asam Asetat = 6 : 3 : 1). Bila inti telur tersebut sudah menepi, berarti induk sudah siap dipijahkan.
Pada induk jantan, seleksi dilakukan dengan melihat alat kelamin yang agak menonjol dan bila diurut ke arah genital akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 1: 2
Pemijahan
Pemijahan ikan patin jambal dilakukan secara buatan yaitu dengan penyuntikan dengan menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6 cc/kg induk.. Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 9 jam. Penyuntikan I sebanyak 1/3 dosis total, sedangkan penyuntikan II sebanyak 2/3 nya. Penyuntikan dilakukan secara intraperittonial di bagianbawahsiripdada.
Waktu ovulasi berkisar antara 6–12 jam setelah penyuntikan II, tergantung dari suhu air inkubasi induk dan tingkat kematangan gonadnya. Waktu ovulasi bisa di predeksi dengan pengamatan perkembangan oocyte. Bila setelah 6 jam dari penyuntikan kedua belum ovaluasi maka diambil sampel oocyte dengan kateter dan diamati dibawah mikroskop. Untuk memperjelas perkembangan oocyte dapat di lakukan dengan merendam oocyte dalam larutan sera .Apabila inti oocyte sudah tidak terlihat dengan jelas (Germinal Vesicle Break Down) atau stage 5-6, maka pengecekan ovulasi 1-2 jam lagi. Jika inti terlihat dengan jelas ( stage 1-3), dapat dilakukan penyuntikan ke tiga dengan dosis penyuntikan ke ll dan dilakukan pengecekan setelah 4 jam dari penyuntikan ke tiga.
Pembuahan
Pengambilan sperma dilakukan dengan melakukan pengurutan ke arah lubang genital, dari beberapa induk jantan kemudian sperma disedot dengan spuit 25 cc yang telah diisi dengan larutan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4 cc Na Cl dan 1 cc sperma.
Telur yang keluar ditampung dalam wadah berupa baskom kecil. Pembuahan dimulai dengan mencampurkan telur dan sperma. Campuran tersebut diaduk secara perlahan-lahan menggunakan bulu ayam selama lebih kurang 3 menit. Setelah itu ditambahkan air bersih ke dalam campuran telur dan sperma, terus diaduk perlahan menggunakan bulu ayam selama 3 menit kemudian dicuci dengan air bersih. Pada proses pengeluaran telur dan sperma, induk betina dan jantan dibius untuk memudahkan penanganan dan mengurangi stres
Penetasan Telur
Inkubasi telur menggunakan corong penetasan. Sebelum telur dimasukkan terlebih dahulu dilakukan pencucian menggunakan larutan tanah merah guna menghilangkan daya rekat telur. Larutan tanah merah dicampurkan ke dalam telur yang telah dibuahi, diaduk perlahan-lahan sampai daya rekat hilang. Terakhir telur dicuci dengan air bersih, kemudian dimasukkan kedalam corong penetasan dengan kepadatan 500-750 cc/corong suhu 280 - 290. Telur akan menetas setelah 28 – 36 jam.
Pemeliharaan Larva
Panen Larva dilakukan setelah telur dianggap selesai menetas paling lambat 6 jam setelah menetas (sebelum telur yang tidak menetas hancur dan membusuk). Panen dilakukan dengan menyerok larva menggunakan skopnet halus. Larva patin jambal yang baru menetas mempunyai panjang 0,4 cm dan berat rata-rata 2,3 mg, berwarna hitam dan bergerak sangat aktif yaitu berenang mendekati aerasi dan ke permukaan air.
Larva dipelihara di akuarium/fiber glass dengan kepadatan 10 ekor/liter selama 6 hari. Pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp dengan frekuensi pemberian 5 kali/hari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 23.00 WIB secara ad libitum. Setelah 6 hari kepadatan diturunkan menjadi 5 ekor/liter dan pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex sp hidup. Agar kualitas air tetap baik maka dilakukan penyiponan kotoran setiap hari sebelum dilakukan pemberian pakan pertama pada pagi hari. Penggantian air dilakukan pada hari ke 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Setelah berumur 18 hari larva siap ditebar di kolam pendederan. Pada tahapan ini didapatkan larva berukuran 1 inchi dengan SR 60-90%.
Pendederan
Sebelum dilakukan pendederan benih, terlebih dahulu kolam disiapkan. Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan caren, pengapuran, pemupukan, pengisian air kolam dan inokulasi Moina sp.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam petelur) dengan dosis 500 – 1000 gr/m2, sedangkan kapur yang digunakan adalah kapur hidup (CaO) dengan dosis 25 – 100 gr/m2. Selanjutnya kolam diisi air secara bertahap hingga ketinggian 90 cm (lebih kurang 3 hari).
Inokulasi Moina sp dengan kepadatan 5 ekor/cc sebanyak 10 liter dilakukan sehari setelah pengisian air. Setelah inokulasi kolam didiamkan selama 3 – 4 hari dengan maksud memberi waktu pada ekosistem kolam untuk mencapai keseimbangan dan Moina sp untuk berkembang biak. Pemantauan kualitas air yang meliputi Oksigen terlarut, pH dan suhu air dilakukan sebagai persiapan akhir.
Larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 20 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pellet yang dihancurkan dengan kandungan protein 28% sebanyak 20 – 5% dari berat biomassa. Pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 4 – 5 minggu.
Kolam mulai dialiri air baru pada minggu kedua, karena benih patin jambal sudah membutuhkan air mengalir.
Panen
Sebelum melakukan pemanenan, ikan tidak diberi pakan selama satu hari. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring sebagian, sedangkan sisanya ditangkap dengan menggunakan skopnet setelah kolam dikeringkan.
Benih yang ditangkap ditampung dalam wadah sebelum selanjutnya diseleksi. Ikan patin jambal ini mudah sekali mengalami stres ditandai dengan keluarnya lendir yang berlebihan. Ini dapat mengakibatkan kematian. Setelah ikan segar kembali, selanjutnya dilakukan seleksi menggunakan piring aluminium/plastik.
Panen dilakukan pada saat berumur 4-5 minggu dengan ukuran 2 s.d 3 inchi. Derajat derajat kelangsungan hidup antara 70 s.d 90 %.
No comments:
Post a Comment