Tuesday, September 29, 2009

Tips menanam tanaman air untuk ikan

Tanaman air tropis untuk akuarium kebanyakan dipasarkan dalam kemasan plastik, dimana pada bagian bawah tangkai diberi pot dengan wool mineral. Cara ini dapat melindungi tanaman dan memberi kesempatan pada akar untuk tetap dapat berkembang ideal mulai dari saat tanaman dipilah dan dipotong seperti pada saat awal tanam hingga sampai pada lokasi tanam.


Pot dan wool mineral baru boleh dilepas ketika siap ditanam. Gunakan pot plastik yang mudah dilepaskan dari akar - akar yang hidup didalamnya. Akar yang telah menyebar dapat dilepaskan dengan hati -hati dari pot plastik tersebut . jika terdapat akar yang terlalu panjang san banyak, sebaiknya dipotong dengan menggunakan gunting atau pisau. karena akar tanaman yang menyebar keluar dapat lebih mudah membusuk.

Tanaman kecil pipih seperti Lilaeopsis terkadang sulit untuk ditanam kembali ketika wool mineralnya sudah dilepas. Dalam beberapa kasus atau kadangkadang cukup dengan membuang pada bagian bawah wool mineral dan sisanya bersama akar dapat ditanam ke dalam akuarium.

Sebelum ditanam sebaiknya buang dulu daun-daun yang sudah tua, sehingga tanaman alcan nampak lebih menarik. Diharapkan tanaman baru akan tumbuh clan muncul
daun-daun baru yang sesuai dengan kondisi air di akuarium dan pencahayaanya. ocis

sumber : Warta Pasar Ikan, Dir. Pemasaran Dalam Negeri, Ditjen P2JP, DKP 2009

Sunday, September 27, 2009

Budidaya Kakap Merah

Kakap Merah

Di Perairan Indo-Pasifik terdapat 31 spesies yang termasuk genus Lutjanus. Di antara ke-31 spesies tersebut sampai saat ini, baru Lutjanus johni, Lutjanus argentimaculatus, dan Lutjanus sebae yang telah dibudidayakan.

Beberapa sifat kakap merah yang menguntungkan usaha budi daya adalah pertumbuhan relatif cepat, toleran terhadap kekeruhan, ruang terbatas dan salinitas, serta tanggap terhadap pakan buatan. Selain itu, budi daya ikan ini relatif mudah, tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara dalam kepadatan yang tinggi, dan sifat kanibalismenya rendah.

A. Sistematika
Famili : Lutjanidae
spesies : Lutjanus argentimaculatus, L. sebae, L. johni
Nama dagang : mangrove red snapper, emperor red snapper, John's snapper
Nama lokal : bambangan, ungar

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Tubuh ditutupi sisik ctenoid berukuran sedang dan kecil. Bagian depan dari kepala hidung dan daerah mata tanpa sisik. Beberapa baris sisik terdapat pada tutup insang. Linea lateralis komplit dengan bentuk lurus atau kurva/melengkung. Gigi pada rahang biasanya beberapa baris.

Terdapat gigi pada mulut bagian atas. Sirip ventral dengan satu duri keras dan 5 jari-jari lunak. selain itu erdapat sirip punggung dan sirip dubur

Tubuh ikan berwarna merah/cokelat. Bagian bawah tubuhnya berwarna merah muda Untuk P. argentimaculatus. Adapun L. sebae dewasa berwarna merah gelap dan juwana berwarna merah (pink) dengan loreng (band berwarna merah gelap. Bagian sirip punggung, sirip, dubur, dan bagian atas sirip ekor berwarna gelap.

Untuk L. johni, warna badan hijau keperakan atau warna perunggu. Terdapat satu totol hitam besar di bawah sirip punggung, posisinya di antara batas dari keras dan jari-jari lunak.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan ikan kakap merah yang dipelihara dalam karamba jaring apung mencapai 0,56% per hari. Data tersebut menunjukkan baliwa ikan kakap merah tergolong ikan yang cepat pertumbuhannya.

kakap merah termasuk jenis ikan hermaphrodit protandi, yaitu berstatus jantan pada awal kehidupannya, lalu berubah menjadi betina. Ikan kakap, merah yang berukuran antara 45,0 - 55,0 cm didominasi oleh ikan jantan, sedangkan yang berukuran 56,0-62,5 cm didominasi ikan betina.

Perubahan dari jantan ke betina terjadi setelah ikan berumur 6-8 tahun. Pada saat itu, induk jantan telah berukuran bobot 3,5 kg dengan panjang total 53-6o CM.
Ikan betinanya akan siap memijah setelah berukuran sekitar 6 kg. Bobot induk betina L. argentimaculatus yang telah matang gonad antara 2,9-5,5 kg, sedangkan jantan antara 3,6-4,6 kg. L. sebae memijah sepanjang tahun, sedangkan L. argentimaculatus memijah selama 6 bulan, yaitu dari bulan Desember—Juni.

Pemijahan dapat dilaksanakan di dalam tangki maupun KJA. Seekor ikan betina yang bobotnya antara 3-4,5 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 1,2 juta butir. Khusus L. sebae, pemijahannya tidak tergantung pada sildus peredaran bulan. Ikan jenis ini memijah pada bulan gelap maupun bulan purnama. Namun, keragaan pemijahan yang lebih baik terjadi pada bulan gelap dibanding bulan terang. Pemijahan berlangsung dalam tangki pada kedalaman air 70-16o m.

C. Pemilihan lokasi budidaya

Ikan kakap merah tergolong ikan eurihalin. Kakap merah yang masih muda dan dewasa hidup di daerah mangrove dan muara sungai yang kadar garamnya mendekati air tawar. Sifat ini menciptakan peluang untuk membudidayakannya, baik di tambak maupun dalam KJA di laut.
Lokasi penempatan KJA atau karamba tancap harus terlindung dari pengaruh gelombang besar dan angin kencang, seperti perairan teluk yang terlindung, selat kecil, muara sungai ataupun sungai yang airnya bersifat payau. Kakap merah bisa hidup di perairan laut maupun perairan payau dengan kadar garam berkisar 10-35 ppt, dan suhu air 26-310 C.

D. Wadah Budi Daya

Ikan kakap merah dapat dibudidayakan dalam KJA maupun karamba tancap di perairan pantai, sekitar muara sungai. Ikan ini dapat dibudidayakan dalam KJA berukuran 2 m X 2 m X 2 m, maupun ukuran yang lebih besar 3 m x 3 m X 2 m, disesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Benih kakap merah bisa diperoleh dari hatchery yang menyediakan benih kakap ini, atau bisa diperoleh dengan cara penangkapan dari alam. Benih dari alam biasanya ketersediaannya terbatas, ukurannya tidak seragam dan hanya tersedia pada musim tertentu. Adapun pengangkutannya dengan sistem tertutup.


2. Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan sebaiknya walau pagi atau sore hari karena suhu udara atau air lebih dingin. Sebelum penebaran, harus diperhatikan kondisi kualitas air, terutama suhu dan salinitas. Jika suhu dan salinitas air pengangkutan cukup berbeda dengan air di
lokasi budi daya, perlu dilakukan adaptasi.

Padat penebaran benih kakap merah seberat 5o g adalah 100 ekor/m3. Adapun padat penebaran ikan yang berukuran lebih besar (200 g), yaitu 11-12 ekor/m2.

3. Pembesaran
Pemeliharaan ikan jenaha (L. johni) selama 6 bulan akan mencapai bobot 356 g dengan bobot awal 125 g.

4. Pemberian pakan
Pakan yang digunakan adalah ikan rucah sebesar 5-10% bobot badan/hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali/hari. Adapun L. argentimaculatus yang diberi pakan rucah sebanyak 10% bobot badan/hari selama masa pemeliharaan 7 minggu menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata o,8% per hari. Frekuensi pemberian pakannya satu kali sebesar 7% bobot badan per hari.


F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Bakteri yang menyerang ikan kakap merah adalah Streptococcus iniae. Gejala ikan yang terserang penyakit ini, di antaranya warna ikan berubah menjadi lebih gelap, kehilangan keseimbangan, berenang berputar dan timbul bintik - bintik merah pada kulit.

Pencegahan yang dilakukan dengan cara menghindari padat tebarserta pemberian pakan berlebihan dan mencegah penanganan kasar.
Selain bakteri, ikan ini dapat diserang parasit, yaitu kutu kulit. Kutu kulit adalah parasit eksternal yang umum pada ikan budi daya laut. Ada dua kutu kulit yang ditemukan pada ikan kakap merah, yaitu Neobenedenia dan Benedenia.

Kutu kulit pada ikan sangat sulit diamati karena benvarna transparan. Apabila dimasukkan ke dalam air tawar untuk beberapa menit, kutu kulit baru terlihat karena berubah warna menjadi keputihan. Pemberantasan parasit ini dengan cara merendam ikan di air tawar selama 5 menit. Jika tingkat serangannya parah, perendaman dapat dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu seminggu.

G. Panen
Ikan kakap merah dipanen setelah berukuran 500 g. Ukuran tersebut ideal untuk dipasarkan. Adapun lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran tersebut adalah 6 bulan benih 5o g. Sementara itu, benih berbobot 20o g akan mencapai rata-rata 890 g/ekor selama 225 hari.
Pada prinsipnya cara pemanenan ikan kakap merah dari KJA sama seperti cara panen ikan di KJA umumnya.

sumber : Penebar Swadaya, 2008

Wednesday, September 23, 2009

Tehnik Budidaya Ikan Arwana

Budidaya Ikan arwana bukanlah sesuatu yang mudah anda harus mempelajari beberapa tehik atau cara untuk membudidayakan Ikan arwana ini,saya sech ga tau yang profesional tapi kalau cara budidaya ikan arwana yang dasar adalah sebagai berikut :

Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara dalam kolam berukuran 5 x 5 m dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Kolam ditutup plastik setinggi 0,75 m untuk mencegah lompatan ikan.

Ruangan pemijahan dibangun di pojok perkolaman dan ditambah dengan beberapa kayu gelondongan untuk memberikan kesan alami. Batu dan kerikil dihindari karena dapat melukai ikan atau dapat tercampur pakan secara tidak sengaja.

Kolam pembesaran dibangun di area tenang dan ditutup sebagian, dan dijauhkan dari sinar matahari langsung. Induk dipelihara dalam kolam pembesaran hingga mencapai matang gonad.

Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air dijaga agar mendekati lingkungan alami arwana yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Penggantian air dilakukan sebanyak 30-34% dari total volume dengan air deklorinisasi.

Pemberian Pakan
Keseimbangan gizi sangat penting bagi kematangan gonad dan pemijahan. Induk diberikan pakan bervariasi yang mengandung kadar protein tinggi. Pakan diberikan setiap hari dalam bentuk ikan/udang hidup atau runcah, dan ditambah pelet dengan kadar protein 32 %. Jumlah pemberian pakan per hari adalah 2 % dari bobot total tubuh.

Kematangan gonad
Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-60cm.
Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya antara bulan Juli dan Desember. Induk jantan di alam akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika larva mulai dapat berenang.

Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.

Pembedaan Kelamin
Juvenil sulit dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.

Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.

Kebiasaan Pemijahan
Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lain jenis. Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).

Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan, Jantan membuahi telur dan kemudian mengumpulkan telurdi mulitnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm dan kaya akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.

2. Panen Larva
Inkubasi telur secara normal adalah membutuhkan 8 minggu. Untuk memperpendek waktu, telur yang sudah dibuahi dapat dikeluarkan dari mulut pejantan 1 bulan setelah pemijahan. Induk jantan ditangkap dengan sangat hati-hati dengan jaring halus lalu diselimuti dengan handuk katun yang basah untuk menghindari ikan memberontak dan terluka.

Untuk melepaskan larva dari mulut induk jantan, tarik perlahan bagian bawah mulut dan tubuh ditekan ringan. Larva dikumpulkan dalam wadah plastik dan diinkubasikan dalam akuarium. Jumlah larva yang dapat mencapai 25-30 ekor.

Teknik Pembenihan
Setelah dikeluarkan dari mulut pejantan, larva diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45×45x90 cm. Temperatur air 27-29 °C menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.

Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %.

Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal. Pada tahap ini, pakan hidup pertama harus mulai diberikan untuk mencegah larva saling Ketika ukuran larva mencapai 8,5 cm atau berumur 7 minggu, kuning telur terserap secara penuh dan larva dapat berenang bebas.

Pemeliharaan Larva
Tambahan pakan hidup yang dapat diberikan seperti cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut arwana.
Larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.

Sumber:Buu Budidaya Ikan Arwana

Sunday, September 20, 2009

Mengenal Obat Ikan

Obat lkan merupakan:
• Zat kimia yang bila diberikan akan
mempengaruhi fungsi sel hidup;
• Racun apabila masuk kedalam tubuh tanpa dosis yang tepat;
• Menimbulkan residu yang dapat menggangu kesehatan manusia dan merusak lingkungan;
• Penggunaannya menentukan dalam proses
budidaya untuk meningkatkan produksi;

Syarat utama penggunaan obat ikan
• Aman (Safety) terhadap ikan, manusia dan lingkungan
• Berkhasiat (Efikasi) untuk menyembuhkan
• Bermutu (Quality) : mutu dapat dipercaya

sebelum menggunakan obat ikan

• Harus diketahui dengan tepat diagnosa
penyakit dan tujuan penggunaannya
• Harus diketahui jenis obat dan dosisnya yang tepat
• Harus diketahui sasaran organ yang dituju;
• Harus diketahui cara pemberian yang tepat
• Harus diketahui faktor yang mempengaruhi kerja obat ( keadaan umum,species ikan, lingkungan air, suhu, cuaca d1l).

sumber : Ir. Maysarah Mawardi, MM, Ditjen Budidaya, DKP, 2009

Saturday, September 19, 2009

Budidaya Teripang Pasir

Teripang Pasir

Di perairan Indonesia terdapat banyak jenis teripang. Namun demikian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi hanyalah beberapa jenis saja. yaitu teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (H. edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas). Teripang merupakan lauk yang lezat dan disukai masyarakat Cina dan bernilai jual tinggi di pasaran. Teripang diperdagangkan dalam bentuk awetan/kering.


Belum banyak negara di dunia yang membudidayakan teripang, Satu jenis teripang yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia ialah teripang pasir (Holothuria scabs). Budi daya teripang pasir memungkinkan dilakukan oleh masyarakat pantai. Hal ini disebabkan teknik budi dayanya cukup sederhana dan investasi yang diperlukan relatif kecil.

A. Sistematika
Famili Holothuridae
Species Holothuridae scabra
Nama dagang sea cucumber, beche-de-mere
Nama lokal mentimun laut

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Bentuk badan memanjang mirip mentimun. Oleh karma itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggungnya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu seitar 2 hari.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi budi daya teripang yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut.
- Dasar perairan terdiri dari pasir.
- Pasir berlumpur yang ditumbuhi lamun (seagrass).
- Pada surut terendah masih tergenang air yang dalamnya antara
4o-8o cm.
- Kecerahan air di atas 75 cm dan arus tidak terlalu kuat serta terlindung dari angin yang kencang.
- Perairannya tidak tercemar dan mudah dijangkau.
- Salinitas antara 24-33 ppt serta suhu 25-30 derajat celcius

D. Wadah Budi Daya
di lokasi terpilih dibangun kurung tancap terbuat dari pagar bambu atau kayu. Kurung tancap tersebut berlapis waring nilon ukuran mata 0,2 cm di sebelah dalamnya. Pagar bambu/papan harus tertanam cukup dalam dan kuat ke dasar perairan sehingga tidak terjadi kebocoran pada. kurungan. Luas kurungan sekitar 50 M2 atau disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, penebaran benih teripang berukuran 40-60 g sebaiknya kepadatannya 6-8 ekor/m2
atau teripang berukuran lebih besar, yaitu antara 70-100 g dengan padat tebar 4-6 ekor/m2

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Benih teripang yang dipilih seragam, baik jenis maupun ukuran. Ciri benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat. Hindari juga pemilihan benih yang sudah mengeluarkan cairan warna kuning.

Sebaiknya pengangkutan benih tidak dalam waktu lama (lebih dari satu jam) dan dalam keadaan tertumpuk/padat. Pengangkutan benih dilakukan pada pagi hari atau malam hari atau saat suhu rendah. Wadah yang digunakan dalam pengangkutan diberi substrat pasir, khususnya untuk sistem pengangkutan terbuka.

2. Penebaran. benih
Benih teripang dengan bobot awal 4o-6o g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m 2. Penebaran dilakukan pada pagi, sore hari, atau saat suhu udara/air rendah. sebelum benih ditebar, benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu untuk kondisi salinitas dan air di lokasi budi daya.

3. Pemberian pakan
Pakan teripang terdiri dari mikroorganisme, seperti bakteri dan ptotozoa, jasad benthos, makro alga, dan detritus. Selama pemeliharaan yang berlangsung sekitar 4-5 bulan, benih teripang diberi pakan berupa kotoran ayam, kompos, atau dicampur dedak 0,1 kg/m2 sebanyak satu kali dalam seminggu. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih, lalu diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung.
Pemberian pakan tersebut dilakukan pada saat air surut. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuhan diatomae yang merupakan pakan utama teripang.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis hama yang sering dijumpai datam kurungan teripang adalah kepiting, bulu babi, dan bintang laut. Pengendaliannya dengan pengambilan hama secara manual dengan periode tertentu. Sementara itu, jenis penyakit yang menyerang teripang dari famili Holothuroidae belum banyak diketahui karena budi dayanya masih belum berkembang.

G. Panen
Teripang ukuran konsumsi dengan bobot 300-500 g dapat dicapai setelah dipelihara selama 4-5 bulan untuk memanennya. Panen teripang dilakukan pada saat air surut terendah. Panen dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau Lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecakan pada saat air pasang karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

sumber : Penebar Swadaya, 2008

Thursday, September 17, 2009

Budidaya Tiram

Crassostrea atau tiram merupakan salah satu jenis dari bivalva yang biasa dikonsumsi masyarakat pantai. Jenis ini hidup di daerah muara yang menempel pada akar-akar bakau, tiang-tiang dermaga, dan berbagai objek batu-batu karang mati di dasar perairan. Negara yang telah membudidayakan secara intensif tiram jenis ini adalah Filipina.

A. Sistematika
Famili : Ostreidea
Species : Crassostrea iredalei
Nama dagang : Oysters

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

i. Ciri fisik
Tiram merupakan hewan air berumah dua (diosis). cangkang atas lebih kecil dibanding cangkang bawah. Tepi cangkang tidak berbentuk crenul (not crenelated). Crassostrea tidak memiliki chomata (denticles). Bentuk cangkang Crassostrea agak memanjang dan cekung.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Pengertian pertumbuhan untuk kekerangan meliputi pertumbuhan daging dan panjang cangkang yang lajunya tidak selalu seiring. Hal ini disebabkan faktor yang berpengaruhnya. berbeda. Pertumbuhan daging dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan, kematangan gonad, dan perubahan yang terjadi akibat pelepasan gonad. Sementara itu, pertumbuhan cangkang dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam air.

Hewan ini bersifat ovovivipar dalam ha modus pemijahannya. Perkembangan gonad dan pemijahan di daerah tropic berlangsung sepanjang tahun. Telur yang telah dibuahi akan berkembang. Setelah 20 jam, telur akan menetas menjadi larva (trocophore) yang bersifat planktonik. Larva berenang dalam air dengan bantuan rambut getarnya (cilia).

Sekitar 10 jam kemudian trocophore akan beruba bentuk menjadi larva berbentuk huruf D (disebut larva D). Selanjutnya, larva D akan berkembang menjadi larva lain yang disebut umbo. Akhirnya, umbo berubah menjadi spat dan mencari tempat menempel.

Tiram merupakan jenis hewan air yang tergolong pemakan plankton, baik nabati maupun hewani. Di perairan alami jenis

plankton yang dimakannya utamanya dari jenis-jenis diatoms, seperti Nitzschia, Chaetoceros, Diatoma, Pleurozigma, dan Gyrozigma. Jenis plankton lainnya adalah Calanus dan Naupli dari Cyclops. Di alam, jenis pelecypoda memakan bahan organik tersuspensi, zat organik terlarut, Fitoplankton, bakteri, jamur, dan flagellate.
C. Pemiliban Lokasi Budi Daya
Keberhasilan budi daya tiram sangat tergantung pada ketepatan dalam pemilihan lokasi. Banyaknya tiram alami merupakan indikator kesesuaian lokasi untuk budi daya tiram. Oleh karena itu, pengetahuan tentang keadaan perairan terpilih harus diketahui secara pasti, khususnya salinitas dan kesuburannya. C. iredalei merupakan jenis tiram yang hidup dan tumbuh baik pada salinitas berkisar 24-30 ppt serta konsentrasi plankton antara 30 x 10 3 dan 250 x 103 sel/cc. Adapun lokasi budi dayanya, yaitu perairan Panimbang, Teluk Banten, dan Sulawesi Selatan.

D. Wadah Budi Daya
jenis wadah tergantung jenis metode yang digunakan dalam budi daya tiram. Metode budi daya menggunakan rak, rakit, metode tali rentang (longline), dan metode dasar. Rak yang digunakan berukuran panjang 5 m dan Lebar 2 m.

Rak dapat terbuat dari kayu atau. bambu. Kerangka kayu yang luasnya 10 m2 tersebut dibagi menjadi kotak-kotak yang lebih kecil berukuran 0,5 m x 1,o m sebanyak 20 kotak. Selanjutnya, batang kayu dipasang setiap 0,5 m searah lebarnya dan setiap 1 m ke arah panjangnya. Untaian kolektor kemudian digantung pada batang kayu yang dipasang memanjang.

Rak dipasang sedemikian rupa hingga pada saat pasang-surut masih terendam air. Setiap gantung untaian kolektor diikat 5-8 buah keping kolektor.

Dengan metode rakit, untaian kolektor atau keranjang yang berisi benih tiram digantung pada rakit, sedangkan dengan metode tali rentang, untaian kolektor digantung pada tali rentang. Untuk
metode dasar, kolektor disebar di dasar perairan hingga benih/spat menempel pada kolektor tersebut.

E. Pengelolaan Budi Daya
1. Pengumpulan benih
Benih tiram bisa diperoleh dari alam maupun dari hatchery. Seat ini di Indonesia, belum adsa Hatchery yang menyediakan benih tirarn, jadi benih harus dikumpulkan dari alam. Pengumpulan benih dari alam dilakukan dengan menggunakan kolektor/substrat, yaitu benda/bahan-bahan yang keras seperti cangkang kekerangan/tiram, lempengan genting, blok semen, atau lembaran asbes. Berbagai kolektor tersebut dapat dipasang/digantung di perairan atau disebar di dasar perairan pasir berlumpur dengan laju pengendapan Lumpur rendah.

2. Pernbesaran
Benih yang menempel pada substrat dapat dibiarkan tumbuh hingga mencapai ukuran panen (konsumsi) atau dikumpulkan untuk dibesarkan di tempat lain. Luas perairan yang digunakan untuk pembesaran bervariasi antara 1.000—1o.000 m2. Namun, luasan yang baik adalah antara 1.000-2.000 m2. Di Filipina luas perairan untuk budi daya tiram rata-rata 1.300 m2/operator. Pada metode dasar, cangkang oyster yang sedan ditumbuhi benih disebar secara merata di seluruh dasar perairan yang dialokasikan. Pada metode lepas dasar, untaian substrat yang telah ditumbuhi benih tiram, digantungkan pada tiang, rak, atau rakit. Jarak antara tiang diatur 8o cm.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada budi daya tiram adalah kompetitor dalam penggunaan substrat dan makanan. Jenis kompetitor yang paling umum adalah teritip (Balanus sp.). Sementara itu, jenis predator yang sering memangsa jenis tiram ini adalah Gastropods (siput air) dan kepiting. Adapun upaya pencegahan atau mengurangi

penempelan teritip, yaitu dengan memilih lokasi pembesaran yang tepat. Sementara itu, untuk mengurangi pemangsaan oleh predator dengan diambil/dipungut secara manual pada waktu-waktu tertentu.
G. Panen
Panen mulai dilaksanakan setelah tiram mencapai ukuran konsumsi, yaitu sekitar 7,6 cm panjang cangkang. Biasanya ukuran tersebut mulai tercapai setelah 6 bulan sejak benih tiram menempel pada substrat. Namur demildan, tingkat kesuburan perairan sangat menentukan.
sumber : Penebar Swadaya, 2008



Wednesday, September 16, 2009

Teknologi Budi Daya ikan Baung

Teknologi budi daya baung baru mulai disebarkan secara luas sejak tahun 1990-an, setelah ditemukan teknik pembenihan intensif dengan teknik hypofisasi (kawin suntik) menggunakan hormon hipofisa. Seperti ikan jenis lainnya, secara garis besar budi daya baung dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pembesaran. Saat ini, kegiatan pembenihannya masih terbatas dilakukan oleh pihak pemerintah (lembaga penelitian perikanan dan Balai Benih Ikan tertentu).

Kegiatan pembenihan ini umumnya dilakukan Untuk memproduksi benih baung hingga mencapai ukuran tertentu upaya penyediaan benih yang tepat baik dalam segi jumlah, waktu, maupun kualitas yang baik merupakan faktor utama menjamin kelangsungan usaha pembesaran baung hingga ukuran konsumsi.

Pembenihan

Pemijahan baung dengan cara penyuntikan dapat dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa yang berasal dari donor ikan mas. Selain itu, juga dapat menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime. Dosisnya sebanyak 0.8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan.


Penyuntikan Induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan setengah dosis, dan penyuntikan kedua juga setengah dosis. Ponyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. pada penyuntikan pertama juga dilakukan penyuntikan induk jantan. Penyuntikan induk betina dan jantan dilakukan secara intramuskular ( di dalam otot atau daging)) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip pungung. Induk-induk baung yang telah disuntik dipelihara secara terpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak
tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.


Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan. untk menghindari timbulnya jamur pada telur, Maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat kimia tersebut dapat dibeli di toko kimia atau apotek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730-72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26° C, pH normal yaitu 6,5, oksigen berkisar 5,76-6,4 mg/l, clan CO2. berkisar 10,7-13,7 mg/l.


Benih-benih atau larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Larva ini ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya, larva ini dipelihara di akuarium berukuran 70 x 40 x 40 cm. Setiap akuarium diisi air bersih dan jernih yang telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium dapat menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.

Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk sack atau kuning telur. Pada hari kedua dan ketiga benih baru diberi pakan tambahan berupa Moina cyprinacea. Pada hari keempat sampai hari kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Pada hari kelima belas, larva dapat diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 Kali per hari,yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00.

Larva baung mempunyai kebiasaan menyebar pada malam hari dan hidup berkelompok serta membentuk gumpalan terutama pada Siang hari, sehingga dapat menyebabkan kematian larva yang berada di bagian dalam karena kekurangan oksigen. Karena itu, sistem aerasi harus selalu d1perhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium pomeliharaan larva tetap tinggi. Selain itu, agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. penyiponan dilakukan 1 Kali sehari, pada pagi hari sebelum pemberian pakan

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Tuesday, September 15, 2009

Budidaya Tiram Mutiara

Hingga sekarang mutiara hasil budi daya dunia dapat berupa mutiara laut dan mutiara air tawar. Produk mutiara laut yang dewasa ini diperdagangkan di pasar internasional adalah sebagai berikut:


1. Akoya pearl
Mutiara berkualitas tinggi yang dihasilkan dari P. fucata. Ukuran maksimal 10 mm. Mutiara berwarna putih kehijauan dengan nuansa sangat indah. Jenis ini diproduksi di Jepang dan Cina.

2. South sea pearl
Mutiara ini diproduksi di Indonesia dan Australia yang dihasilkan dari P. maxima. Termasuk mutiara kelompok putih, berukuran besar sampai 18 mm. Jenis ini berwarna putih perak, kekuning-kuningan, pink, dan keemasan.

3. Black pearl
Mutiara ini dihasilkan dari P. margaritifera. Black pearl berpenampilan sangat menawan dan berwarna hitam pekat. Jenis ini berukuran lebih kecil dari ukuran south sea pearl. Negara penghasil utama Tahiti, Hawaii, dan Cook Island.

A. Sistematika
Famili Pteridae
Spesies Pinctada maxima
P. margaritifera
Nama dagang pearl oyster

Nama lokal mutiara

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Kerang mutiara mempunyai sepasang cangkang yang disatukan pada bagian punggung dengan engsel. Kedua belahan cangkang
tidak sama bentuknya. cangkang yang satu lebih cembung dibanding lainnya. Sisi sebelah dalam dari cangkang (nacre) berpenampilan mengilap.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Tiram mutiara adalah protandrous-hermaphrodite dengan kecenderungan perbandingan jantan betina = 1 1, dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrem atau tejadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P. Margaritifera mendekati matang gonad pada tahun kedua, sedangkan P. maxima jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm dalam tahun pertama hidupnya.
pertumbuhan merupakan aspek biologi yang penting bagi pembudidaya terkait dengan pendugaan keberhasilan usahanya.Tiram mutiara P.margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis lain, P. maxima, mencapai diameter cangkang 10—16 cm pada tahun kedua.

C. Pengelolaan Budi Daya
Untuk menghasilkan sebutir mutiara laut dari spat hatchery, diperlukan waktu sekitar 4 tahun. Teknologi budi daya mutiara laut terdiri atas pembenihan, pembesaran benih, produksi mutiara, dan panen.

1. Penyediaan benih
Awal pengembangan benih yang digunakan berasal dari penangkapan dari alam. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan spat collector yang terbuat dari jaring nilon bermata jala halos. Kolektor tersebut dibentangkan di daerah penyebaran kerang mutiara. Dalam waktu 2-4 minggu, benih tiram (spat) akan menempel pada kolektor tersebut.

Dewasa ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi spat tiram mutiara sudah dapat dihasilkan melalui proses perbenihan di hatchery. Prosesnya dimulai dengan pemilihan induk yang sudah matang gonad. Sebaiknya induk-induk tersebut berasal dari populasi yang berbeda untuk menghasilkan benih yang berkualitas.

2) Pembesaran
Di nurseri benih dipelihara sampai mencapai dewasa dan berukuran 10-12 cm selama 12-18 bulan. pada ukuran tersebut proses produksi mutiara sudah dapat dilaksanakan. Adapun tahapan produksi mutiara sebagai berikut
a) Memilah-milah tiram dewasa untuk disuntik. pemilihan didasarkan atas ukuran, umur, dan kondisi kesehatan tiram.
b) Menyiapkan potongan mantel berukuran sekitar 4-5 mm2 dan inti berukuran 3,03-9,09 mm. potongan mantel (shaibo) tersebut diambil dari tiram yang secara sengaja disiapkan dikorbankan untuk keperluan itu.
c) Preconditioning (Melemahkan) tiram untuk memudahkan pembukaan cangkang sewaktu penyuntikan inti da trasplantasi potongan mantel atau shaibo.
d) Menoreh irisan pada pangkal kaki menuju dekat gonad. Ke dalam torehan tersebut disisipkan inti dan shaibo yang diletakkan bersinggungan.
e) Mengangkat ganjal baji dan menutup cangkang, lalu meletakkan
tiram ke dalam keranjang. Keranjang tersebut terbuat dari
jaring berbentuk empat persegi panjang. Untuk tiap keranjang,
diletakkan 10 ekor tiram.
f) Merawat tiram dengan cara membersihkan keranjang dan cangkang luar, membalikkan tiram, dan memeriksa apakah mutiara sudah terbentuk atau belum dengan menggunakan sinar x-ray. Perawatan ini dilakukan setiap 4 hari selama 2 bulan, kecuali pemeriksaan dengan sinar x-ray.
g) Memindahkan tiram ke dalam wadah pemeliharaan berbentuk keranjang berkantong terbuat dari jaring. Dalam tiap lempeng terdapat 4 buah kantong. Setiap kantong diisi seekor tiram. Wadah tersebut digantung pada bentangan tambang atau longline. Tiram dan kantong dibersihkan setiap bulan.

D. Pengendalian Hama. dan Penyakit
Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, racing, dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita dan ikan sidat. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu.

Penyakit tiram mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelsoni. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum, dan Achromobacter sp.

Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi tiram mutiara adalah virus herpes. Upaya untuk mengurangi serangan penyakit pada tiram mutiara antara lain
a) selalu memonitor salinitas agar dalam kisaran yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tiram,

b) menjaga agar fluktuasi suhu air tidak terlalu tinggi, seperti pemeliharaan tiram tidak terlalu dekat kepermukaan air pada musim dingin,

c) lokasi bodi daya dipilih dengan kecerahan yang cukup bagus, dan

d) tidak memilih lokasi pada perairan dengan dasar pasir berlumpur.

G. Panen
Setelah 18-24 bulan masa pemeliharaan, panen mutiara sudah bisa dilakukan. Selanjutnya, hasil panen dibersihkan atau digosok agar mengilap serta memilah mutunya.
sumber Penebar Swadaya,2008



Friday, September 11, 2009

BUDIDAYA KIMA

Perairan Indonesia merupakan wilayah penyebaran 4 spesies kima, yaitu kima sisik (T. squamosa), kima besar (T. Maxima), kima lobang (T. crocea), dan T. derasa. Selain itu, terdapat pula spesies kima lain, yaitu H. hypophus, T. gigas, dan H. porcellanus.

Tridacna merupakan jenis kekerangan yang terkenal karena ukurannya relatif besar dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri hiasan. Karena perburuan yang intensif, jenis kekerangan ini berkurang populasinya sehingga mendapat perlindungan dengan dimasukkannya ke dalam CITES. Jenis kerang ini belum tercantum di dalam buku statistik produksi nasional maupun global.

A. Sistematika

Famili : Tridacnidae
Spesies : Tridacna spp
Nama dagang : giant clam
Nama lokal : -

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
cangkangnya memiliki celah byssus tanpa gigi-gigi pengunci. Apabila dibentangkan sepenuhnya, mantelnya mencuat secara lateral melewati Ujung cangkangnya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan kima berbeda-beda menurut spesiesnya.
Jenis kima yang terbesar ukurannya, yaitu T. gigas dapat mencapai ukuran lebih dari satu meter dan bobotnya sekitar 20o kg.

Jenis kima lain yang berukuran besar adalah T. derasa yang panjangnya 6o cm. Ukuran jenis-jenis lain, seperti T squamosa dan T maxima berisar 35-40 cm. Di antara ke-5 jenis Tridacna yang terkeeil ukurannya adalah T. crocea. Ukuran ter panjang dari jenis kima tersebut selitar 15 cm.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi terbaik untuk budi daya kima adalah daerah yang memiliki air laut jernih (kecerahan > 10 m) dan berkadar garam tinggi (34-35 ppt) sepanjang tahun.

D. Wadah Budi Daya
Upaya budi daya kima pada dasarnya mengarah pada kegiatan konservasi atau restocking/stock enhancement. Yang jelas kegiatan budi dayanya terutama dalam hal penyediaan benih. Untuk kegiatan pendederan digunakan tangki-tangki beton maupun fiberglass.

Dari aspek ekologis, hewan ini merupakan salah satu organisms laut yang hidup di ekosistem karang. Beberapa jenis kima hidup menempel pada. karang. Wadah budi daya untuk pembesaran kima adalah perairan karang terbuka. Benihnya yang sudah siap tebar adalah setelah masa juvenil yang dipelihara di bak selama 3-4 bulan.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Kerang ini melalui fase trocophore, yaitu larva ditetaskan dari telur berubah menjadi veliger. Selanjutnya, veliger berubah lagi menjadi pediveliger dan akhirnya menjadi kima muda.
yahapan pembenihan (hatchery) meliputi pemeliharaan larva yang dihasilkan dari telur yang dibuahi. Pelaksanaannya di dalam wadah yang ditempatkan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor)

2. Pendederan
Tahapan pendederan (nursery) berupa pemeliharaan kerang muda dari ukuran panjang, cangkang 0,2 mm hingga mencapai kima muda berukuran 20-30 mm. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan tangki-tangki di hatchery (panti benih).

3. Tahapan pendederan di laut
Pada tahapan ini kima muda yang berukuran sekitar 20 mm dipelihara dalam wadah hingga panjang cangkangnya. mencapai 200 MM.

4. pembesaran
Tahapan pembesaran, yaitu dari ukuran 200 mm panjang cangkang hingga siap panen di lain. Tahapan ini belum dilaksanakan secara komersial karena belum ekonomis.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Parasit pyramidellid menyerang dan menyebabkan kematian 100% dari T. squamosa yang digunakan dalam percobaan pemeliharaan. Kima juga sering menjadi mangsa gurita (oktopus). Seekor gurita dapat memangsa lebih dari 15 ekor kima dalam waktu beberapa malam. Penanggulangan penyakit tersebut belum banyak diketahui

G. Panen
Pembesaran kima dilakukan pada perairan terbuka. Istilah panen harus dibedakan antara pengumpulan/penangkapan lama dari alam yang mestinya dilarang, dan memanen basil kegiatan stock enhancement. Untuk ukuran ekspor (panjang 15-20 cm), lama pemeliharaan sekitar 2 tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara diambil pakai tangan dibantu alat tertentu pada area yang diberi tanda, bahwa daerah tersebut adalah lokasi stock enhancement. Pemanenan dalam kondisi hidup, misalnya untuk mengisi akuarium, karena harganya akan lebih mahal dibanding kima mati.

article

Wednesday, September 9, 2009

BUDIDAYA SIDAT (anguilla bicolor)


BUDIDAYA SIDAT PADA JARING APUNG

1. PENDAHULUAN
Ikan Sidat (anguilla bicolor), termasuk famili Anguillidae, ordo Apodes. Di Indonesia diperkirakan paling sedikit terdapat 5 (lima) jenis Ikan Sidat, yaitu : Anguilla encentralis, A. bicolor bicolor, A. borneonsis, A. Bicolor Pacifica, dan A. celebensis.

Ikan Sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa, setelah itu Ikan Sidat dewasa beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi. Larva hasil pemijahan akan berkembang, dan secara berangsur-angsur terbawa arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang telah mencapai stadia elver (glass eel) akan beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai.

Ruaya anadromus larva Sidat (elver) berhubungan dengan musim. Diperkirakan ruaya larva Ikan Sidat dimulai pada awal musim hujan, akan tetapi pada musim tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat mempengaruhi intensitas ruayanya.

Ikan Sidat termasuk ikan karnivora. Di perairan umum Ikan Sidat memakan berbagai jenis hewan, khususnya organisme benthik seperti crustacea (udang dan kepiting), polichatea (cacing, larva chironomus dan bivalva serta gastropods). Aktivitas makan Ikan Sidat umumnya pada malam hari (nokturnal).

Ikan Sidat telah dibudidayakan secara intensif di Eropa khususnya di Norwegia, Jerman dan Belanda serta Asia, yaitu : Jepang, Taiwan dan China daratan. Di negara-negara lain seperti Australia, Indonesia dan beberapa negara Eropa dan Afrika Barat umumnya produksi Ikan Sidat masih mengandalkan dari hasil penangkapan di alam.. Ikan Sidat dapat dibudidayakan di dalam ruangan tertutup (indoor) dan di luar ruangan (outdoor). Di Indonesia dengan suhu lingkungan yang relatif konstan sepanjang tahun maka pemeliharaan Ikan Sidat dapat dilakukan di luar ruangan (out door).

Secara praktis Ikan Sidat dapat dibudidayakan di kolam tanah berdinding bambu, kolam beton (bak beton), pen dan keramba faring apung. Apa pun jenis wadah yang digunakan dalam budidaya Ikan Sidat yang hamus diperhatikan adalah bagaimana mencegah lolosnya ikan dari media budidaya.

2. LINGKUNGAN PERAIRAN YANG DIKEHENDAKI UNTUK BUDIDAYA IKAN SIDAT
a. Suhu.
Pada pemeliharaan benih Ikan Sidat lokal, A. bicolor bicolor, suhu terbaik untuk memacu pertumbuhan adalah 29°C.
b. Salinitas.
Pada pemeliharaan Ikan Sidat lokal.,, A. bicolor bicolor (elver), salinitas yang dapat memberikan pertumbuhan yang baik adalah 6 - 7 ppt.
c. Oksigen Terlarut.
Kandungan oksigen minimal yang dapat ditolelir oleh Ikan Sidat berkisar antara 0,5 - 2,5 ppm.
d. pH.
pH optimal untuk pertumbuhan Ikan Sidat adalah 7 - 8.
e. Amonia (N H3- N) dan Nitrit (NO2-N)
Pada konsentrasi amonia 20 ppm sebagian Ikan Sidat yang dipelihara mengalami methemoglobinemie dan pada konsentrasi 30 - 40 ppm seluruh Ikan Sidat mengalami methemoglobinemie.

3. KEBUTUHAN NUTRIEN

Seperti halnya jenis ikan-ikan lain, Ikan Sidat membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kadar protein pakan optimal adalah 45% untuk ikan bestir (juvenil) dan sekitar 50% untuk ikan kecil (fingerling).

4. BUDIDAYA IKAN SIDAT PADA JARING APUNG

a. Jaring Apung.
Satu unit jaring apung memiliki empat kolam berukuran 7 x 7 m, dengan jaring berukuran 7 x 7 x 2,5 m dan mata jaring 2,5 inchi. Untuk menghindari lolosnya ikan, disekeliling tepian kolam bagian atas diberi penutup dari hapa dengan lebar 60 cm.

b. Benih Ikan Sidat.
Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) berbobot 15 - 20 gram per ekor dengan panjang 20-30 cm.. Benih Ikan Sidat diperoleh dari Pelabuhan Ratu hasil tangkapan nelayan di perairan umum.

c. Padat Penebaran.
Setiap kolam ditebar 100 kg benih Ikan Sidat.

d. Pakan.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berbentuk pasta dengan kandungan :
Protein 47,93%
Lemak 10,03%
Seratkasar 8,00%
BETN 8,32%
Abu 25,71%

Pakan diberikan sebanyak 3% dari berat total ikan Konvensi pakan sebesar 1,96. Dengan konvensi tersebut akan diperoleh laju perturnbuhan rata-rata 1,46`% dengan mortalitas 9,64 %.

e. Masa Pemeliharaan dan Panen.
Pemeliharaan Ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung selama 7 - 8 bulan, dan masa. panen secara bertahap dapat dimulai pada masa pemeliharaan 4 bulan.

Ukuran Ikan Sidat yang, dipanen dapat - mencapai ukuran. konsumsi yaitu 180 - 200 gram per ekor.
Pemeliharaan ikan Sidat pada kolam keramba jaring apung merupakan salah satu alternatif dalam rangka penganekaragaman budidaya ikan pada kolam keramba jaring apung. Namun dalam penerapannya masih perlu diperhatikan kondisi serta kualitas perairan umum yang dipergunakan.
SUMBER DINAS PERIKANAN JAWA BARAT

Monday, September 7, 2009

Budidaya Kerang Darah

Kerang Darah

kerang darah merupakan pangan yang lezat dan telah banyak dijual di rumah makan dan pedagang kaki lima. Bobot daging sama dengan 22,70-24,3% bobot total tubuhnya.
Jenis jenis kerang darah yang telah diketahui hidup di perairan Indonesia adalah A. granosa (kerang darah), A. nodifera (kerang darah), A. inflata (kerang bulu), A. rhombea, dan A. indica (kerang mencos). Di antara ke-5 jenis kerang tersebut yang banyak tertangkap adalah kerang mencos.

jenis lain adalah kerang gelatik (A. antiguata). Dibanding dengan jenis kekerangan lainnya, budi daya kerang darah telah dilakukan oleh banyak negara antara lain Cina, Taiwan, Republik Korea, Malaysia, dan Thailand.

A. Sistematika

Famili : Arcidae
Species Anadara granosa
Nama dagang : cockle
Nama lokal : kerang dagu

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada Batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat kentara. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone) yang sangat kentara. Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusk.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%.

Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus/September. hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-2o mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya

Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara. 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Tiap jenis Anadara menghendaki lingkungan yang berbeda. A. antiguata, misalnya, hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Sementara itu, kerang bulu menghendaki perairan berdasar pasir dan jernih.

pembesaran dilakukan di wilayah pasang surut yang terpisah dari daerah pengumpulan benih. Lokasi pembesaran tersebut dilingkari dengan pagar bambu.

D. Wadah Budi Daya
Alat yang digunakan untuk pengumpulan benih adalah perahu berukuran 6-10 m panjang, sebilah papan selancar berukuran
18o cm x 50 cm, dan keranjang pengumpul benih yang terbuat dari anyaman kawat berdiameter antara 1-2 mm, berukuran 4o cm x 15 cm x 10 cm.

E. Pengelolaan budidaya

1. Penyediaan benih
Di Indonesia, budi daya kerang darah Baru dalam taraf percobaan. Teknik budi daya tersebut dimulai dengan pengumpulan benih kerang darah berukuran 4-10 min di tempat penyebaran benih alami di tepi pantai yang landai.

Operasi pengumpulan dimulai pada saat air pasang rendah dan kedalaman air sekitar 6o cm. pengumpulan benih dilaksanakan dengan mengeruk dasar perairan sedalam kurang lebih 3 cm dengan menggunakan keranjang pengumpul benih tersebut di atas. Pengerukan dilakukan dengan menggunakan papan selancar.

Papan tersebut berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan benih yang berhasil dikurnpulkan dan sekaligus memudahkan pergerakan si pengumpul. Proses pengumpulan selesai pada saat dasar perairan kering tidak berair.
2. Penebaran benih
Benih yang terkumpul diseleksi menurut ukurannya. Selanjutnya, benih ditebar di tempat pembesaran. Padat tebar awal sekitar 2.000 ekor/m2, kemudian dijarangkan sampai kepadatan 200-300 ekor/m2.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kerang darah yang dibudidayakan kerap kali dimangsa oleh siput gastropoda, khususnya pada fase benih. Mortalitas missal lebih sering terkait dengan perubahan kondisi lingkungan, khususnya salinitas. Kematian kerang ini sering terjadi pada saat hujan yang berkepanjangan yang menyebabkan turunnya salinitas. Kerang akan mati dalam air bersalinitas di bawah 15 g/kg.

G. Panen
Panen dimulai setelah masa pemeliharaan berlangsung selama 6-9 bulan. Cara panen dilaksanakan dengan menggunakan alat pengeruk yang berukuran lebih besar dan kuat dibanding alat pengeruk benih.

sumber : Penebar Swadaya MEDIA

Budidaya Ikan Cupang

Keindahan tubuh dan ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias. Salah satu jenis ikan yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah ikan cupang hias.

Untuk membudiayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Di Wilayah Jakarta Pusat budidaya ikan cupang ada yang dilakukan diatas dak rumah dan dipekarangan yang relatif sempit, dengan menggunakan wadah bekas ataupun kolam bak semen atau akuarium. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (cuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan.

Wadah Budidaya

Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.

Ciri-ciri khusus

Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :

Umur ± 4 bulan
Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
Gerakannya agresif dan lincah.
Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).

Ciri-ciri ikan betina :

Umur telah mencapai +- 4 bulan
Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
Gerakannya lambat.
Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
kondisi badan sehat.

Pemijahan dan perawatan ikan

Setelah induk cupang hias dipersiapkan begitu pula dengan wadahnya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan :

1. Persiapkan wadah baskom/akuarium kecil dan bersih.
2. Isi wadah dengan air bersih dengan ketinggian 15 – 30 Cm.
3. Masukkan induk ikan cupang jantan lebih dahulu selama 1 hari.
4. Tutup wadah dengan penutup wadah apa saja.
5. Sehari kemudian (sore hari) induk betina telah matang telur dimasukan ke dalam wadah pemijahan.
6. Biasanya pada pagi harinya ikan sudah bertelur dan menempel disarang berupa busa yang dipersiapkan oleh induk jantan.
7. Induk betina segera dipindahkan dan jantannya dibiarkan untuk merawat telur sampai menetas.

Pembesaran anak

1. Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
2. Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
3. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
4. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
5. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.

Pasca Panen
Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.
sorce: articles

Sunday, September 6, 2009

Pendederan Ikan Baung

Pendederan
Benih-benih baung hasil penetasan selanjutnya dipelihara atau didederkan di kolam tanah atau kolam tembok. Sebelum dilakukan penebaran benih, perlu dilakukan persiapan kolam yang meliputi pengeringan dan penjemuran kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, pemupukan, serta pembuatan Caren (kemalir). Pengeringan kolam dan penjemuran selama 3 hari bermanfaat untuk membunuh bibit-bibit penyakit atau hama-hama yang ada di dalam kolam.

Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan Cara membalikkan tanah dasar kolam, lalu dibuatkan kemalir dengan kemiringan 0,5-1 % ke arah pintu pengeluaran. Untuk menumbuhkan pakan alami, kolam sebaiknya dipupuk menggunakan kotoran ayam petelur sebanyak 500-1000 gram/ M2, tergantung kesuburan tanah. Pupuk tersebut disebarkan merata di dasar kolam. Pada hari keempat kolam diisi air secara bertahap sampai mencapai ketinggian 90 cm.

Agar pakan alami cukup tersedia, ke dalam kolam juga dilakukan inokulasi (penebaran) Moina sp. Inokulasi ini dilakukan sehari setelah pengisian air. Bibit Moina sp. yang merupakan zooplankton dapat diperoleh di Balai Benih Ikan (BBI) terdekat atau di seleksi dari perairan umum (saluran air) yang banyak kandungan bahan organiknya. Setelah itu, kolam didiamkan selama 3—4 hari agar ekosistem kolam dapat mencapai keseimbangan dan Moina sp. dapat berkembang biak. Sebelum benih baung ditebar di kolam dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, oksigen, dan pH.


Penebaran benih dilakukan pada hari ke-3 setelah penebaran Moina sp. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari benih stres. Pengambilan benih dilakukan dengan menguras sebagian air akuarium, lalu benih ditangkap menggunakan serokan halus dan ditampung di dalam ember atau baskom plastik. Setelah itu, penebaran dilakukan secara hati-hati di bagian tepi kolam.

Caranya dengan menenggelamkan ember ke dalam air kolam sehingga benih-benih baung, akan keluar dengan sendirinya- Penebaran benih tidak boleh dilakukan dengan cara menggerojokan air- ember langsung ke dalam kolam, karena dapat mengakiban benih baung stres.


Padat tebar benih 50-100 ekor/m2 dengan ukuran benih rata-rata 2,4 cm. jika kolam diyakini kurang subur, padat tebar benih dikurangi menjadi 20-50 ekor/m2. Pemeliharaan benih dilakukan selama empat minggu. Pakan yang dapat diberikan selama pemeliharaan bisa berupa pakan komersial (pelet) dengan kadar protein 28-30% sebanyak 25— 100% total biomassa/hari. Sebelum diberikan, sebaiknya pelet ini dihancurkan. Pemberian pakan dilakukan 3 Kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari.

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Budidaya Ikan Mas Koki Mutiara

IKAN koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan China, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang dieksport dan harganyapun cukup tinggi.

Untuk pemijahannya, pemilihan induk harus benarbenar baik. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik. Selain itu pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak. Dan untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya.

Sebaiknya sebelum melakukan pemijahan, terlebih dahulu kita harus menyeleksi jantan dan betina. Untuk perbedaan jantan dan betina: Induk Jantan; a. Pada sirip dada terdapat bintikbintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. b. Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih

Induk Betina; a. Pada sirip dada terdapat bintikbintik dan terasa halus jika diraba. b. Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahmerahan.

Selanjutnya sebelum melakukan pemijahan sebaiknnya dilakukan pembersihan bak/aquarium. Apabila telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan + 24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya. Kemudian pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan ke dalam bak pada sore hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan berikutnya. Jika perawatannya baik, maka 3 4 minggu kemudian induk sudah dapat dipijahkan kembali.

Setelah 2 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benih belum diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sacnya (kuning telur). Pada hari ke 3 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telah disaring. Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambut di samping masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampu memakan cacing rambut, baru pemberian kutu air dihentikan.

Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebaiknya setelah benih berumur + 1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas. Ketinggian air dalam bak 10 15 cm dengan pergantian air 5 7 hari sekali. Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu. Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapa tanaman pelindung berupa eceng gondok.

Selanjutnya pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai induk. Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanaman eceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi. Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bak berukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2 minggu dengan dibagi 2.

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah pergantian air dapat dilakukan 3 5 hari sekali, juga dengan air yang telah diendapkan. Begitu juga dengan makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan pada pagi hari secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masih tersisa, segera diangkat/dibersihkan.

Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk (cuk). Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali pemijahan.

Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonomis tinggi. Untuk benih berumur 1 bulan harganya berkisar Rp. 30, s/d Rp. 50, sedangkan sepasang induk berkisar Rp. 5.000, s/d 10.000,. Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkan penghasilan yang lumayan.
Sumber : www.waspada.co.id

Saturday, September 5, 2009

Pembesaran IKan Baung

Pembesaran baung biasanya dilakukan setelah benih didederkan terlebih dahulu. Namun, ada juga pembudidaya yang langsung memeliharanya di kolam pembesaran, tanpa melalui pendederan. Pambesaran baung dapat dilakukan di berbagai media seperti di kolam air tergenang (kolam tanah,tembok,atau beton), kolam rawa, di karamba jaring apung (KJA), atau di karamba.

Kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan baung disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Biasanya, kolam pembesaran yang digunakan memiliki luas minimum 100 m2. Sementara itu, jaring yang digunakan untuk memelihara baung di KJA harus memiliki ukuran mata 2,5 cm dengan jaring polietilen nomor 240 D/12. Berdasarkan pengalaman Para petani, jika ikan baung yang akan dipelihara berukuran 50-100 g/ekor, mata jaring yang digunakan berukuran 2 inci.

Sebelum penebaran benih, kolam pembesaran harus dikeringkan terlebih dahulu selama 5-7 hari dengan tujuan untuk membunuh bibit-bibit penyakit, memberantas hama, dan memudahkan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang sebanyak 500 gram/m2 dan kapur pertanian sebanyak 15 gram/m2. Pupuk dan kapur pertanian tersebut disebar rata di permukaann dasar kolam. Setelah itu, pintu pengeluaran air kolam ditutup, sedangkan pintu pemasukan air dibuka sambil dipasang saringan untuk menjaga agar ikan-ikan liar tidak bisa masuk. Ketinggian air- dalam kolam sebaiknya dipertahankan 75-100 cm.

Penebaran benih baung dilakukan 7 hari setelah pemupukan, saat pakan alami telah tersedia. Benih ditebar pada pagi atau sore hari saat suhu udara masih rendah agar benih tidak stress.

untuk setiap kolam seluas 100 m2 dapat ditebarkan benih benih baung sebanyak 50 ekor dengan ukuran rata-rata 45 gram per ekor. Selama pemeliharaan, ikan baung diberi pakan tambahan berupa pakan buatan komersial atau pakan alternatif. Pakan tambahan komersial yang umum digunakan adalah pelet dengan kandungan protein minimum 25%. Namun lebih baik diberi pakan yang kandungan proteinnya 28%. Sementara itu, pakan tambahan alternatif yang diberikan bisa berupa campuran antara ikan rucah dan dedak halus. Pakan tambahan ini diberikan sebanyak 3% per hari dari berat total ikan.


Lama pemeliharaan sangat tergantung dari ukuran benih yang ditebarkan. Untuk pembesaran di KJA, jika benih yang ditebar berukuran 30-50 gram per ekordalam, waktu 4 bulan pemeliharaan akan mencapai bobot 150-200 gram per ekor atau 5 ekor per kg. Pada pembesaran di kolam, jika benih yang ditebarkan berukuran 45 gram per ekor, dalam waktu 3 bulan menjadi 113 gram per ekor dan jika dipelihara selama 4 bulan, ukurannya akan menyamai ikan baung yang dipelihara di KJA dengan syarat pakan yang diberikan memiliki kandungan protein sesuai yang dianjurkan. Pemanenan ikan baung harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya sires atau luka-luka sehingga mutu ikan tetap bagus dan harga jualnya tetap tinggi.

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. AgroMedia Pustaka, 2008

Budidaya kerang Abalon

Abalon merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara. Biota laut ini dikonsumsi segar atau kalengan. Di Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan pemanfaatannya baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah pesisir.

Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,6o%, dan abu 11,11%. Cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalon saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam. Hal tersebut akan nienimbulkan kehawatiran terjadinva penurunan populasi di alam.

A. Sistematika
Famili : Haliotidae
Species Haliolis assinina, Holiotis squammota
Nama dagang : abalone, donkey's ear
Nama lokal : kerang lapar-kenyang, siput mata tujuh

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik

Abalon mempunyai situ cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada. cangkang
tersebut terdapat lubang-lubang dengan jumlah yang sesuai dengan ukuran abalon. Semakin besar ukuran abalon, semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang.

cangkang berbentuk telinga, rata, dan tidak memiliki overculum. Bagian cangkang sebelah dalam berwarna putih mengkilap, seperti perak. Siput ini memiliki mata tujuh.

Abalon banyak bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan predator untuk memangsanya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
H. assinina termasuk salah satu jenis abalon yang berukuran relatif besar. Jenis ini dapat mencapai ukuran 8 - 10cm dengan bobot 30-40 g/ekor dalam waktu pemeliharaan 12-14 bulan.
Abalon tergolong hewan berumah dua atau diocis (betina dan jantan terpisah).

Pembuahan telur dan sperma terjadi di luar tubuh, dimulai dengan keluarnya sperma ke dalam air yang segera diikuti keluarnya telur dari induk betina. Kematangan gonad induk jantan maupun betina berlangsung sepanjang tahun dengan puncak memijah terjadi pada bulan Juli dan Oktober. Telur yang siap dipijahkan berdiameter 100 mµ. Di laboratorium telur yang dipijahkan berdiameter rata-rata 183 mµ.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya

Abalon biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat menempel. Penyebaran abalon sangat terbatas, tidak semua pantai yang berkarang terdapat abalon. Umumnya abalon tidak ditemukan di daerah estuarin.

Lokasi untuk pembesaran abalon adalah perairan karang yang terlindung dari gelombang dan angin yang kuat; abalon membutuhkan media air yang bersih dan jernih. Nilai parameter kualitas air untuk suhu 27-30 derajat celcius, salinitas 29-33 ppt, pH antara 7,6-81 dan DO 3,27-6,28 ppm. Jika akan dipelihara di bak, kualitas airnya harus diusahakan sama seperti di perairan karang.

D. wadah budidaya

Wadah budi daya berupa tangki fiberglass atau bak beton berukuran 3 m X 2 M X 1 m, bentuk segi empat yang berada dalam ruang tertutup (sistem indoor). Sebagai tempat penempelan abalon dipergunakan lembaran plastik tipis bergelombang ukuran 30 cm x 40 cm sebanyak 21 lembar yang dipasang pada posisi tegak lurus menggantung dalam bak pemeliharaan.

Pasilitas pembesaran yang digunakan berupa keranjang plastik berbentuk silinder berukuran tinggi 12 cm, diameter 1o cm, dan bermata jala 0,5 cm. Keranjang plastik tersebut diisi 3o benih abalon berukuran panjang cangkang 18,23-18,34 mm. Ke dalam keranjang dimasukkan lempeng PVC yang dibengkokan sebagai substrat dan pelindung. Keranjang tersebut digantungkan pada rakit yang ditempatkan di perairan teluk

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Budi daya abalon telah dilakukan di Eropa, Amerika Serikat, Australia, Cina, dan Taiwan. Di Indonesia, budi dayanya masih dalam bentuk rintisan. Pembenihan abalon dimulai dengan pematangan calon-calon induk berukuran panjang 7-10 cm di dalam tangkifiberglass atau bak semen. Wadah tersebut berukuran 11 ton. Selama dalam proses pematangan, abalon diberi makan berupa rumput laut Gracillaria.

2. Penebaran
Saat ukuran cangkang sudah mencapai panjang 5 mm, abalon dipindahkan ke dalam bak yang lebih besar, yaitu berukuran 1.000 liter. Pada awal proses pembesaran, abalon diberi pakan mikroalga yang menempel pada lembaran plastik. Secara bertahap pakan diganti dengan jenis Gracilaria sp. dan Acantophora sp. Selain itu, diterapkan sistem air mengalir dengan laju pergantian air sebesar 400% per 24 jam.

3. Pemberian pakan
Abalon merupakan hewan herbivora, yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Hewan ini menyukai alga merah, alga cina cokelat, dan alga hijau termasuk rumput laut. Selama pemeliharaan yang berlangsung 6 bulan, abalon diberi pakan Gracillaria sp. sebanyak 10% bobot abalon. Angka sintasan (survival rate) antara 90-95,5%. Sementara itu, pertumbuhannya dari bobot awal 1,39 g (18,3 min panjang cangkang) menjadi 8,40 g (32 cangkang) (32,78 mm panjang cangkang).

4. Pembesaran

Pembesaran abalon di Indonesia masih dalam taraf percobaan. Pembesarannya bisa dengan metode tancap (pen-culture) dan metode rakit.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama merupakan hewan pengganggu dan pemangsa dalam budi daya abalon. Jenis predator dalam budi daya abalon adalah kepiting laut. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan cara manual pada periode waktu tertentu.

Kematian massal abalon pernah terjadi di dalam tangki pembesaran yang diatasi dengan penggunaan streptomycin dan neomycin. Adapun patogen yang diduga sebagai penyebab kematian abalon adalah bakteri.

G. Panen
Pemanenan abalon dilakukan tanpa menggunakan alat , tetapi menggunakan tangan setelah tercapai ukuran pasar. Pada daerah terpencil, abalon yang ditangkap nelayan diawetkan dengan cara direbus, kemudian dikeringkan sebelum dijual/diekspor. Untuk saat ini, hasil budi daya abalon dijual dalam bentuk diawet secara didinginkan/dibekukan.

sumber :Penebar Swadaya, 2008

Spicy and Sour Silver CatFish Recipe ( Resep Pindang Patin )

Welcome back again to seleranusantara , now selera nusantara is being global web that serve many recipes from all around the world , not only from asia. Today we'll share one of recipe from Indonesia , named Spicy and Sour Silver CatFish Recipe ( Resep Pindang Patin ). Patin fish (Silver Catfish) is a kind of freshwater fish that lives in river. It has a unique shape. Patin lives at the bottom of